Terbuai Lembeh Resort
Category: Tempat Inap • Author: Terry Endropoetro • Published on: 2014-08-22
Lambaian anak-anak di dermaga kampung Tandurusa - Bitung mengantar saya dan dua teman seperjalanan menaiki perahu motor melintas ke selat Lembeh. Selat yang memisahkan pulau Lembeh dan semenanjung Sulawesi Utara.
Tak sampai 30 menit, perahu sudah sampai ke pulau Lembeh. Lembeh Resort tampak tersembunyi di lekukan bukit karang yang dipenuhi rimbunnya pepohonan. Bangunan-bangunan yang didominasi kayu didirikan menyebar mengikuti kontur tanah yang bertingkat-tingkat.
Mau tidak mau kekuatan fisik pun diuji. Jalan setapak yang menghubungkan antar rumah inap dengan tempat-tempat lain seperti main lobby, restaurant, dive center, dan dermaga juga dibangun mengikuti kontur bukit karang, naik, turun, berkelok, dan beranak-anak tangga.
Begitu pula bila hendak menuju kolam renang di pinggir laut. Tempat terbuka yang terletak dekat dermaga ini, selain untuk berenang, juga menjadi tempat paling tepat untuk menghabiskan sore. Menunggu matahari terbenam di balik gunung Klabat dan gunung Dua Saudara.
RUMAH INAP
Bangunan rumah inap yang saya tempati didominasi dari bahan kayu. Terasnya luas terbuka dengan pemandangan selat lembeh yang biru dan langit cerah, dilatarbelakangi samar-samar kota Bitung di seberang.
Bangunan ini hanya memiliki satu ruangan yang luas. Dengan tempat tidur dengan kelambu tergantung di atasnya. Walau ada pendingin ruangan, tak ada salahnya mencoba tidur menikmati udara laut yang masuk dari jendela. Tak hanya teras dan ruang tidur yang nyaman. Kamar mandi semi terbuka yang ditata apik pun membuat betah berlama-lama berendam di bathtub sambil nyanyi-nyanyi.
MEMANJAKAN LIDAH
Dalam sajian makan Lembeh resort tak hanya menghidangkan salad dan pasta. Tapi ada juga pilihan menu tradisional, seperti ayam bumbu paniki yang bersantan dan sate garo. Namun jangan bandingkan dengan cita rasa kuliner asli Sulawesi Utara yang terkenal pedas luar biasa, karena segala bumbu dan tingkat kepedasan sudah disesuaikan dengan lidah dan 'kekuatan perut' para tamu yang mayoritas adalah orang asing.
Satu sajian yang paling berkesan adalah sashimi ala Bitung. Konon, makanan ini ditiru oleh para nelayan setempat yang pernah bekerja dengan orang-orang Jepang di kapal-kapal penangkap ikan. Tampilannya pun mirip yaitu berupa irisan tipis daging tuna segar, hanya saja saus yang digunakan bukan wasabi, melainkan saus kental berwarna hitam. Saus ini terbuat dari ramuan bumbu dari kacang tanah yang disangrai, bawang merah, cengkeh, daun mint, laos, dan pala. Semua bumbu dihaluskan hingga bercampur rata lalu dicampur dengan tambahan kecap manis dan kecap asin. Cita rasanya sangat pedas dengan aroma daun mint yang harum tercium segar.
SELAT LEMBEH
Selat Lembeh berada di antara pulau Lembeh dan semenanjung Sulawesi Utara, selat ini adalah salah satu tempat menyelam terbaik di dunia.
Di sepanjang 16 kilometer dengan lebar selat 1-2 kilometer ini terdapat sekitar 88 lokasi titik selam dan merupakan muck diving terbaik di dunia, yaitu tempat penyelaman dengan dasar laut berpasir.
Karena pengaruh arus dari samudera Pasifik membuat selat ini sebagai habitat hewan laut dengan ekosistem yang unik, yang tak ditemukan di perairan mana pun di dunia. Para pencinta fotografi bawah air pun menjuluki selat Lembeh dengan 'The Mecca of Macro Photography'. Kurang bangga apalagi kita sebagai pemilik negeri ini....
Bagaimana ke sana?
Untuk mendapat tempat di Lembeh Resort sebaiknya lakukan reservasi paling tidak 6-12 bulan sebelumnya, dan Anda akan langsung dijemput di bandara Sam Ratulangi, Manado.
Harga:
US$125-US$185/malam
US$48/dive (1-18 penyelaman)
US$45/dive (19+ penyelaman)
US$9/dive (tabung nitrox)
Comments
No comments yet. Be the first to comment!
Leave a Comment