Cari yang Nyaman ke Bandara
Category: Jalan-jalan • Author: Terry Endropoetro • Published on: 2019-03-28
Kalau ditanya perjalanan ke bandara paling berkesan, jawaban saya adalah ketika bencana banjir pada 2007. Apa urusannya? Lagi pula kejadian itu sudah lebih dari sepuluh tahun lalu.
Walaupun jadwal penerbangan saya jam 15.00wib. Tapi melihat ulasan berita di televisi sejak pagi, terus terang akhirnya gundah juga. Walau hari masih pagi saya langsung atur strategi, bagaimana saya menuju bandara? Jelas bukan saya sendiri yang pusing memikirkan hal itu, belasan ribu orang dengan tujuan yang sama pasti juga berpikiran serupa.
JAUH DARI APLIKASI
Jangan bayangkan pilihan moda transportasi kala itu sudah sebanyak dan senyaman sekarang. Untuk mendapatkan taksi harus bermodal ayunan tangan di pinggir jalan atau melakukan pemesanan melalui telepon. Masalahnya, setiap kali meelepon, semenit kemudian kecemasan saya bertambah. Belasan kali saya coba, jawabannya selalu sama.
"Maaf. Saat ini petugas kami sedang sibuk. Silakan mencoba beberapa menit lagi."
Saya yang tinggal di Jakarta Selatan, akhirnya memutuskan pergi ke Lebak Bulus. Karena dari terminal pasti ada bus bandara.
Jam 11.00 saya sampai di Terminal Lebak Bulus. Informasi yang saya dapat dari petugas adalah bus bandara yang berangkat saat subuh pun belum kembali. Saya dan beberapa orang lain calon penumpang pesawat juga cuma bisa duduk pasrah.
Sampai akhirnya ada preman terminal yang berinisiatif menawarkan bus kota untuk mengantar kami ke bandara. Dengan ongkos Rp20.000 per orang, kami semua naik bus kecil tanpa AC yang menderu dengan asap hitamnya. Tak masalah yang penting kami ke bandara.
Awalnya bus meluncur mulus di jalan tol Jakarta - Serpong, lalu mulai tersendat di Bumi Serpong Damai, dan berhenti total saat memasuki Kota Tangerang. Kemacetan terjadi di mana-mana. Jam sudah menunjukkan angka dua dan kami masih juga belum sampai bandara. Baju saya sudah basah keringat, saking panasnya. Bokong saya pegal karena bangku duduk di bangku keras berjam-jam lamanya. Jarak yang sempit antar bangku membuat
style=”color:blue;” href="http://blog.negerisendiri.com/blogpage.php?judul=310&nid=%E2%80%98nona%E2%80%99_tembus_pintu,_beta_lari%E2%80%99e/"> kaki saya kaku.
Tepat jam 15.00, bus memasuki kawasan bandara. Dari jendela yang terbuka saya hanya bisa pasrah melihat pesawat-pesawat yang bergantian take off meninggalkan landasan. Apa itu pesawat saya?
MAU NYAMAN TAPI MURAH. ADA?
Sejak saat itu urusan transportasi bandara tak pernah saya anggap sepele. Kenyamanan dan efisiensi waktu saya perhitungkan, termasuk berja-jaga untuk hal terburuk seperti kemacetan.
Beberapa teman tak mengerti, dan mempertanyakan kenapa saya lebih suka pergi dari rumah ke bandara naik taksi argo, ketimbang taksi online yang terkadang lebih murah. Mahal sebelum terbang, kata mereka.
Karena, 9 dari 10 kali pengalaman naik taksi online, saya sangat tidak nyaman dengan cara mereka mengemudikan kendaraan. Asal cepat sampai tujuan, tak peduli dengan penumpang yang di belakang sakit kepala. Jadi bayangkan saja, mosok belum naik pesawat saja sudah mual. Menyebalkan!
Jadi memang agak susah kalau membandingkan taksi online dengan taksi argo yang saya gunakan, taksi ‘cap burung biru’. Sejak mulai menutup pintu, keramahan pengemudi sudah saya rasakan, saya bisa duduk nyaman sampai tujuan. Walau sesekali mata saya melirik ke argo juga sih, untuk memastikan apakah angkanya masih sesuai dengan isi dompet saya? Hahahaha...
Ada harga untuk sebuah kenyamanan. Tapi ternyata, kenyamanan tak selalu mahal. Saya mendadak girang ketika 'si burung biru' mempromosikan
style=”color:blue;” href="https://www.traveloka.com/airport-transfer/big-bird/">
Big Bird Bus harga murah sebagai alternatif lain pelayanan transportasi bandara. Saya salah satu pelanggan yang ikut girang. Apalagi dengan harga tiketnya Rp50.000 per orang. Cukup murah, tapi fasilitas yang disediakan pasti sangat baik. Yang jelas saya bakal dapat sambutan hangat pengemudi yang ramah.
style=”color:blue;” href="http://blog.negerisendiri.com/blogpage.php?judul=338&nid=bar_jamu_di_kotagede/">
Penting ini!
CARI YANG NYAMAN
Big Bird Bus Airport Shuttle juga disebut Big Bird JAC (Jabodetabek Airport Connextion), karena juga menyediakan rute dari hotel-hotel dan pusat perbelanjaan menuju Bandara Internasional Soekarno-Hatta atau sebaliknya.
Untuk naik Big Bird Bus ini, pembelian tiketnya bisa melalui Traveloka. Jangan lupa, karena jadwal pemberangkatan hanya pada jam-jam tertentu, sesuaikan dengan jadwal penerbangan kita. Setelah selesai transfer pembayaran, kita akan mendapat voucher yang dikirim melalui email. Voucher inilah yang kita tunjukkan pada petugas di titik pemberangkatan.
Di Jakarta sendiri ada 3 titik pemberangkatan Big Bird Airport Shuttle, yaitu dari Jakarta Timur (City Plaza Jatinegara, Green Pramuka, Transmart Careefour), Jakarta Pusat (Gambir dan FX Sudirman), dan Jakarta Selatan (Blok M dan FX Sudirman). Dari Bandung juga ada, lho. Titik pemberangkatnnya dari Cihampleas Walk (Ciwalk) dan Pasteur.
Sebaliknya, kata teman yang pernah mencoba, bila di Bandara Soekarno Hatta, kita tinggal mencari konter Big Bird Airport Shuttle di terminal kedatangan. Berbeda dari titik keberangkatan, titik penurunan penumpang jauh lebih banyak, tapi tetap saja tidak boleh berhenti di sembarang tempat. Harus di titik-titik tertentu sesuai ketentuan Big Bird Airport Shuttle.
Duh! Jadi nggak sabar pengen nyobain. Kapan ya ada jadwal bepergian lagi
style=”color:blue;” href="http://blog.negerisendiri.com/blogpage.php?judul=368&nid=telusur_pantai_selatan_kebumen/">naik pesawat? Supaya ada alasan naik bus ke bandara. Yang jelas kali ini bakal nyaman banget. Tinggal tunjukkan voucher kepada petugas, kalau bus datang tinggal naik karena bagasi sudah ada yang urus. Pilih duduk di salah satu dari 24 kursi empuk, kaki bisa selonjoran sedikit, bisa isi ulang daya baterai ponsel selama perjalanan, atau nonton film dengan koneksi WiFi yang ada. Ah, tampaknya bakal indahlah perjalanan menuju bandara. █
Comments
No comments yet. Be the first to comment!
Leave a Comment