Gereja Kepanjen, Surabaya

Category: Rumah Ibadah • Author: Terry Endropoetro • Published on: 2013-03-13

Gereja ini mengalami sejarah panjang. Berabad-abad menjadi saksi bisu bahkan menjadi 'korban' peperangan. Namun terbukti bahwa sesuatu yang berhubungan dengan Tuhan bukan hal yang mudah terlupakan oleh waktu.

Agama katolik yang disebarkan di Surabaya oleh dua pastor Belanda, Hendrikus Waanders dan Philipus Wedding pada 1810, menarik para jemaatnya membangun sebuah tempat ibadah ‐gereja Maria Geboorte. Dinding gereja ini mengalami keretakan saat gempa melanda Surabaya pada 1867. Sebagai penggantinya, pada 1899 dibangunlah sebuah gereja di Kepanjen yang lebih besar agar bisa menampung lebih banyak jemaat.



Bencana terulang lagi. Pada 1945, gereja ini sempat terbakar habis, satu hari setelah perang 10 November. Pembangunan kembali baru dilakukan pada 1950 dengan tetap mempertahankan gaya neo gothic-nya yang 'sangat Eropa'. Pintu dan jendela yang melengkung berujung lancip, dua menara yang masing-masing ujung atapnya dihiasi salib. Ayam jago yang bertengger di salah satu salib, menjadi simbol ajaran agama katolik dengan makna paling tua ‐ayam sebagai penyambut fajar, penanda harapan bahwa Tuhan akan datang dan kegelapan dosa dikalahkan.




Gereja Kelahiran Santa Perawan Maria, yang lebih akrab dengan nama Gereja Kepanjen.




Dari atas, tampak bangunan gereja berbentuk salib.



Saat memasuki bagian dalam gereja, mulut saya pun ternganga. Langit-langitnya tinggi bertulang kayu yang melengkung indah. Jendela-jendela berhias kaca-kaca patri ada di sepanjang dinding bagian atas gereja, berwarna-warni indah.


Bangku-bangku panjang terbuat dari kayu yang kokoh, lengkap dengan 'tatakan kaki' untuk tempat berlutut saat berdoa. Tersusun rapi di kanan-kiri hingga ke ujung ruangan tempat altar dengan langit-langit yang cekung membentuk kubah.





Cahaya dari jendela kaca patri di sepanjang dinding.




Jendela kaca patri dengan kepingan kaca warna-warni.




Lengkungan kayu penghias langit-langit.



Di sisi kiri bagian luar gereja terdapat relief Jalan Salib yang dibuat dalam cerukan-cerukan kecil. Berujung pada sebuah pelataran tempat berdoa, dengan patung Yesus berdiri sambil merentangkan tangan. Gua Maria dibuat agak di bagian belakang gereja, dihiasi dengan kolam ikan dengan air yang gemericik menambah suasana khusyuk saat berdoa.




Sedangkan di sisi lainnya terdapat sebuah ruangan tempat menyimpan cawan-cawan dan tempat tempat lilin dari kuningan, jubah-jubah pastur, kitab injil, dan beberapa barang lain milik gereja yang sempat diselamatkan saat gereja ini terbakar hebat pada 1945.



Comments

No comments yet. Be the first to comment!

Leave a Comment