10 Hal Harus Tahu Diri di Kereta Api
Category: Jalan-jalan • Author: Terry Endropoetro • Published on: 2019-05-09
Pernah mengalami hal menyebalkan atau mengganggu di kereta api karena penumpang lain? Pasti pernah. Tapi kita juga harus sadar diri ya, jangan-jangan mungkin kita dianggap mengganggu juga oleh penumpang lain. Soal terganggu, ada 10 hal yang pernah saya alami.
Sekitar satu jam saya terlelap, tiba-tiba terbangun oleh suara dengkuran keras. Kaget karena saya pikir, saya yang mendengkur. Ternyata bukan. Saya menoleh perlahan, mencari-cari suara dengkuran keras tadi. Ternyata asalnya ‘kegaduhan’ hanya berselang 3 kursi dari tempat saya duduk.
Seorang pemuda berbadan besar. Kepalanya tergeletak di sandaran kursi, mulutnya sedikit terbuka, dan dengkurannya luar biasa kerasnya. Tampaknya satu kereta dipaksa mendengarkan dengkurannya. Penumpang yang duduk di sebelahnya menutup telinga dengan headset, matanya terpejam, tapi keningnya berkerut. Dijamin, sekeras apa pun musik yang keluar di headset-nya tak bisa meredam suara dengkuran di sebelahnya.
1. SOPAN SANTUN TIDUR
Agak sulit ya soal dengkuran ini. Tentunya tak ada yang ingin dirinya tidur mendengkur. Ada yang mendengkur karena memang bermasalah dengan saluran pernafasan. Tapi kadang dengkuran datang saat badan kita lelah. Nah, kalau sudah terlelap manalah kita sadar.
Tapi kan nggak mungkin soal penumpang yang mendengkur ini saya laporkan kepada Kondektur kereta api. Kok ya, rasanya kurang manusiawi. Lalu Kondektur
harus bilang apa? Tidak mungkin bilang, “Maaf Pak, mohon tidak diulangi lagi. Karena dengkuran Anda mengganggu penumpang lain.”
Kalau kalian memang punya kebiasaan mendengkur, mungkin sebaiknya selalu membawa bantal leher. Karena posisi kepala jadi bisa lebih nyaman. Konon kalau posisi kepala menyamping, kecil kemungkinan mengeluarkan dengkuran saat tidur.
Setiap naik kereta api, pasti saya memesan kursi yang dekat jendela. Fungsinya agar saya bisa meletakkan kepala beralaskan bantal kecil di pinggir jendela. Daripada tidur tahu-tahu kepala saya nempel di bahu penumpang sebelah. Kalau teman atau keluarga sendiri sih, tak jadi masalah. Tapi kalau tidak kenal? Helooow….
2. AROMA TUBUH
Saat hendak naik kereta api coba cek aroma tubuhmu. Pastikan tidak bau ketek!
Yang sering terjadi adalah karena saya memanggul ransel dan ke Stasiun memakai transportasi umum, jadi pasti basah kuyup dengan keringat. Untuk mengantisipasi penumpang di sebelah saya mendadak pingsan karena bau kecut menyengat, biasanya saya akan mengganti baju.
Untuk para ahli hisap (perokok), juga harus tahu diri. Bau asap rokok kerap menempel pada baju. Sedikit semprotan parfum biasanya bisa menyamarkan bau asap rokok. Tapi hati-hati juga, kalau menggunakan parfum jangan yang berbau terlalu menyengat. Bisa pusing nanti penumpang satu kereta.
3. BAU ‘JEMPOL KAKI’
Banyak penumpang, merasa sudah duduk nyaman di kereta, mereka duduk dan membuka sepatu. Tidak masalah sih, bagi saya. Asal kaos kaki mereka tidak berbau lembab atau bau keringat.
Tapi yang paling menyebalkan adalah bila penumpang di sebelah membuka alas kaki, lalu meletakkan kakinya nangkring di sandaran kursi depan. Bayangkan, sepanjang jalan saya harus melihat jari kaki. Seindah apapun hasil manicure-padicurenya, tetap saja bikin hilang selera makan.
4. STOP KONTAK & GADGET
Di setiap jajaran kursi terdapat dua stop kontak, untuk digunakan masing-masing penumpang. Tahu dirilah, jangan memonopoli keduanya.
Selama di dalam kereta, hindari menelepon dengan suara keras atau melakukan video call sepanjang perjalanan. Kalau menonton youtube, main games atau apa pun dari ponsel, gunakan headset agar suaranya tak terdengar penumpang lain.
