Warna-warni Pasar di Wamena, Papua

Category: Icip-icip Kuliner • Author: Terry Endropoetro • Published on: 2015-09-14

Pasar adalah salah satu tempat yang menarik untuk difoto. Namun di pedalaman Papua hal ini agak sulit dilakukan. Sebelum berangkat ke Wamena, banyak yang berpesan agar saya berhati-hati bila mengambil foto-foto di pasar, kalau apes bisa dimintai uang biru (Rp50.000) atau uang merah (Rp100.000). Tapi penjelasan pemandu perjalanan di sana agak menenangkan hati, ternyata boleh saja kalau mengambil foto suasana pasar, khusus untuk barang dagangan dan penjualnya, sebaiknya minta izin dulu.


PASAR (BARU) JIBAMA

Pasar tradisional yang terletak dekat terminal angkot ini, buka dari pagi sampai sore setiap hari. Los pasar berupa bangunan terbuka terbuat dari kayu, dibangun memanjang dan berjajar. Di setiap los ada semacam meja panjang terbuat dari semen. Biasanya dijadikan tempat menaruh barang atau tempat para mama duduk dan menggelar barang dagangan mereka. Sementara, di bagian kolong diisi pedagang lain, yang menggelar dagangannya di lantai beralaskan karung atau terpal. Dengan begitu, pasar ini jadi bisa menampung pedagang dua kali lebih banyak, ya.



Umbi-umbian seperti hipere (ubi manis) dan bete (keladi tinta), sayur-mayur, dan buah-buahan, dijual pertumpuk atau perikat. Sagu dijual dalam kantung-kantung plastik panjang, ada juga yang menggelar sarang semut, buah merah, dan bunga plastik (jenis bunga dari daerah Kurulu yang katanya tahan hingga 1 tahun). Daging babi dijual dalam potongan besar-besar, tapi jangan heran bila melihat babi hidup yang berukuran jumbo berkeliaran di sekitar pasar, biasanya memang dibiarkan bebas mencari makan.





Di bagian lain pasar ada los yang menjual cindera mata, barang-barang khas Papua seperti noken, kalung gelang, dan koteka. Yang uniknya, di seberang los-los pasar, belasan penjual pinang berjajar di belakang meja dagangannya. Semua orang yang datang dan keluar dari pasar pasti melewati mereka, hal ini menunjukkan bahwa budaya mengunyah pinang memang tak bisa ditinggalkan.




PASAR MISI, WOUMA

Terletak di pinggir kota Wamena, ke arah luar kota menuju Kurima. Di bagian depan pasar terdapat kios-kios pedagang kelontong, dan bahan makanan seperti beras, minyak, gula, dan makanan instan. Minyak dikemas dalam kantung-kantung plastik, karena Wamena berada di ketinggian 1.750 mdpl dinginnya udara membuat minyak-minyak yang dijual pun mulai membeku. Selain bahan makanan, kios-kios itu juga menjual benang noken, terbuat dari nylon berwarna-warni digulung terpuntir dan digantung di depan kios. Dan yang tak kalah penting adalah senter, karena listrik yang mengaliri kota besar di tengah lembah Baliem ini menggunakan tenaga air dari sungai Baliem, bila debit air sungai berkurang pemadam listrik pun tak bisa dielakkan.







Pemandangan beragam dan berwarna-warni ada di dalam dan di luar pasar. Pedagang tuna asap menarik perhatian saya. Mana mungkin ada jenis ikan laut di Wamena, di tengah daratan Papua. Ternyata ikan-ikan tuna itu dikirim dari Jayapura menggunakan pesawat cargo. Karena itulah harganya lumayan mahal, sepertiga potong daging ikan asap dijual Rp50.000



Di depan pasar ini ada pangkalan becak. Jarak terdekat dikenakan biaya Rp10.000, jauh-dekatnya tinggal seberapa pandai kita menawar. Jangan heran melihat pengemudi becak yang berkulit hitam, dan mengemudikan becak sambil mengunyah pinang. Juragan becaknya sendiri adalah orang Jawa, tapi supaya lapangan kerja lebih merata, selain penduduk setempat, tak ada pendatang yang boleh menjadi pengemudi becak. Menurut info yang saya dapat, becak-becak tersebut 'diimport' dari Jawa, dikirim menggunakan pesawat Hercules TNI. Wah, keren banget! Saya saja belum pernah naik pesawat Hercules......




─────────

Tulisan ini merupakan rangkaian dari Cultural Trip Mahakarya Indonesia ke Wamena, dipersembahkan oleh Dji Sam Soe. Tujuannya adalah untuk mengenal lebih dekat kekayaan budaya nusantara, mengingat kembali jiwa Indonesia dan nilai-nilai luhur bangsa: gotong royong, kegigihan, kesabaran, dan kerendahan hati.

Perjalanan yang diramu oleh Gelar Nusantara ini diikuti oleh 18 peserta, terdiri dari pemenang blog writing competition, pemenang media writing competition, para juri, sejarawan, fotografer, videografer, tim HM Sampoerna, dan tim Imogen PR

Comments

No comments yet. Be the first to comment!

Leave a Comment