Sindiran Nylekit buat Para Lelaki

Category: Seni Budaya • Author: Terry Endropoetro • Published on: 2018-11-02

Film dimulai dengan adegan Affandi yang terus menerus bermimpi buruk. Sesekali ia terbangun dengan jemari berhias cat kuku berwarna merah atau terbangun dengan mengenakan sepatu wanita berhak tinggi. Dalam rangkaian mimpinya pun ia dimaki karena tak becus membuat kopi.



Dalam 10 - 15 menit pertama #film3dara2 ini saya merasa antusias dengan alur ceritanya. Singkat-singkat namun jelas. Tentang pertemanan tiga lelaki. Affandi (Tora Sudiro), Jay (Adipati Dolken), dan Richard (Tatang Ginting).



Affandi beristrikan Aniek (Fanny Fabriana), yang lahir dari keluarga kaya raya. Jay yang dulu Tak berani berkomitmen untuk sebuah hubungan serius malah menikah dengan Grace (Ovi Dian) malah sudah gendong anak. Sementara Richard yang dikenal playboy malah kesengsem pada Kasih (Rania Putri), putri Affandi.



INVESTASI BIKIN SENGSARA

Ketiga tokoh digambarkan sebagai orang yang berkecukupan. affandi bekerja di perusahaan milik mertua, Jay yang entah pekerjaannya apa, tinggal di apartemen mewah, dan Richard adalah anak konglomerat.



Demi pendapatan lebih, tanpa sepengetahuan para istri, mereka menginvestasikan yang 45M pada perkebunan sayur organik milik Bowo (Dwi Sasono) pemilik perkebunan sayur.



"Miliar itu angka nol-nya Ada berapa?" tanya Richard saking bingungnya ketika dalam 1 bulan keuntungan tak mereka dapatkan dan pemilik kebun menghilang tanpa jejak.



Itu awal permasalahannya. Rumah, apartemen, mobil, dan harta benda semua disita. Atas inisiatif Aniek, ketiga keluarga boyongan ngungsi ke rumah ibunya (yang dipanggil Eyang Putri) yang saat itu sedang liburan ke Eropa.



Tapi mereka tak bisa seenaknya tinggal di rumah Eyang Putri (Cut Mini), karena selama nyonya rumah tak ada, 'kekuasaan' penuh Ada di tangan Jentu (Soleh Solihun). Kepala rumah tangga sekaligus orang kepercayaan Eyang Putri ini suka kepo, usil, sok jaga wibawa, dan nyebelin.





MODAL CINTA SAJA

Sosok mertua galak mampu dibawakan Cut Mini dengan baik (terlepas dari wig putih yang sesekali seperti putri bangsawan Eropa hi...hi...hi...hi....). Si Eyang Putri ini selalu menancapkan pandangannya tajam pada orang yang tak disukainya. Ucapannya nylekit. Ia mampu mengomel panjang lebar dalam satu tarikan nafas tanpa titik koma.



Dalam lubuk hatinya ia tak terlalu suka pada Affandi. Kegeramanan pada menantunya tampak ketika dilihatnya Aniek menjadi istri yang sangat berbakti, sibuk mengurusi rumah sambil meladeni suaminya makan. Mata Eyang Putri mendelik melihat Anik meletakkan sepatu dan membantunya suaminya mengenakan jas.



"Kamu ikut Ibu saja jalan-jalan ke Eropa. Daripada di sini jadi seperti pembantu," kata Eyang Putri pada Aniek. Kalimat ini sebenarnya sengaja diucapkan untuk menyindir Affandi yang dia anggap ngelunjak.



Menurut Eyang Putri, seorang istri patut meladeni suami bila sang suami pantas menerimanya. Sementara Affandi menikahi anaknya hanya bermodal cinta. Wah, nggak tega saya mau menyebut 'mokondo' ha... ha... ha... ha.... silakan artikan sendiri ya.



