Naik Kereta Cisauk – Tanah Abang saat Wabah Corona

Category: Jalan-jalan • Author: Terry Endropoetro • Published on: 2020-03-26

Pengalaman pergi keluar rumah di masa Mbak Corona merajalela memang agak menyeramkan. Apalagi kalau harus pindah wilayah, memikirkan wabah ini pun tak berani. Rasanya ingin cepat pulang saja ke rumah.




Kepergian bersama Rere Ate Malem ke Summarecon Serpong, Tangerang beberapa waktu lalu bukan untuk jalan-jalan, melainkan ada urusan yang tak bisa kami lakukan dari rumah. Menjelang siang, kami naik kereta commuterline dari Pasar Minggu - Stasiun Duri dan dilanjutkan berkereta ke Stasiun Tangerang. Kereta lengang dan di dalam kereta mengalun lagu berirama jazz yang cukup membuat pikiran tenang, tapi tetap saja rasanya tak nyaman.



Dari Stasiun Tangerang, mulanya kami hendak naik angutan kota. Tapi kemudian berubah pikiran naik taksi online saja. Salah satunya karena waktu tempuhnya cukup lama. Terbayang selama perjalanan kami harus berinteraksi dengan banyak orang.



Urusan tak kelar dalam satu-dua jam. Beruntung jadwal commuterline tak lagi dibatasi. Sekitar jam 19.00 kami baru beranjak pulang, atas kebaikan teman kerja, kami diantar ke Stasiun Cisauk, Tangerang.



Sebelum masuk stasiun, ada petugas yang memeriksa suhu badan. Suasana di dalam stasiun dan peron juga lengang, padahal ini belum jam delapan malam. Kereta kami yang menuju Tanah Abang belum datang.







Menunggu jeda waktu kedatangan kereta yang agak lama sambil melihat beberapa kereta di seberang yang hanya berisi sedikit penumpang dari Tanah Abang, membuat suasana jadi tidak menyenangkan.



Lega hati rasanya ketika akhirnya kereta kami datang. Di dalam kereta hanya ada beberapa penumpang dan beberapa petugas berpakaian rompi berwarna oranye. Dengan masker terpasang menutupi hidung dan mulut, mereka berdiri membawa sapu, pengki, gagang pel, dan tabung semprot. Mereka petugas kebersihan kereta yang kemudian turun di Stasiun Serpong.






Badan saya lelah, tapi saat berusaha memejamkam mata, yang terbayang malah adegan film Train to Busan. Apalagi melihat keluar jendela hanya oemandangan gelap. Setiap stasiun pemberhentian sepi. Pintu kereta terbuka, tapi tak ada yang melangkah ke dalam.



Jadi ketika mulai memasuki Stasiun Kebayoran Lama, Stasiun Palmerah, langsung ada rasa gembira. Sudah mulai banyak lampu. Sudah mulai masuk Jakarta. Sampai akhirnya kereta tiba di Stasiun Tanah Abang.



Buru-buru turun dari kereta. Perjalanan kami pulang masih panjang. Cairan antiseptik yang saya bawa, berkali-kali saya tuang. Saya ingin cepat sampai di rumah, langsung ingin mandi, keramas, dan ganti baju.



Bingung juga melihat stasiunnya lengang. Saat hendak naik tangga berjalan, saya berpapasan dengan Masinis, kuminta dia berfoto bersama. Nama yang tertera di seragamnya tulisan Ardhika atau Mahardika kalau saya tak salah baca. "Panggil Ibnu saja," katanya.



Sama seperti beberapa orang yang bertugas membersihkan kereta tadi, masinis ini juga masih muda, di masa tegang seperti ini mereka tetap menjalankan tugas di garda depan, melayani masyarakat yang masih membutuhkan mereka. Kagum dan terharu!






Masih di dalam stasiun, ternyata ada penyemprotan disinfekatan di tangga penyeberangan antar peron, tak hanya itu. "Penyemprotan menyeluruh di seluruh area Stasiun akan dilakukan saat tengah malam, setelah sudah tak ada lagi kereta beroperasi," kata salah satu petugas keamanan stasiun. Dan tak hanya di Stasiun Tanah Abang, tapi bergantian dengan stasiun-stasiun lainnya. Upaya PT Commuterline megurangi dampak penyebaran virus Corona, patut dihargai.



Di saat seperti ini semua memang harus saling mendukung, bersatu, dan bekerja sama. Yang bisa di rumah, ya di rumahlah. Yang memang harus bekerja, kenakan pengaman. Doa selalu teriring, semoga sehat semuanya. █

Comments

No comments yet. Be the first to comment!

Leave a Comment