Nilai-Nilai Luhur<br> Mahakarya Indonesia 2015

Category: Segala Rupa • Author: Terry Endropoetro • Published on: 2015-08-04

"Bangsa Indonesia memiliki nilai-nilai luhur yang tertanam sejak lama dan terangkum menjadi jiwa Indonesia sebagai pedoman dalam melangkah mantap. Dji Sam Soe Kretek kembali mempersembahkan Mahakarya Indonesia dengan tema Jiwa Indonesia...." begitulah kira-kira yang tertera di selebaran berwarna hitam dengan tinta emas.


SEMPAT MATI IDE

Kompetisi penulisan blog ini berlangsung mulai 29 April ‐ 3 Juli 2015. Dibagi menjadi 5 periode, masing-masing periode waktunya adalah 2 minggu. Minggu demi minggu pun berlalu, satu per satu pemenang diumumkan

Periode 1: Syaifullah - blog: www.daenggassing.com

Periode 2: Parahita Satiti - blog: www.parah1ta.jalanjalanyuk.com

Periode 3: Katerina - blog: www.travelerien.com

Periode 4: Ivan Loviano - blog: www.ivanloviano.com

Dan saya masih juga belum punya ide apa pun di kepala.



Bukanlah hal mudah menceritakan tentang nilai-nilai luhur di antaranya gotong-royong, kegigihan, kerendahan hati, dan kesabaran yang membentuk Mahakarya Indonesia. Padahal dalam hati niat sudah bulat, saya harus ikut kompetisi ini, sesuai namanya Mahakarya Indonesia bagaikan kompetisi ber-'kasta tinggi'. Iklannya yang ditayangkan berulang kali di televisi saja selalu tampil megah. Tapi, kembali pada permasalahan, apa yang akan saya kisahkan dalam kompetisi ini?



Membuka-buka koleksi foto dari pengalaman perjalanan saya yang cuma segelintir adalah senjata terakhir. Tempat apa yang pernah saya datangi, apa yang pernah saya lihat. Saya tak berani menuliskan soal Kampung Naga, juga tidak tentang Kampung Tenun Samarinda. Karena saya tahu, blogger lain pasti akan menyampaikannya topik semacam itu dengan lebih baik, bahkan sangat baik.

Seminggu sebelum kompetisi berakhir, saya menemukan foto saat saya memarut kelapa di dapur rumah yang membuat minyak kelapa, dalam suatu kunjungan ke Gorontalo. Seperti mendapat pencerahan, inilah yang saya tuangkan dalam tulisan. Minyak Berharga dari Tanah Hulondalo.



Bukannya lega, ternyata menunggu pengumuman sangat menguras energi dan tenaga. Walau saya tahu, kemungkinan kecil untuk bisa menang, rasa optimis tetap ada. Namun ketika terdengar kabar bahwa peserta periode terakhir ini lebih dari 50 peserta yang mengirimkan cerita, nyali ini langsung menciut. Sampai pada Jumat sore, keluarlah pengumuman pemenang,

Periode 5: Terry Endropoetro - blog: blog.negerisendiri.com

Duh, leganyaaaaaaaaaaa....



DEMI HADIAH UTAMA

Wisata budaya ke Wamena, Papua adalah perjalanan yang dijanjikan sebagai hadiah utama. Dan perjuangan pun berlanjut, untuk mencari 2 pemenang utama setiap pemenang harus melalui tes tahap kedua yaitu wawancara. Dan untuk kedua kalinya nyali saya ciut lagi.



Tidak diwawancara pada hari yang sama, setahu saya Ivan Loviano cukup kondang di antara blogger, begitu pula Syaifullah, blogger Makassar yang tampaknya sering melancong ke mana-mana. Saat menunggu giliran dipanggil ke ruangan wawancara, bersama dua blogger andal ‐Parahita Satiti dan Katerina. Sementara mereka bersikap sangat tenang dan percaya diri, saya berulang kali bolak-balik ke kamar mandi.



Walau wawancara dilakukan dalam suasana yang sangat santai, saya tak yakin jawabannya saya cukup baik, jangan-jangan nanti dikira saya tak serius ingin menang.

Lalu muncullah pertanyaan: "Jadi kenapa kami harus memilih Anda untuk ikut ke Wamena? " Spontan saya menjawab: "Yaaaa... harus! Karena saya satu-satunya yang punya akun sosial media Negeri Kita Sendiri. Dan Wamena itu ada di Indonesia, di negeri kita sendiri." Ini jawaban tergila saat wawancara ha... ha... ha....



Tak berhenti sampai di situ, para pemenang masih harus melalui tahap ketiga, para peserta harus menyerahkan sebuah proposal plan perjalanan ke Wamena, dan hanya diberi waktu tiga hari pengerjaan. Rasanya mata saya langsung berkunang-kunang. Sudahlah tak pandai membuat proposal, kalau diingat-ingat, sejak masa kuliah tak satu pun proposal yang saya buat lolos atau diterima. Pasrahlah sudah.



Tapi siapa bilang saya tak ingin menang? Harapan itu selalu ada. Saat ibu saya menelepon bahwa saat bangun tidur siang ayah saya berujar, "Terry sedang di Papua." Wah,
ini firasat baik. Mendadak saya jadi optimis lagi. Benar saja, dua minggu kemudian datanglah e-mail pengumuman pemenang. 'Pecah' sudah! Saya jadi salah satu pemenang utama Mahakarya Indonesia 2015. Satu tempat lagi yang akan saya jejaki. Wamena di Papua, di negeri kita sendiri, Indonesia.

Comments

No comments yet. Be the first to comment!

Leave a Comment