Setelah menikah, kehidupan mereka selanjutnya ditanggung keluarga Aniek. Affandi memang punya kedudukan di perusahaan mertuanya, namun tampaknya prestasi kerjanya tak terlalu istimewa.



Secara halus di film ini ditampilkan betapa perempuan itu makhluk perkasa. Urusan mereka segunung! Mereka melakukan pekerjaan rumah tangga, mengurus anak, mengurus suami, dan membantu menyelesaikan semua masalah yang timbul akibat ulah para suami mereka. Sementara sebagai lelaki para suami tetap 'minta jatah malam-malam.'



Tapi yang tak saya pahami, mengapa para istri di film ini tetap ditampilkan baik hati dan pemaaf. Walaupun mereka merengut tapi tetap tenang dan sabar. Masih bertahan ketika para suami terus menerus menumpuk masalah. Kalau di kehidupan nyata mungkin hanya 1% perempuan yang begitu, selebihnya dijamin bakal murka luar biasa.



ASAM GARAM KEHIDUPAN

Sebagai film, #3dara2 cukup menghibur. Tipikal film komedi Indonesia yang mengundang tawa, walau ada adegan yang tak mungkin ditemukan pada kehidupan dunia nyata.



Tapi boleh diacungi jempol, secara tak terduga Monty Tiwa menampilkan pemain-pemain lawas seperti Ari Wibowo dengan ketenarannya, Hengky Sulaiman yang awet tua karena wajahnya (seingat saya) tak berubah dari 10 tahun lalu, dan Robby Sugara yang menjadi sugar daddy. Entahlah apakah anak-anak millennials mengenal ketiga aktor piawai yang pernah jaya pada masanya. Kalau saya, sih senang melihat mereka masih bisa eksis di layar lebar.





Usai menonton saya berjalan keluar beriringan dengan beberapa mahasiswi. Mereka membahas #film3dara2 sambil cekikikan.



"Gila ya, kalau punya mertua gitu stress abeees!" kata salah satunya dan diiyakan oleh yang lain.



Tadinya saya sudah pengen ikut nimbung ngobrol dengan mereka, tapi saya urungkan, takut dikira menggurui. Karena kalau boleh memilih, saya sih berpihak pada Eyang Putri. Karena ini tokoh yang saya anggap paling nyata. Pemikirannya logis. Inilah mengapa prang tua dibilang sudah banyak makan asam-garam.



Modal cinta saja tidak cukup untuk seorang lelaki mengajak menikahi perempuan. Pada kenyataannya, saat sudah menikah urusannya bukan hanya tidur bareng pasangan. Tapi banyak hal yang harus dipikirkan. Mulai beras habis, bayar iuran sampah dan keamanan lingkungan, sampai kuota internet yang harus dibeli. Belum lagi kalau sudah punya anak. Beli Susu, bubur bayi, anak harus ke dokter, dan mikirin seragam sekolah anak saja bisa bikin para istri pusing tujuh keliling.



Saya jadi ingat adegan di film yang paling bikin saya terbahak-bahak. Ketika Affandi menyuruh Jentu membeli bahan-bahan jamu. Jentu menengadahkan tangan dan Affandi tak juga meletakkan uang.



"Terus belinya pakai apa? Pakai niat dan semangat?" Ha... ha... ha... ha... juara!



Kalau para lelaki dan suami yang menonton film ini berpikiran terbuka, pasti hati mereka tertusuk-tusuk apalagi yang sering menyepelekan keberadaan perempuan dan istri yang bergelut seharian mengurusi rumah dan tetek-bengek urusan keluarga.



Tapi kalau yang hati dan kepalanya terbuat dari batu sih, akan tetap arogan. Menganggap film ini cuma sebagai hiburan dan dijamin keluar bioskop tanpa menyerap pesan apa pun di kepala. █




Comments

No comments yet. Be the first to comment!

Leave a Comment