Jalan Kaki di Jalan Asia Afrika Bandung

Category: Jalan-jalan • Author: Terry Endropoetro • Published on: 2019-06-18

Panjang jalan ini sekitar 240 meter. Tapi karena berada di pusat kota Bandung, tak heran kalau tingkat kemacetan di Jalan Asia-Afrika cukup tinggi. Itu alasan mengapa untuk menikmati suasana tempo dulu di kawasan ini, saya memilih berjalan kaki.



Ini bukan pertama kali saya berjalan kaki di Jalan Asia-Afrika. Jalan ini dilengkapi dengan trotoar yang cukup luas di sisi kanan dan kiri jalan. Ada bangku-bangku untuk orang yang melintas melepas lelah, atau sekedar duduk-duduk santai. Nyaman, bersih, dan rapi.



Jalan Asia Afika di Bandung merupakan salah satu jalur utama Grote Postweg, Jalan Raya Pos yang dibangun Gubernur Jenderal Herman Willem Deandles semasa kekuasaannya 1808 – 1811. Ketika berjalan bersama Bupati Bandung, R.A.A.Wiranatakusumah II, Deandels berucap, “Zorg, dat als ik terug kom hier eed stad gebouwd.” (Coba usahakan, bila aku datang kembali, tempat ini sudah dibangun sebuah kota).



Memang terbukti, seiring dengan dibangun Jalan Raya Pos, mulai berkembanglah perkebunan dan pertanian di sekitar Bandung yang membuat kota ini menjadi kota tujuan untuk bisnis dan liburan khusus bagi para pemilik perkebunan. Gedung-gedung megah dibangun, yang kini tetap dijaga sebagai cagar budaya.





Di antara deretan gedung-gedung peninggalan kolonial, ada 6 gedung yang sejarahnya ‘Bandung banget!’. Yaitu:



1. HOTEL SAVOY HOMANN

Hotel ini dibangun oleh keluarga Homann pada 1871 dan selesai di tahun berikutnya. Selain bergaya arsitektur Gothic-Romantic, hotel ini dikenal karena makanannya yang lezat. Pada 1939, hotel ini diperbesar oleh arsitek bernama Albert Aalbers dengan menambahkan bangunan bergaya Art Deco yang melengkung.



Pada 1940-an, hotel ini berubah nama menjadi Savoy Homann untuk menampilkan kemegahannya. Salah satu tamu yang pernah menginap di hotel ini adalah Charlie Chaplin.





2. HOTEL GRAND PREANGER

Bangunan di sudut jalan ini mulanya adalah sebuah toko kelontong. Dibangun pada 1884, toko ini menyediakan beragam kebutuhan para i>Priangan Platers, pemilik perkebunan di Priangan.
Ketika toko ini bangkrut, pada 1897, toko ini diubah oleh W.HC. Van Deeterkom menjadi sebuah hotel dengan nama Hotel Preanger.



Preanger adalah sebutan dalam bahasa Belanda untuk Priangan atau Parahyangan. Parahyangan dalam bahasa Sunda diartikan tempat leluhur para hyang, roh leluhur atau dewa yang menghuni di pengunungan.



Hotel Preanger mengalami beberapa kali pergantian kepemilikan. Pada 1929, gedung dengan gaya arsitektur Indische Empire ini direnovasi oleh Charles Wolff Schoemaker dibantu muridnya yaitu Soekarno.





3. TUGU TITIK NOL BANDUNG

Tugu ini sering terlewat oleh para pejalan kaki, apalagi pengendara kendaraan bermotor. Padahal letakknya tak jauh dari Hotel Grand Preanger. Persisnya di depan gedung Dinas Bina Marga & Penataan Ruang Jawa Barat. Mudah dikenali karena ada sebuah lokomotif berwarna hitam.



Sekilas memang tampak seperti lokomotif. Padahal sebenarnya adalah mobil stum (stoom) berbahan bakar kayu. Konon, saat pembangunan Jalan Raya Pos Anyer – Panarukan, mobil stum ini digunakan untuk meratakan bebatuan di jalanan di wilayah Priangan.



Di balik kisah korban nyawa para pribumi saat pembangunan Jalan Raya Pos, sebenarnya jalur ini sangat bergunu. Antara lain mempermudah komunikasi dari Batavia ke daerah-daerah di pulau Jawa. Jarak Batavia – Surabaya yang kala itu biasanya ditempuh selama 40 hari, menjadi hanya 7 hari. Setelah dibangun Jalan Raya Pos, hasil teh dan kopi dari pelosok Priangan yang biasanya terbuang atau dibiarkan membusuk, sejak itu bisa diangkut ke pelabuhan Cirebon dan Indramayu. Perdagangan kala itu pun menjadi maju pesat.






4. KORAN PIKIRAN RAKYAT

Koran Pikiran Rakyat merupakan kebanggaan masyarakat Bandung. Koran yang awalnya milik Bandung N.V ini pertama kali terbit pada 1950. Dengan peralatan cetak sederahana, oplah koran ini tak pernah lebih dari 200.000 eksemplar sehari.



