3 Vihara di Jalan Klenteng, Bandung

Category: Rumah Ibadah • Author: Terry Endropoetro • Published on: 2020-03-31

Banyak cara bila jika ingin menenangkan jiwa. Bisa jadi cara kita berbeda. Kalau saya, mendatangi rumah ibadah agama lain. Bukan mau pindah agama, tapi beginilah saya memahami toleransi, yang seharusnya.



Pecinan Bandung yang kali ini saya tuju. Tepatnya Jalan Klenteng, Bandung. Dinamakan seperti itu, karena klenteng tertua di Bandung dibangun di sini, di kawasan pemukiman masyarakat Tionghoa tempo dulu. Merantau jauh dari daratan Tiongkok, para perantau tetap membawa Dewa mereka, sesuai yang dipercayai marga dan para leluhur pada ajaran Kong Hu Cu.



Klenteng dibuat sebagai rumah ibadah agar semua marga bisa berkumpul. Di dalam klenteng, selain Dewa ‘Utama’ terdapat ruang-ruang dengan dewa masing-masing, lengkap dengan altar dan meja persembahan. Bangunan klenteng biasanya kental dengan budaya Tionghoa. Berhias relief dan ukiran ornamen yang khas dan dominasi warna merah sebagai warna keberuntungan.



Keberadaan klenteng seperti dilenyapkan dari Indonesia sejak 1965. Banyak hal yang berhubungan dengan Tionghoa menjadi sangat sensitif. Kong Hu Cu tidak dianggap sebagai agama, sehingga penyebutan klenteng pun harus diubah menjadi vihara, tempat ibadah umat Buddha. Semuanya jadi rancu, namun tak masalah bagi para umat yang percaya pada Sang Pencipta alam semesta. Vihara dijadikan tempat ibadah ajaran Tri Dharma. Penganut Konfusianisme, Taoisme, dan Buddhisme bebas bersembahyang di sana.



Sebenarnya banyak sekali vihara di kawasan ini, namun baru 3 yang saya datangi. Bila kalian ingin ke sana dan tak menemukan tempatnya, tanyakan saja pada tukang parkir atau pemilik toko, mereka pasti akan memberi tahu ke mana kalian harus berjalan.



VIHARA SATYA BUDHI

Jl. Klenteng No.233, Bandung


Pintu masuknya berupa gapura raksasa. Karena bagian atasnya ditutupi atap, bentuknya malah terlihat semacam teras besar. Dindingnya berhias relief dengan dominasi warna putih dan kelabu. Tapi ini bangunan baru, bangunan yang lebih megah ada di belakang sana, dengan dominasi warna merah.





Melihat bentuk dan warnanya, walaupun disebut Vihara Satya Budhi, saya lebih nyaman menyebutnya klenteng. Klenteng yang awalnya bernama Hiap Thian Kong (Istana Para Dewa) ini dibangun pada 1863 oleh Tan Hay Hap, seorang saudagar beras dan pemilik pabrik tapioka. Seorang Tionghoa terpandang yang diangkat pemerintah Hindia Belanda sebagai Kapitan (Wijkmeester de Chinesen), untuk dijadikan panutan sekaligus pimpinan masyarakat Tionghoa di Bandung.



Patung Guan Gong yang sedang menunggang kuda menyambut orang-orang yang datang. Dalam hidupnya, panglima perang Dinasti Han (206 SM – 220 M) ini selalu membela kebenaran. Patung Guan Gong dibuat sebagai lambang keberanian, keadilan, dan kesetiaan.



Di kanan-kiri pintu masuk klenteng ada sepasang patung singa. Bentuknya lebih pada bentuk hewan legenda Tionghoa, karena tak sepenuhnya seperti singa. Kedua patung ini melambangkan energi positif dan negatif yang seharusnya seimbang dalam kehidupan. Energi positi (Yang) dilambangkan dengan singa jantan yang sedang menggigit bola. Sedangkan singa betina yang mengasuh anak di dekat kakinya, melambangkan energi negatif (Yin).







Memasuki klenteng ada bokor emas berkaki tiga berisi pasir dengan banyak dupa menancap mengepulkan asap. Ada ruangan terbuka di bagian tengah bangunan, menghadap ruang utama di mana terdapat altar besar dan patung Dewa. Bangunan ini didominasi kayu, berhias indah dengan ukiran-ukiran yang rumit.



Klenteng ini buka dari jam 06.00 – 20.00 wib, atau hingga menjelang tengah malam di hari-hari tertentu. Kapan pun orang boleh datang dan berdoa. Mereka akan menyalakan dupa, berdoa sambil berdiri di depan Dewa ‘Utama’ dan Dewa mereka yang berada di sayap kiri dan kanan bangunan utama.



Karena tidak diperbolehkan mengambil gambar di bagian dalam klenteng. Jadi saya hanya duduk-duduk saja di sana, memperhatikan orang-orang yang datang berdoa. Suasana yang tenang dan harum aroma dupa menambah tenang suasana.



VIHARA SAMUDRA BHAKTI

Jl. Klenteng No.233, Bandung


Letak vihara bersebelahan dengan Klenteng Satya Budhi. Bangunan ini merupakan rumah ibadah umat Buddha. Tampak dari patung Buddha yang berada di ruang bagian belakang. Di samping Buddha juga ada Dewi Kwan Im, dewi welas asih dalam budaya Tionghoa.






Bangunan vihara sudah lebih moderen. Lebih sederhana dengan dominasi warna putih. Di dalamnya terdapat ruangan luas minimalis. Ruangan ini akan dipenuhi umat pada Minggu pagi. Mereka akan duduk bersila di lantai, berdoa dan bermeditasi bersama dipimpin seorang Bhikkhu.



Di dalam vihara ini juga tak diperkenankan mengambil gambar. Tapi siapa pun boleh datang. Tak akan ada pertanyaan “Agamamu apa?” atau “Ada kepeluan apa?”. Yang penting berkelakuan sopan dan tak membuat keributan. Seperti saya, yang hanya sekadar duduk berlama-lama dalam diam.



VIHARA TANDA BHAKTI

Jl. Vihara No.3, Bandung


Berada di antara pemukiman, vihara ini mudah ditemukan karena mencantumkan nama viharanya. Awalnya saya pikir sebuah pura, karena yang menghias pagar lebih mirip ornamen Barong Bali. Vihara ini merupakan bangunan dua lantai. Tempat ibadah berada di lantai dua dengan ruang yang semi terbuka.








Berbeda dengan klenteng dan vihara sebelumnya, yang untuk mengambil foto bagian dalam saya meminta izin dahulu dan diperbolehkan memotret dari teras. Di sini saya lega, karena tak ada larangan memotret. Jadi saya bisa berbagi pengalaman dengan kalian.



Ruangan ibadah didominasi warna merah. Tiang-tiang di teras berhias relief naga. Sepasang Men Shen, Dewa Penjaga Pintu dalam budaya Tionghoa menjaga pintu masuk ke ruang utama. Dibanding Vihara Samudra Bhakti, ruang utama di vihara ini lebih sempit, berbagi dengan meja untuk sembahyang dan hiasan lainnya. Tapi patung Buddha jadi tampak ‘lebih dekat’.



Saya duduk bersimpuh di sudut ruangan, menatap tangan Buddha dalam posisi Abhaya Mudra. Posisi tangan itu menggambarkan sikap tangan menenangkan dan menyatakan “Jangan takut.” Hati saya jadi lebih lega, seperti mendapat ketenangan dan perlindungan yang memberi kedamaian. █

Comments

No comments yet. Be the first to comment!

Leave a Comment