Memilih Nomor Kursi di KA Argo Parahyangan
Category: Jalan-jalan • Author: Terry Endropoetro • Published on: 2019-11-01
Paling tidak sekali dalam sebulan saya jadi penumpang kereta ekonomi KA Argo Parahyangan . Ketepatan waktu tempuh dan kenyamanan jadi andalan. Tapi setiap kali memasuki kereta selalu saja deg-degan, karena saya sering kecele waktu mendapati nomor kursi yang saya pesan. Yaaaah, ternyata duduknya ‘mundur’.
Kedua kereta ekonomi memiliki fasilitas yang nyaris sama. Setiap kereta mampu memuat 80 penumpang. Dua puluh deret searah menghadap depan, dua puluh deret searah menghadap belakang. Hanya delapan kursi di bagian tengah yang saling berhadapan.
Untuk perjalanan kereta api, saya biasa memesan tiket melalui aplikasi KAI Access. Setelah memasukkan data akan otomatis diinfokan nomor kereta dan nomor kursi. Nah, biasanya saya mengubah nomor kereta dan nomor kursi. Kadang sesuai tanggal keberangkatan, bulan lahir, atau jadwal keberangkatan. Saya juga bisa memilih akan duduk di kursi A (jendela) B, C, atau D (jendela).
Masalahnya, tidak seperti memilih nomor kursi di bioskop, yang jelas-jelas tertulis ‘layar’ sehingga kita tahu bakal duduk di deretan mana, kursi nomor berapa, dan menghadap mana. Kalau di aplikasi kereta, semua deretan kursi dalam posisi vertikal. Dimulai nomor 1 di atas hingga 20 di paling bawah. Di mana posisi lokomotifnya tak ada informasinya.
Beberapa teman yang sering naik KA Argo Parahyangan, punya teori. Bila dari arah:
1. Bandung – Jakarta, pilih kursi 1 – 11.
2. Jakarta – Bandung, pilih kursi nomor 12 – 20.
Tapi kenyataannya, memesan tiket dan mendapat kursi menghadap depan seperti tebak-tebak buah manggis. Kalau apes ya dapat kursi menghadap belakang. Sebenarnya tak masalah juga, sih. Toh saya bukan tipe orang yang mabuk darat dalam perjalanan. Tapi sebal saja, salah pilih nomor kursi itu jadi seperti salah pasang nomor undian berhadiah.
“Idealnya penempatan nomor kursi pada rangkaian KA Argo Parahyangan memang seperti itu. Semua angka kecil ke arah Bandung dan angka besar ke arah Jakarta,” kata Indra Asmara, Junior Manager Digital Community PT Kereta Api Indonesia, “tapi bila salah satu kereta memerlukan maintenance, otomatis akan dilepas dari rangkaian. Nah, bisa jadi setelah selesai, kereta tersambung lagi dengan arah yang berbeda.”
Iya juga sih, kan membalik kereta bukan semudah memindahkan batu bata. Puas dengan jawaban yang didapat, saya jadi menyimpulkan. Untuk mendapatkan kursi menghadap depan semuanya tergantung amalan baik. Dengan begitu, kalaupun harus duduk di kursi yang menghadap belakang, saya bisa lebih legowo menerima kenyataan yang ada. Yang penting, sama-sama sampai di stasiun tujuan toh? █
Comments
No comments yet. Be the first to comment!
Leave a Comment