Baru pada 1974, koran Pikiran Rakyat memiliki mesin cetak offset yang mampu mencetak koran 25.000 eksemplar per jam. Silakan hitung sendiri berapa eksemplar yang dihasilkan dalam sehari. Koran Pikiran Rakyat kemudian bisa merambah ke seluruh pelosok Jawa Barat.



Setelah teknologi cetak semakin maju, mesin cetak offset yang pernah berjasa dan tak lagi digunakan kini diletakkan di depan kantor koran Pikiran Rakyat. Persisi di samping trotoar Jalan Asia Afrika dan dapat dilihat siapa pun yang melintas.






5. GEDUNG MERDEKA

Merupakan gedung paling bersejarah. Asal muasalnya penamaan jalan yang melintas di depannya. Karena pada 1955 gedung ini dijadikan tempat Konferensi Asia-Afrika (KAA) pertama yang diikuti 29 negara.



Pada zaman kolonial, Gedung Merdeka adalah gedung Societeit Concordia. Gedung ini dibangun pada 1895, lalu direnovasi dengan gaya arsitektur Art-Deco pada 1926 oleh C.P. Wolff Schoemacher, Albert Aalbers dan Van Gallen Last. Gedung Societeit Concordia merupakan tempat bertemunya para sosialita Belanda yang berdomisili di bandung dan sekitarnya. Di gedung ini sering digelar makan malam, pertunjukan kesenian, dan pesta dansa.



Sebelum menjadi Gedung Merdeka, gedung ini berubah-ubah fungsi. Sebagai Dai Toa Kaman, gedung pusat kebudayaan pada zaman pendudukan Jepang, markas pemuda Indonesia saat menyongsong kemerdekaan pada 1945, dan gedung MPRS sebelum kemudian dijadikan tempat konferensi yang merubah dunia.



Pada 2018 lalu, Gedung Merdeka kembali menjadi tempat KAA ke-63. Kali ini diikuti 109 negara. Negara apa saja dan benderanya bisa dilihat di bola-bola batu yang disusun di sepanjang Jalan Asia Afrika.






6. KANTOR DAGANG

Letaknnya di seberang Gedung Merdeka. Gedung ini dulu digunakan sebagai kantor Nederlandsche Handel-Maatschappij, perusahaan perdagangan Belanda ini didirikan oleh Raja William I pada 1824 Perusahan perdagangan hasil perkebunan dan pertanian ini kembali mendukung perekonomian Hindia Belanda, setelah ditinggal bangkrut VOC pada 1799. Gedung ini berada di kanan jalan, dibangun pada 1912. Juga digunakan sebagai kantor Nederlandsche Handel-Maatschappij. Kini gedung bergaya arsitektur Neo Klasik ini menjadi asset Bank Mandiri.





BAGAIMANA MENUJU KE SANA?

Yang jelas, kalian harus ke Bandung dulu ya. Kalau kalian menggunakan kereta api. Pilih kereta api dengan tujuan Stasiun Bandung. Jarak Jalan Asia Afrika hanya 1,8 kilometer dari Stasiun Bandung. Bahkan bisa dicapai dalam waktu kurang dari 30 menit berjalan kaki.



Sampai saat ini, Bandung menjadi tujuan wisata utama di Jawa Barat, khususnya pada akhir minggu dan musim liburan. Kalian tahu kan, tiket kereta api sudah bisa dipesan H-90 sebelum keberangkatan? Karena jadwal kereta api sudah lebih jelas dan pasti, jadi akan lebih baik beli tiket kereta api jauh hari sebelumnya.



Sekarang pesan tiket kereta api pun sudah sangat mudah. Bisa melalui mesin tiket mandiri di stasiun, toko-toko retail, juga aplikasi penjualan tiket kereta api online seperti Pegipegi. Pegipegi melayani pemesanan dan pembelian tiket kereta api online dengan harga spesial dan pilihan metode pembayaran sesuai keinginan.
Di web situs ini tak hanya untuk tiket kereta, tapi kalian juga bisa sekalian mencari promo-promo hotel di Bandung. Liburan jadi tenang kalau pemesananan sudah dilakukan jauh hari sebelumnya.
TIP JALAN KAKI

Agar jalan-jalan kalian lebih nyaman, beberapa tip ini mungkin akan sangat berguna:

- Kenakan pakaian yang nyaman.

- Hindari menggunakan sepatu atau sandal dengan hak tinggi.

- Bawa minuman agar tidak dehidrasi.

- Jangan lupa isi perut.

- Suasana paling nyaman menikmati Jalan Asia-Afrika adalah pada pagi hari, siang menjelang sore, dan malam hari.



Selamat mencoba! Semoga jalan-jalan kalian menyenangkan. █


Comments

No comments yet. Be the first to comment!

Leave a Comment