Go-Jeker Jurus Ceban
Category: Segala Rupa • Author: Terry Endropoetro • Published on: 2015-07-05
Sebaiknya mulai sekarang siapa pun berniat membeli motor harus berpikir dua kali untuk memilih warna hijau. Begitu pula para pemotor yang sudah kadung punya helm berwarna hijau, harus rela dikira Go-Jek di jalan raya.
Sebenarnya jam pelajaran di sekolah anak saya dimulai jam 07.00, dan kalau lancar, perjalanan hanya ditempuh selama 10 menit saja. Namun, siapa yang bisa menebak lalu lintas Jakarta pagi hari? Lebih baik lama menunggu di sekolah daripada terlambat dan harus kembali pulang ke rumah.
Tak semulus perkiraan, ternyata selalu ada drama setiap pagi, Go-Jek yang saya pesan tak pernah datang tepat waktu. Tiap pagi pula muka anak saya merengut bahkan tak jarang ia menangis menahan kesal. Dalam seminggu, hanya sekali Go-Jek datang tepat waktu, selebihnya Go-Jek baru datang mendekati jam 07.00. Dengan muka sopir yang setengah mengantuk. Hanya bengong tiap kali saya minta agar tak terlambat menjemput esok hari. Tapi hal yang sama dia ulangi lagi.
Sebagai pelanggan, saya sampai malu setiap hari harus menelepon untuk mengajukan komplain. Sudahlah kesal karena kecewa, line telepon kantor Go-Jek yang selalu penuh juga bikin tambah emosi. Mungkin nomor telepon saya sudah diberi tanda dengan spidol merah, saking seringnya komplain.
Beberapa minggu selanjutnya mulailah pengendara Go-Jek sering diganti, setiap pergantian selalu diawali dengan keterlambatan, dengan alasan nyasar. Akhirnya komplain saya ajukan lewat e-mail, walaupun ditanggapi dengan baik, namun tampaknya tak ada perubahan yang berarti. Go-Jek tak bisa diandalkan untuk urusan tempat waktu. Akhirnya saya berhenti berlangganan. Cukup 2 bulan saja, saya tak kuat harus senewen setiap pagi.
Setelah sekian tahun berlalu, baru beberapa minggu inilah saya kembali 'berbaikan' dengan perusahaan transportasi ini, karena tampaknya kini Go-Jek sudah memakai manajemen baru yang lebih modern dan profesional. Selain punya aplikasi di smartphone perusahaan transportasi ini pun tampaknya melakukan penyesuaian harga. Contohnya dulu bila menggunakan kurir Go-Jek untuk mengantar barang dari Kemang ke kawasan Kuningan, dikenakan biaya Rp50.000, kini hanya sekitar Rp35.000. Waaaaw!
Paket ceban juga dikeluarkan Go-Jek dalam persaingan bisnisnya. Dan saya adalah salah satu 'Go-Jeker Jurus Ceban', kemana-mana cukup merogoh kocek Rp10.000.
Salah satu penggunaan 'jurus ceban' ini adalah saat harus berangkat dari Kemang ke Pacific Place, jam 10.00. Pilihannya adalah:
▪ Naik bus 605A ke Blok M (Rp4.000), disambung naik bus TransJakarta (Rp3.500), lanjut jalan kaki ke Pasific-Place. Waktu tempuh sekitar 1 jam.
▪ Naik Go-Jek (Rp10.000), waktu tempuh 30 menit.
'Jurus' yang sama saya keluarkan lagi sewaktu harus menjenguk saudara yang sedang diopname di RSCM. Pilihannya adalah:
▪ Naik Naik angkot ke Buncit (Rp4.000). Disambung naik bus TransJakarta (Rp3.500), transit, transit. Lanjut jalan kaki sampai keringetan. Waktu tempuh bisa hampir 2 jam.
▪ Naik Go-Jek (Rp10.000), waktu tempuh 40 menit.
Kalau disuruh memilih, pilih yang mana? Soal 'pelit-pelitan' Go-Jek tetap lebih unggul, karena jelas waktu tempuhnya lebih cepat. Walaupun kalau saya perhatikan saat mengantar penumpang, para sopir Go-Jek juga memilihkan jalur utama, bukan jalan tikus untuk menuju lokasi yang dituju. Memang jadi sedikit jauh karena harus memutar, tapi memberi kenyaman pada penumpang. Eh, saya sih senang-senang saja diajak muter-muter, asal bayar ongkosnya tetap sama ha... ha... ha....
Dan kalau tidak terpaksa, saya tidak akan memesan Go-Jek saat jam makan siang. Walaupun di aplikasinya 'titik hijau' lokasi Go-Jek bertebaran dimana-mana. Jangan salah, mereka bukannya berseliweran tanpa penumpang. Tapi sibuk mengantar makanan pesanan pelanggan.
Nah, soal fasilitas masker dan penutup kepala warna hijau (mirip shower cap dengan bahan kain yang tipis) yang diberikan pada setiap penumpang Go-Jek, untuk dipakai sebelum menggunakan helm. Pernah tidak saat memasang penutup kepala kalian numpang ngaca di spion motor Go-Jek? Saya sih, pernah ha... ha... ha.... ◼
Comments
No comments yet. Be the first to comment!
Leave a Comment