Penambang Belerang di Kawah Ijen
Category: Jalan-jalan • Author: Terry Endropoetro • Published on: 2015-08-27
Gunung Ijen berada di desa Licin, Glagah, Banyuwangi, Jawa Timur. Dari puncaknya di ketinggian 2.386 mdpl, terdapat kawah dengan danau berwarna hijau tosca, yang terkadang tertutup pekatnya asap belerang yang tertiup angin bagai menyelimuti permukaan danau.
Danau Ijen (2.145 mdpl) berada dalam kawah gunung Ijen. Dengan diameter 1 kilometer dan kedalaman 200 meter, danau berwarna tosca ini menampung air hampir 40 juta meter kubik air belerang. Menjadikannya danau terbesar di dunia dengan tingkat keasaman sangat tinggi, yang cukup kuat untuk melarutkan pakaian dan jari jemari.
Asap putih yang terkadang membumbung tinggi terbawa angin dan menyelimuti danau, berasal dari sebuah sumber belerang cair yang terus mengalir di dinding kawah. Menurut catatan sejarah, sumber belerang cair ini di pinggir danau sudah mulai ditambang sejak zaman pemerintahan Hindia-Belanda. Dengan menangkap semburan gas belerang dari sumbernya ke dalam pipa-pipa besi yang dipasang sambung-menyambung menjulur ke bawah. Dengan proses sublimasi ini menghasilkan belerang cair yang keluar dari mulut-mulut pipa. Cairan belerang akan segera membeku terkena udara dingin, membentuk padatan berwarna kuning terang.
Penduduk di sekitar gunung Ijen meneruskan pekerjaan turun-temurun sebagai penambang belerang. Berbekal peralatan sederhana, berupa dua buah keranjang pikulan dan linggis. Dengan hanya mengenakan topi rajut, baju hangat, sarung, sarung tangan, dan sepatu boot karet. Mereka turun melalui jalan setapak berbatu di dinding tebing yang curam.
Di bawah, mereka harus menunggu giliran untuk bisa mengambil belerang. Berlindung di balik potongan kain basah untuk menutup hidung dan mulut, dalam kepulan asap yang pekat mereka memecah belerang cair yang sudah membeku menjadi lempengan-lempengan agar mudah dimuat dalam keranjang pikulan. Sambil menunggu giliran, biasanya para penambang menggali tanah mencari belerang padat yang masih utuh.
Setelah keranjang mereka penuh, dengan beban seberat 80-130 kilogram dalam keranjang, mereka angkut kembali ke atas melalui jalan yang sama. Kekuatan fisik para penambang yang berusia antara 23-67 tahun ini patut diacungi jempol. Para penambang muda akan berguru pada yang lebih tua, walaupun yang muda lebih kuat, namun yang tua lebih kaya pengalaman.
Para pengunjung yang berpapasan dengan para penambang kerap memberi permen atau air minum. Selain menambang belerang, mereka kini juga membuat cindera mata berupa belerang cair yang mereka cetak dalam beragam bentuk, unik dan bisa untuk menambah penghasilan.
Tak ada keluh kesah saat memikul muatan, walau hanya mendapat bayaran Rp900/kilogram untuk angkutan pertama dan Rp1.000/kilogram untuk angkutan kedua atau ketiga. Menyapa ramah adalah kebiasaan mereka, sebagai hiburan pelepas lelas. ◼
Catatan:
▪ Memberikan sedikit permen atau bekal apapun kepada para penambang belerang, adalah salah satu apresiasi kita terhadap kerja keras mereka.
▪ Para penambang belerang sangat senang difoto, beberapa di antaranya ada juga yang meminta bayaran. Kalau Anda tak punya cukup uang, Anda bisa menggantinya dengan beberapa batang rokok.
#WonderfulIjen #WonderfulEastJava #WonderfulJava #WonderfulIndonesia
─────────
www.indonesia.travel
This trip provided by the Ministry of Tourism of the Republic of Indonesia, VITO Singapore, Garuda Indonesia-Singapore, and Nuffnang
Comments
No comments yet. Be the first to comment!
Leave a Comment