Seledri dari Randakari

Category: Segala Rupa • Author: Terry Endropoetro • Published on: 2018-12-13

Biasanya seledri saya lihat berbentuk irisan dan ditaburkan di atas semangkuk sup, tekwan, atau bakso. Paling banyak juga dalam ikatan di rak swalayan atau gerobak tukang sayur. Ya biasa saja. Baru kali ini, saat melihat seledri lalu celingukan mencari, “Mana tukang bakso?”




Seledri di hadapan saya bukan hanya segenggam, atau dua-tiga ikat, tapi menghias halaman rumah. Seledri-seledri ditanam di dalam polibag. Dijajar dan disusun rapi di atas rak-rak kayu. Tinggi tiap tanaman seledri berkisar 30 – 50 sentimeter.



“Ini sudah panen kedua, tinggi tananam seledri sudah tak seperti panen pertama,” kata Heri Suherman, ketua RW 01 Desa Sukasari, Kelurahan Randakari, Kecamatan Ciwanda, Cilegon, Banten. Ia dan Purwanti adalah local hero mitra PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. (Indocement), produsen Semen Tiga Roda dan Semen Rajawali. Kedua local hero inilah yang menggerakkan warga untuk melakukan penghijauan desa.





SAYUR-MAYUR DI HALAMAN RUMAH

Kelurahan Randakari berada di sisi kiri jalan raya Cilegon – Anyer. Tak jauh bahkan masih bersisian dengan kawasan Industri Cilegon. Memang tak mudah menemukan tempat ini, karena tak ada gerbang besar sebagai penanda, hanya sebuah plang nama jalan bertuliskan Jl. Randakari.



Pada 1970, kawasan ini masih didominasi persawahan tadah hujan. Begitu juga di sekitar Kelurahan Randakari, Kecamatan Ciwandan. Seiring pembangunan, satu per satu pabrik mulai berdiri di sekitar. Puncaknya, pada 1990-an persawahan berubah menjadi kawasan industri. Jalur Pos yang melintas di kawasan terebut diperbaharui, untuk lintasan kendaraan. Pemukiman pun bertambah dan secara tidak langsung berkuranglah lahan persawahan.

Pada 2015, Indocement mulai memberi dukungan mengenai pelestarian lingkungan, pemberian bibit, penyuluhan dan pemantauan berkala. Selebihnya dilakukan sendiri oleh warga. Seperti tanaman seledri yang saya lihat tadi contohnya.



Lima dari tujuh RT (Rukun Tetangga) diberi tanggung jawab untuk menanam sayur. Jenis sayurannya pun berbeda-beda. RT 01 khusus menanam seledri, RT 02 menanam sawi hijau, RT 03 menanam cabai, RT 04 menaman kangkung, dan RT 07 menanam tomat. Tak perlu lahan berhektar-hektar, sedikit lahan di depan teras rumah pun sudah cukup menghasilkan. Melalui Koperasi Birawa, warga bisa makmur bersama.



Terbukti pada 2018, kekompakan warga RW 01 ini, membawa Desa Sukasari sebagai Lokasi Program Kampung Iklim (Proklim) Utama. Program Kementerian Lingkungan Hidup yang berlingkup nasional ini bertujuan mengajak masyarakat ikut serta aktif mengurangi efek gas rumah kaca. Salah satunya dengan penghijauan di sekitar lingkungan mereka.





LEBIH BERMANFAAT DARIPADA BERGOSIP

Penanaman sayuran ini tak lepas dari ketelibatan para ibu rumah tangga yang tergabung dalam Kelompok Wanita Tani Maju Makmur. Tak hanya menanam sayur, mereka juga mengolah hasil panen. Seperti yang dilakukan Hayati (53), yang memproduksi opak seledri atau para ibu di RT 02, yang membuat kue Lumpur untuk konsumsi saat mereka berlatih qasidahan.



Saya mencicipi kue lumpur yang dihidangkan. Bagian atas kue berwarna hijau mengilat denga taburan cokelat sungguh menggugah selera. Ternyata, warna hijaunya terbuat dari air rebusan daun sawi yang sudah di-blender. Rasanya? Kalau saya menghabiskan 3 potong kue, apa coba namanya?








Sayup-sayup terdengar suara hantaman kayu. Irama yang bertalu-talu ternyata berasal dari hantaman alu dan lesung. Beberapa perempuan ibu memegang alu (kayu panjang penumbuk padi) dan menghantamkannya pada lesung (kayu panjang dengan lubang di bagian tengah untuk menaruh padi yang hendak ditumbuk).



Bendrong Lesung, itu namanya. Dulu biasa dimainkan para perempuan petani untuk megusir kebosanan saat sedang menumbuk padi. Kini, Bendrong Lesung difungsikan juga untuk menyambut tamu atau pada acara-acara tertentu.



Tak hanya medukung penghijuan Desa Sukasari, Indocement juga bangun Lumbung Ilmu, tempat anak-anak usia dini belajar, dan para ibu yang mengantar anak bisa membuat hasta karya berupa bros, tas, tempat tisuue, dari kain perca dan manik-manik. Yang jelas, banyak kegiatan yang bermanfaat daripada hanya duduk sambil berguncing.







SENIMAN DARI WUNIWOOD

Masih di Kecamatan Ciwandan, Indocement juga memeberi dukungan pada Nurcholis. Bersama beberapa rekannya, pemuda pelopor ini mendirikan Sanggar Kreasi Wuni di Kelurahan Tegal Ratu.



Sanggar ini dibuat sebagai sarana edukasi di luar sekolah. Mulai mendongeng, berlatih marawis, sampai kursus bahasa Inggris semua dilakukan di saung yang juga berfungsi sebagai ruang pertemuan. Untuk melengkapi literasi, tersedia pula Taman Bacaan Masyarakat. Jadi sepulang sekolah, anak-anak bisa mengisi sore dengan bergam kegiatan.







Sambil menyodorkan pisang goreng dan kolak pisang, Nurcholis bercerita “Pemuda setempat sangat produktif, dengan adanya sanggar ini diharapkan potensi mereka tersalurkan.” Menggelar Pentas Musik Sampah, menggunakan alat musik berupa tong, ember, dan galon plastik, menjadi salah satu kegiatan positif Sanggar Wuni Kreasi.



Sanggar Wuni Kreasi juga berhasil membentuk Bank Sampah, yang kini sudah memiliki 98 anggota. Berada di sekitar kawasan industri ternyata membawa keberuntungan lain, limbah kayu berlimpah, dan di Sanggar Wuni Kreasi, palet-palet kayu dari pabrik pun berubak menjadi talenana, kursi, lemari, dan produk interior lainnya. Mau pesan? Bisaaaa…. █

Comments

No comments yet. Be the first to comment!

Leave a Comment