Ruteng, Kota 1000 Gereja

Category: Rumah Ibadah • Author: Terry Endropoetro • Published on: 2014-04-02

Bangsa Portugis menyebarkan agama Katholik ke pedalaman dan pegunungan Flores, jauh dari daerah pantai yang mayoritas disinggahi pedagang Arab dan Bugis. Pada zaman Hindia-Belanda, Ruteng dijadikan pusat penyebaran agama Katholik dan mulailah satu persatu gereja dibangun di Ruteng dan sekitarnya.



Katedral Lama di tengah kota adalah salah satu bangunan yang saya kunjungi. Dibangun pada 1929, kental dengan gaya arsitektur Eropa. Dua menara menempel di kanan-kiri bangunan gereja dengan atap segi delapan yang mengerucut berhias salib di ujungnya.






Tangga naik lebar menuju tiga buah pintu gereja, yang bagian atasnya dihias jendela-jendela kaca berwarna dengan bentuk dan susunan melengkung lancip seperti kubah gereja. Dari tiga pintu, hanya satu yang dibuka, dengan sebuah cawan besi berisi air suci tergantung di sisi pintu.



Dan yang paling mengagumkan adalah langit-langit gereja disangga tiang-tiang kayu kokoh yang saling silang menyilang rapi. Tak perlu lampu pada siang hari, karena jendela kaca di sepanjang dinding memberikan cahaya yang cukup menerangi siapa pun yang duduk di bangku-bangku panjang terbuat dari kayu jati sambil khusyuk berdoa.



Pada 1996, mulailah dibangun katedral baru, untuk menampung lebih banyak jemaat saat prosesi keagamaan. Dengan bangunan dengan arsitektur yang lebih luas dan megah. ◼



Catatan:

Ruteng adalah sebuah kecamatan yang juga merupakan ibu kota kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Bisa ditempuh selama 4 jam dari Labuanbajo.

Comments

No comments yet. Be the first to comment!

Leave a Comment