Mercusuar Cikoneng 'Penjaga' Selat Jawa
Category: Jalan-jalan • Author: Terry Endropoetro • Published on: 2019-10-30
Setiap melihat mercusuar, selalu ingin bisa naik hingga ke atas. Pasti pemandangan dari atas luar biasa indahnya. Tapi coba bayangkan, bagaimana perasaan penjaga mercusuar pada 1883 melihat gelombang tsunami setinggi 30 meter melengkung di atasnya yang menyapu bersih apa saja sejauh 40 kilometer daratan Banten.
Mercusuar ini terletak di Kampung Bojong, Desa Cikoneng, Anyer, makanya lebih dikenal dengan sebutan Mercusuar Cikoneng. Dulu, pintu Timur digunakan untuk petugas mercusuar masuk, dan pintu Barat memudahkan petugas untuk pergi memeriksa pantai dan dermaga. Tapi kini, pintu yang dibuka hanya pintu Barat saja. Siapa pun boleh datang berkunjung. Disambut sebuah tiang raksasa di tengah ruangan, penyangga kokoh bangunan mercusuar.
Bagian dalam mercusuar jauh dari yang saya bayangkan. Saya sudah mempersiapkan akan mencium aroma baja berkarat, ternyata tidak. Ruang bundar di bagian dasar bangunan mercusuar ternyata bersih dan cukup terang. Suasananya persis museum. Di dinding-dindingnya ada panel-panel dipasang berjajar. Satu panel berisikan info mengenai satu mercusuar yang menjaga pulau-pulau terluar Indonesia.
Tangga baja menempel pada salah satu sisi bangunan. Pegangan tangga tampaknya sudah diganti dengan kayu baru. Tapi lempengan anak tangga yang terbuat dari baja tebal, tiang-tiang, dan hiasan di ujung tangga tetap masih seperti yang dulu.
Saat sudah berada di dalam mercusuar, rasa penasaran pun datang, ingin naik sampai ke atas. Tapi sebelum naik, ada beberapa peraturan yang harus dipatuhi pengunjung:
1. Waktu kunjung 30 menit.
2. Maksimal pengunjung di dalam mercusuar 10 orang.
3. Untuk menaiki tanggak mercusu, harus lepas alas kaki.
4. Bila terjadi angin kencang atau hujan (disertai petir), pengunjung wajib turun.
5. Kecelakaan yang terjadi akibat faktor alam maupun kelalaian pengunjung, sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengunjung.
6. Bagi penderita penyakit jantung atau penyakit lainnya (yang membahayakan jiwa) tidak memaksakan diri naik ke atas.
7. Dilarang bersendau gurau di dalam mercusuar.
8. Dilarang membawa makan dan minum ke dalam mercusuar.
9. Dilarang mencoret-coret dinding.
10. Dilarang membuang sampah sembarangan.
11. Dilarang membawa senjata tajam.
12. Dilarang mengambil atau meletakkan apa pun di dalam mercusuar.
Di lantai dua suasana masih sama. Masih ada panel-panel berisi info-info mercusuar. Para pengunjung hanya bisa naik sampai lantai tiga, karena lubang tangga menuju ke lantai berikutnya ditutup. Tentunya dengan alasan keselamatan pengunjung. Yang bisa naik sampai ke atas ya hanya para penjaga mercusuar.
Mercusuar Cikoneng diyakini sebagai titik awal pembangunan jalan Anyer – Panarukan oleh Deandels, Gubernur Jenderal Hindia Belanda yang dimulai pada 1825. Sebagai pengingat, dibangunlah Tugu 0 Kilometer beberapa belas meter dari mercusuar yang baru.
Ketika mencoba berfoto dengan latar belakang Mercusuar Cikoneng dan Tugu 0 Kilometer, hasilnya agak mengecewakan. Karena ternyata di bola dunia yang tampak adalah benua Amerika. Wah, nggak jadi deh. Lhooo, saya kan maunya yang tampak peta Indonesianya.
Menurut saya, Anyer adalah satu tempat tujuan wisata yang tidak banyak pilihan kendaraan umum. Harus berpindah-pindah Lalu bagaimana kalau yang tak punya kendaraan pribadi seperti saya? Salah satu solusinya ya, menggunakan jasa rental online TRAC. Dengan begitu perjalanan menjadi lebih nyaman. Lebih praktis juga bila hendak berpindah dari satu pantai ke pantai lain. █
Comments
No comments yet. Be the first to comment!
Leave a Comment