Kuliner Indonesia di Mata JJ Rizal
Category: Icip-icip Kuliner • Author: Terry Endropoetro • Published on: 2015-03-05
Sejarawan JJ Rizal bercerita tentang sejarah kuliner Indonesia. Dari 'secuil' cerita terungkap bahwa kuliner tak melulu tentang rasa, karena selalu ada cerita di baliknya.
Beberapa ahli arkeologi dan epigrafi (cabang arkeologi yang berusaha meneliti benda-benda bertulis dari masa lampau) menyebutkan bahwa kakawin Ramayana yang ditulis Empu Walmiki ini menceritakan kehidupan masyarakat pribumi pada abad ke-9 (tahun 800-an), tidak mutlak menggambarkan kehidupan apa yang ada di kisah Rawanawada (nama asli kitab Ramayana) dari India.
Salah satu yang menarik di kakawin Ramayana disebutkan makanan seperti pindaŋ, gulay gulay, hasěm-hasěman, lawar-lawaran, dan bekasěm. Makanan ini disajikan untuk para prajurit kera ketika pulang perang membantu Prabu Rama, secara tidak langsung makanan ini dianggap sebagai makanan wong cilik, makanan untuk rakyat yang jelas berbeda dengan makanan para raja atau 'rajamangsa'. Yang termasuk rajamangsa antara lain disebutlah tuak siddhu, badawang, baning, wdus gunting, karung putih, karung pulih, karung mati ring gantungan, asu tugel, dan taluwah.
Dibanding dengan makanan rakyat biasa tadi, nama-nama 'rajamangsa' malah terdengar kurang akrab di telinga, walau bahan dasarnya bisa dikira-kira namun tak diketahui wujud makanannya seperti apa. Bisa dibilang, makanan rakyat malah terus hidup dan lestari keberadaannya. Buktinya, hingga kini pindang, gulai, lawar, dan bekasem masih bisa kita santap.
Pada abad ke-16, ada sebuah buku yang menggambarkan dan memilih 20 kota bandar (pelabuhan) besar di seluruh dunia. Dua di antaranya ada di nusantara, yaitu Kerajaan Aceh dan Kerajaan Banten.
Menurut catatan sejarah, Ibnu Batutah dan Marcopolo pernah mampir di kerajaan Aceh yang memiliki pelabuhan yang besar dan ramai ini. Seorang pengelana Perancis menceritakan pengalamannya ketika datang ke kerajaaan Aceh, bahwa dia telah dijamu lebih dari 50 hidangan saat makan bersama Sultan. Hal serupa dialami juga oleh seorang duta VOC saat bertandang ke kerajaan Mataram. Ritual makan nasi yang merupakan upacara besar, jauh sebelum Belanda 'menciptakan' rijsttafel.
Istilah rijsttafel muncul pada abad ke-19 di kala orang-orang Belanda mulai merasa malu terlihat memakan makanan pribumi. Tapi mungkin karena keburu 'doyan' nasi, maka dibuatlah acara makan nasi dengan sebutan rijstaffel yang dalam bahasa Belanda berarti 'meja nasi'.
Rijsttafel merupakan perpaduan etiket dan tata cara perjamuan resmi Eropa dengan kebiasaan makan penduduk setempat yang mengkonsumsi nasi sebagai makanan pokok dengan berbagai lauk-pauknya.
Buku tentang kuliner Indonesia tak sebanyak buku sejarah.
KISAH & KUMPULAN RESEP PUTRI JEPARA -
RAHASIA KULINER R.A.KARTINI, R.A.KARDINAH, & R.A.ROEKMINI
Buku yang ditulis ulang oleh Suryantini N. Ganie, cucu dari R.A Soelastri, saudara perempuan R.A.Kartini memuat 200 resep kuno masakan yang pernah disantap keluarga R.A.Kartini. Resep hidangan yang banyak dipengaruhi kuliner Jawa, Belanda, Cina, dan Arab ini masih ditulis menggunakan aksara Jawa, dengan takaran yang memakai alat ukur abad 20 seperti kati, elo, dan cangkir. Kumpulan resep ini didapat dari para babu masak, baik di kediaman mereka, maupun di kediaman para residen saat keluarga R.A.Kartini datang berkunjung.
GROOT NIEUW VOLLEDIG OOST-INDISCH KOOKBOEK
Buku ini terbit pada 1903, disusun oleh J.M.J. Catenius-van der Meijden. Berisi 1381 resep masakan dari daerah jajahan Hindia-Belanda dengan cover yang unik, menampilkan seorang nyonya Belanda sedang memasak, namun bayangannya adalah perempuan pribumi dengan konde yang sedang menggoreng.
Pada zaman kolonial, para residen sering dipindahtugaskan ke berbagai daerah, biasanya tak hanya keluarga namun babu, bujang, dan jongos pun ikut serta. Para babu masak itulah yang diperintah para nyonya untuk mempelajari makanan daerah di tempat yang baru. Bayangkan betapa hebat isi kepala para babu masak yang mengandalkan ingatan untuk mengingat resep-resep masakan karena belum bisa menulis. Dari merekalah resep-resep masakan ini didapat dan dikumpulkan penulis.
Buku resep ini menjadi andalan bagi para wanita Belanda yang hendak menikah dan diboyong calon suami ke Indonesia atau daerah jajahan lainya. Jadi nyonya tak perlu repot, yang terbayang adalah gaya nyonya-nyonya Belanda memberi perintah ke babu masak, "Coba jij bikin makanan enak seperti ini buat tuan." Eh, tapi kan babu masak tak bisa membaca kala itu ha... ha... ha... ha....
MUSTIKA RASA
Diterbitkan Departemen Pertanian pada 1967, atas perintah Presiden Soekarno. Presiden pertama RI ini memang sangat peduli soal makanan, selama masa pemerintahannya beliau selalu menjamu para tamu negara dengan makanan Indonesia. Konon, ketertarikan Presiden Soekarno pada Hartini pun, karena sambal buatan Hartini yang sedap luar biasa.
Buku setebal 1123 halaman yang disusun selama 7 tahun ini memuat ribuan resep masakan Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Dalam buku ini tidak disebutkan takaran dalam resep, melainkan hanya bahan-bahan yang dipakai dan cara memasaknya. Hal ini tidak menjadi masalah, karena sebenarnya pada setiap pembuatan makanan tradisional itu yang memasak adalah tangan, bukan angka.
MAHAKARYA KULINER - 5.000 RESEP MAKANAN & MINUMAN DI INDONESIA
Sebagai penulis, Suryantini N. Ganie yang menjalani profesi sebagai food consultant ini mengumpulkan resep-resep populer dari berbagai provinsi di Indonesia, juga resep asing yang sudah menjadi khasanah kuliner nusantara.
Dalam acara diskusi 'Peluang dan Tantangan kuliner Nusantara untuk Masuki Peta Kuliner Dunia,' yang digelar oleh Kecap Bango ‐‐yang dihadiri juga oleh William Wongso (pakar dan praktisi kuliner), Bayu Amus (seorang food blogger), dan Maman Suherman (wartawan dan konsultan kratif) sebagai panelis‐‐ sedikit sejarah yang diungkapkan JJ Rizal cukup membuktikan betapa hebatnya kuliner yang kita miliki, sebelum negeri ini dijuluki nusantara hingga menjadi Indonesia kini.
Comments
No comments yet. Be the first to comment!
Leave a Comment