Sirsak Bakar di Jailolo

Category: Icip-icip Kuliner • Author: Terry Endropoetro • Published on: 2014-08-21

Di perjalanan hari #2, saya, @arieparikesit, dan @bett3r berkunjung ke Kampoeng Boedaja di Desa Akelamo, Sahu Timur, Jailolo. Ditemani bapak Richard Hontong dan beberapa penduduk setempat, tim Ekspedisi Warisan Kuliner disuguhi demo masak beberapa makanan tradisional.

SIRSAK BAKAR BAMBU



Bahan dasarnya adalah sirsak yang masih agak mengkal, dikupas dan harus dipotong-potong dengan ukuran yang sama besar, agar saat dibakar menghasilkan kematangan yang sama. Potongan sirsak yang sudah direndam dengan air garam, ditiriskan, kemudian dimasukkan ke dalam buluh-buluh bambu. Setelah matang, sirsak yang dikeluarkan dari buluh bambu, rasanya mirip sukun rebus, manis dengan sedikit rasa asam.



Dulu makanan ini biasa dikonsumsi para petani yang kehabisan bekal saat berladang masuk-keluar hutan berhari-hari. Kehidupan modern yang menyediakan segalanya dan memberi kepraktisan malah membuat makanan tradisional ini hampir punah.


WOKU IKAN BAKAR BAMBU



Menggunakan potongan daging ikan goropa (kerapu), yang sudah diberi air perasan lemon cui. Diaduk dengan bawang merah, bawang putih, cabai keriting, kunyit, dan garam yang sudah dihaluskan. Dicampur pula dengan irisan tomat, daun kunyit, daun pandan, daun jeruk, kemangi, dan serai. Ditambahi suwiran daun pepaya dan daun singkong. Setelah teraduk rata dimasukkan ke dalam buluh buluh bambu. Cita rasa makanan ini bercampur antara pedas, asam, dan sedikit rasa pahit dari daun pepaya.




Bambu yang digunakan untuk memasak keduanya adalah bambu hutan. Semua bahan masakan, dimasukkan ke dalam bumbu bambu lalu disumpal rapat dengan daun pisang, sementara ujung yang lain hanya dilubangi sedikit. Bambu diletakkan miring berjajar di atas bara api, air yang menetes dari bagian bawah bambu menandakan proses pematangan sedang berlangsung.


AIR GORAKA

Minuman ini rasanya hangat dan 'pedas' karena banyaknya jahe yang digunakan. Jahe merah kupas yang sudah dibakar dan dimemarkan, direbus dengan air, daun pandan, serutan gula aren, gula pasir, dan sedikit garam. Air rebusan akan berwarna kecokelatan, makin banyak gula aren yang dipakai dalam rebusan akan membuat warna air yang lebih gelap dan menjadi lebih kental. Setelah disaring, air goraka disajikan dengan taburan kenari kupas yang diiris tipis atau kacang tanah yang disangrai.



PISANG MULU BEBE

Pisang dengan bentuk yang panjang, langsing, dan melengkung seperti mulut bebek. Citarasanya tidak terlalu manis. Karena teksturnya yang cenderung mengkal, pisang ini sering diolah dengan mengirisnya tipis-tipis memanjang lalu digoreng untuk dimakan sebagai camilan. Bisa juga dibiarkan utuh tanpa dipotong-potong lalu digoreng tidak terlalu kering atau direbus dengan kuah santan untuk dimakan dengan sayur dan ikan.


SAGUER



Minuman tradisional hasil fermentasi buah enau, yang disimpan dalam selongsong bambu. Tampilannya putih susu dengan kadar alkohol yang rendah, rasanya bercampur antara manis, asam, dan pahit. Saguer selalu ada di setiap pesta adat, diminum oleh para tamu selama acara berlangsung sebagai tanda penghormatan. Bila melalui proses penyulingan, warna saguer berubah menjadi bening dan kadar alkoholnya pun meningkat, harganya pun semakin mahal.


Comments

No comments yet. Be the first to comment!

Leave a Comment