5. “AH, BIASALAH ANAK-ANAK.”
Jangan terus-menerus memberi pemakluman pada anak-anak kecil yang berlarian hilir mudik di kereta atau lompat-lompatan turun-naik kursi. Ini tugas orang tua yang wajib mengajarkan kepada anak bagaimanan berperilaku di kendaraan umum. Perjalanan berjam-jam bisa jadi membuat anak-anak bosan. Makanya bawakan, buku atau mainan kesukaan mereka, agara mereka bisa duduk tenang di kursi.
6. ROMBONGAN SUKA-RIA
Kebiasaan bepergian bersama dengan teman-teman adalah kegembiraan yang berlebihan. Pastinya semua lupa diri, ngobrol keras-keras, dan tertawa tiada henti.
“Kapanlah mereka tidur?” begitu tanya saya dalam hati.
7. JANGAN NGOMPOL!
Kalau ditanya mengapa lebih senang naik kereta api daripada naik bus? Jawaban saya adalah bisa pipis kapan saja. Sekarang toilet di kereta api sudah sangat baik. Airnya mengalir di washtafel, ada sabun cuci tangan, shower, dan tissue. Kalau ada pesing-pesing sedikit langsung saja lapor Kondektur, dalam sekejap ada petugas kebersihan.
Sedikit repot kalau bepergian dengan orang tua. Kondisi mereka yang kadang sulit berjalan ketika kereta bergerak. Repot pula saat di toilet. Harus berpegangan agar tak jatuh, tapi harus membuka celana juga. Sama seperti anak balita, sebaiknya para orang tua juga mengenakan pampers. Pastinya tidak terbiasa, tapi cukup membantu selama perjalanan.
8. UKURAN BADAN
Ini bukan body shaming. Tapi saya pernah duduk di sebelah penumpang, seorang ibu bertubuh subur. Ia meminta agar sandaran tangan di tengah kursi dilipat, alasannya menekan bagian pinggangnya. Saya turuti. Tapi kok, lama-lama duduknya jadi semakin nyaman. Lebar pahanya mengambil sepertiga kursi saya. Ia tak peduli saya duduk terhimpit ke jendela.
Repotnya lagi, ketika saya harus ke kamar mandi. Aduh, Ibu itu lagi tidur, tidak tega saya membangunkannya. Tak ada ruang di dekat kakinya. Mau melompat di atas pahanya, kok tidak sopan ya. Alhasil, saya menahan pipis sampai ia bergerak terbangun membenarkan posisi duduknya.
Tak mampu membayangkan harus 6 jam lagi duduk terhimpit ke jendela, saya melapor pada Kondektur. Beruntung masih ada beberapa kursi kosong di kereta. Win-win solution! Saya dan ibu tadi sama-sama bisa duduk nyaman sekarang. Di tempat yang berbeda.
9. DINILAI DARI PENAMPILAN
Sudah sulit didebat, seperti mayoritas masyaraat kita, penumpang kereta api pun masih terpaku pada azaz penampilan sewajarnya. Kalau yang tampak anti mainstream bakal dicap orang ‘tidak benar’. Tubuh penuh tato dicurigai penjahat. Membawa bekal sekaleng bir dikira pemabuk. Rambut dicat warna-warni dianggap aneh. Berpakaian sedikit terbuka dikira perempuan gampangan.
Jadi saya sudah tidak heran, mendapat tatapan tajam dari penumpang lain. Yang merasa aneh melihat perempuan berkepala gundul. Mereka baru tenang ketika saya membebat kepala saya dengan kain. Padahal bebatan kepala itu bukan untuk menenangkan mereka, tapi supaya gundul saya tidak masuk angin.
10. KAUM POLITIKUS & AGAMIS
Saya lebih memilih berada satu kereta dengan rombongan riang gembira yang tak berhenti tertawa. Daripada mendengarkan penumpang yang berdebat soal politik atau agama.
Kereta api adalah transportasi publik, bukan tempat untuk membahas kedudukan, jabatan, dan strategi partai politik. Banyak penumpang yang naik kereta api untuk berwisata, jadi kereta api bukan tempat berceramah mengajak hijrah.
Hargai penumpang lain yang tidak sepaham. Ini bukan soal mana yang salah dan mana yang benar. Tapi bagaimana kita bisa nyaman di perjalanan sampai tujuan. █
Comments
No comments yet. Be the first to comment!
Leave a Comment