Tempe, Mendunia Sejak Dulu
Category: Icip-icip Kuliner • Author: Terry Endropoetro • Published on: 2015-10-11
Kalau ditanya apa olahan tempe favorit? Jawaban saya ada tiga: tempe goreng, tempe mendoan, dan kering tempe. Di antara ketiganya, tempe goreng adalah hasil olahan paling sederhana. Cukup direndam air garam dan bawang putih yang ditumbuk kasar, sesaat sebelum digoreng. Hhmmm... sedap!
Tempe mendoan merupakan makanan khas daerah Banyumas. Tempenya pun khusus berupa lembaran tipis dengan ukuran yang cukup lebar. Tiap lembar dicelup ke dalam adonan tepung kental. Digoreng setengah matang atau 'mendho' dalam bahasa Jawa, menjadikan tempe mendoan memiliki tekstur sedikit lembek. Karena ukurannya yang cukup lebar, tempe mendoan dimakan dengan cara digulung lalu disantap dengan cabai rawit atau cocolan kecap pedas.
Sedangkan kering tempe, adalah jenis makanan yang cukup tahan lama. Irisan tipis tempe goreng yang berwarna kuning kecokelatan dan lengket karena campuran gula merah ini bisa divariasikan dengan tambahan irisan cabai kering, kacang goreng, atau ikan asin. Bisa dijadikan lauk pelengkap atau dimakan langsung sebagai kudapan.
KAYA JENIS, KAYA RASA
Tempe dibuat melalui beberapa tahapan, yaitu perebusan biji kedelai, pengupasan, perendaman dan pengasaman, pencucian, peragian, pembungkusan, dan fermentasi. Kalaupun ada proses tambahan biasanya tergantung dari bahan yang digunakan. Karena sebenarnya bahan dasar tempe bukan hanya biji kedelai. Ada jenis tempe lain yang bahan dasarnya dipilih dari ketersediaan bahan baku di daerah tersebut.
Seperti tempe lamtoro yang dibuat dari biji lamtoro atau petai cina. Dengan biji yang lebih kecil daripada kedelai, kulit bijinya menghasilkan lemak tersendiri saat diolah sehingga cita rasanya pun sangat khas. Selain tempe lamtoro ada pula tempe kecipir, yang terbuat dari biji kecipir yang sudah tua. Sementara tempe benguk terbuat dari biji benguk sejenis kacang koro berbentuk pipih lonjong berwarna kelabu kehitaman, menjadikan tampilan tempe ini agak gelap.
Tak melulu terbuat dari biji-bijian, tempe gembus ternyata terbuat dari ampas tahu. Sedangkan ampas kelapa bekas pembuatan minyak kelapa bila dicampur dengan kedelai, menghasilkan tempe bongkrek yang dikenal memiliki racun mematikan bila tidak diolah dengan benar.
Kandungan serat pangan dalam tempe cukup banyak, seperti kalsium, vitamin B, zat besi, dan antioksidan. Tempe cukup mudah ditemukan di pasar-pasar tradisional dengan harga sangat terjangkau. Tak heran kalau tempe menjadi makanan yang paling sering terhidang di meja makan keluarga-keluarga di Indonesia. Merupakan makanan 'serba bisa', karena bisa diolah dengan cara ditumis, dioseng, dimasak santan, dipepes, hingga menjadi nugget atau campuran dalam bakso. Kalau dikumpulkan mungkin ada ratusan resep makanan yang menggunakan tempe sebagai salah satu bahan dasarnya. Bahkan di Malang sudah ada produksi coklat tempe dengan beragam rasa.
CERITA LIDAH SEPANJANG MASA
Tempe bukan sekadar makanan sederhana berbalut daun pisang atau plastik semata. Ternyata tempe sudah disebut dalam Serat Centhini, ‐kitab sastra terkenal dalam kebudayaan Jawa abad 1800-an. Dalam kitab ini disebutlah nama hidangan 'jae santen tempe' dan 'kadhele tempe srundengan'. Hal ini menjadi bukti bahwa tempe disajikan di meja makan raja-raja Mataram.
Pada masa tanam paksa di zaman Hindia-Belanda. Di saat hanya ada singkong dan ubi untuk pengganjal lapar sehari-hari, tempe pun menjadi lauk yang cukup mewah. Di Solo, para rakyat jelata membuat sate dari tempe gembus, dibakar, dan disantap dengan bumbu kacang. Jadi ketika bangsawan feodal berpesta sambil menikmati makanan berlimpah, para rakyat jelata pun berbahagia bisa merasakan makan enak dengan cara mereka sendiri.
Saat orang-orang Belanda yang lama tinggal di Indonesia pada zaman Hindia Belanda harus kembali ke negara mereka, ternyata mereka tak bisa begitu saja melupakan cita rasa olahan kedelai yang biasa dimasak oleh koki dan menjadi santapan siang hari.
Beruntung orang-orang Belanda itu bisa kembali mencicipi tempe saat mulai banyak imigran dari Indonesia yang membuka usaha pembuatan tempe di beberapa negara di Eropa. Hingga akhirnya banyak negara yang melakukan penelitian tentang tempe, antara lain Eropa, Amerika Serikat, dan Jepang. Selain ketiga negera tersebut, tempe juga sudah bisa ditemui di Australia, Amerika Selatan, Afrika, India, Taiwan, Tiongkok, dan Sri Langka.
Tapi bagaimana pun, hanya di Indonesialah tempe paling mudah ditemui. Mau yang terbungkus daun atau plastik, berukuran bulat panjang, atau gepeng persegi, bahkan dalam bentuk mini piramid pun ada. Sebagai negara produsen tempe terbesar di dunia, kita pun patut berbangga hati. Dan betapa senangnya bisa mengonsumsi tempe setiap hari. ◼
─────────
Tulisan ini saya kirimkan untuk mengikuti 'blog writing competition' #JelajahGizi 2015 - Sari Husada: Nutrisi untuk Bangsa.
Comments
No comments yet. Be the first to comment!
Leave a Comment