Pastikan Sehat Sebelum Naik KRL

Category: Jalan-jalan • Author: Terry Endropoetro • Published on: 2021-06-22

Di stasiun Bogor, ketika hendak kembali ke Jakarta, saya melihat antrean panjang. Dari kejauhan hanya tampak tulisan ‘gratis’. Saya langsung berdiri di urutan belakang. Setelah dalam barisan, barulah saya bertanya pada petugas berseragam “Ini antrean apa?”


“Test swab Antigen, mbak,” jawab petugas.

Kaget? Tentu tidak. Saya malah antusias. Karena saya bukan golongan yang duduk manis di rumah dapat uang. Jadi setiap keluar rumah menjadi sebuah perjuangan. Angka kasus Covid-19 yang di pertengahan tahun 2021 meningkat lagi, membuat kekhawatiran saya menjadi-jadi.



Apalagi sekarang lingkarannya mulai menyempit. Dalam sebulan terakhir beberapa teman dekat sudah terpapar Covid-19. Kondisi mereka berbeda-beda. Ada yang tanpa gejala, ada yang demam berkepanjangan. Isolasi mandiri memang jadi solusi, yang memilih sukarela masuk rumah sakit pun ada. Walaupun akhirnya mereka kembali sehat, tapi jelas pengalaman sebagai penyintas ini cukup tidak enak untuk diingat.



Harus kita sadari bahwa virus ini ada di mana-mana, bisa dibawa oleh siapa saja, dan ‘menempel’ sesukanya. Walau kita sudah berusaha menjaga kesehatan dan tetap waspada, kemungkinan tertular tetap ada, selama masih ada orang lain yang abai atau menganggap pandemi ini numpang lewat saja.



Bagi saya pengguna transportasi umum jadi harus ekstra hati-hati. Walaupun di KRL, yang sejak awal pandemi sudah berupaya keras menerapkan protokol kesehatan secara ketat. Mulai antrean jaga jarak mengular hingga ngobrol teleponan di dalam kereta pun dilarang. Semua demi memutus rantai penyebaran Covid-19. Tapi toh, masih ada saja penumpang yang memelorotkan masker mereka di dalam kereta saat petugas keamanan yang lewat tak lagi tampak dari pandangan.





Jadi kalau ditanya, apa pendapat saya tentang test antigen secara acak ini? Jawabannya jelas dan tegas. Saya mendukung demi kebaikan dan kesehatan bersama. Saya langsung ikut di dalam barisan! Nah, ini beberapa info dari pengalaman saya kemarin.



7 HARI DI 6 STASIUN
Test antigen ini dilakukan dalam periode 21 – 27 Juni 2021 di 6 stasiun. Keenam stasiun ini merupakan stasiun keberangkatan dan stasiun transit dengan jumlah calon penumpang yang cukup padat yaitu Stasiun Bogor, Bekasi, Cikarang, Tangerang, Manggarai, dan Tanah Abang.



Pukul 07.30

Stasiun Bogor, Bekasi, Cikarang, Tagerang

Pukul 16.00

Stasiun Manggarai, Tanah Abang



DIPAKSA ATAU SUKARELA?
Tidak ada paksaan. Petugas di stasiun akan menghampiri calon penumpang dan menawarkan kesempatan untuk melakukan test antigen. Kalau mau silakan, kalau keberatan ya tidak apa. Perlu diketahui, test antigen ini dilakukan acak dalam jumlah terbatas. Kalau kalian mau, cocokkan waktu kepergianmu di stasiun (seperti di atas) dan tanya ke petugas jaga.



BAYAR ATAU TIDAK?
Gratis! Tidak bayar! Hanya perlu menyiapkan:

1. Kartu Identitas.

2. Kartu Multi Trip (KMT) atau kartu bank elektronik yang biasa digunakan untuk melakukan perjalanan.



Akan ditanya juga beberapa hal lain, seperti nomor telepon dan naik KRL tujuan mana. Jawab saja yang jujur, petugasnya ramah kok.






SELALU WAS-WAS
Setelah pengisian data, mendapat nomor antrean, lalu menunggu sebentar. Saat tiba giliran saya, nomor saya dipanggil untuk masuk ke bilik semi terbuka tempat test dilakukan. Setelah selesai, disuruh menunggu dan baru boleh pergi setelah hasil test keluar.



Wajar sih, kalau ada orang yang takut untuk di-test antigen. Lubang hidung dicolok memang kurang nyaman sih. Makanya saya tidak pasang foto saat roses dilakukan. Sebenarnya ini buka kali pertama saya melakukan test antigen dan kalau sudah duduk menengadah di hadapan tenaga kesehatan yang bertugas, jadinya ya pasrah. Tapi ketimbang dicolok hidung, saya lebih senewen saat menunggu hasilnya. Hanya bisa pasrah dan berdoa.



Tak bisa membayangkan andai hasilnya positif (amit-amit). Pasti langsung pucat pasi. Saya harus mengabari keluarga dan teman-teman dekat yang beberapa hari sebelumnya kontak dengan saya. Begitu juga kemarin, yang saya pikirkan, bagaimana saya pulang ke Jakarta?



Lega rasanya ketika tahu hasilnya negatif. Oh ya, karena ini semacam mengambil sampel acak, jadi hasil test bisa dilihat dari alat yang bertuliskan nomor antrian. Kalau garisnya satu artinya negatif. Alat itu tidak bisa dibawa pulang, jadi difoto saja ya, buat kenang-kenangan.






NGGAK TAKUT KETINGGALAN KERETA?
Tidak apa-aa, saya naik kereta selanjutnya saja. Saya punya alasan kuat mengapa saya terlambat, saya ingin tahu apakah saya sehat. Dengan mengetahui hasil test antigen saya negative, hati jadi lebih tenang di perjalanan. Tentu saja, masker tetap terpasang menutupi mulut dan hidung, semprot-semprot disinfektan, dan langsung mandi sesampai di rumah. Baru deh, duduk ngobrol santai-santai sama keluarga. Yang penting juga, jangan lupa berdoa ya, supaya kita sehat selalu dan pandemi ini cepat berlalu. █

Comments

No comments yet. Be the first to comment!

Leave a Comment