Circle - 7 Karya Septian Harryyoga

Category: Seni Budaya • Author: Terry Endropoetro • Published on: 2018-09-22

Dalam rangka Perayaan 20 Tahun Selasar Sunaryo Art Space, Septian Harriyoga ikut menggelar pameran di Wot Batu, sebuah lahan terbuka seluas 2.000 meter persegi yang merupakan land art tempat di mana, perupa Sunaryo berkarya dengan bebatuan.




Karya-karya Septian Harryyoga merupakan ekspresi dari bagaimana ia merespon suasana Wot Batu yang sarat dengan pengingat bahwa manusia berada dalam suatu lingkaran kehidupan. Siklus dari ada menjadi tiada, bagaimana manusia bermula, menjalani proses kehidupan hingga akhir tujuan. Itulah mengapa pameran ini bertajuk Circle, selain hampir semua karyanya mengandung unsur lingkaran dengan gerak melingkar atau berputar.



Di Wot Batu, yang didominasi susunan bebatuan, Septian malah menciptakan karya-karya yang terbuat dari alumunium dural, kuningan, dan besi. Diletakkan sedemikian rupa sehingga seperti bersinergi dengan susunan batu karya Sunaryo yang sudah ada lebih dulu. Seperti Circl , yang mengingatkan saya pada payung terbuka, dikeringkan setelah basah karena hujan. Lembarannya terbuat dari logam dan berputar melingkar pada rel besi berdiameter 80 cm yang mengelilinginya.



Pematung lulusan Seni Rupa Institut Teknologi Bandung ini terkenal dengan karya-karya kinetik yang bergerak dengan estetis. Dalam pameran ini, Septian menggunakan motor dengan daya yang sangat kecil pada enam karyanya. Hanya satu yang menggunakan tenaga alami, yaitu Lingkaran Angin.





(kiri – kanan) Circl, Lingkaran Angin, Padalarang.



Satu karya yang diberi judul Padalarang menjadi sangat istimewa. Pada ujung tiang setinggi 60 cm lempengan logam bergerak saling melingkar. Di bagian tengahnya dipasang batu kuarsa melambangkan pusat semua pergerakan. Coba kalian interprestsikan sendiri apa kira-kira maksud karyanya.



Karya lainnya berjudul Bunga di Atas Batu menyerupai bunga teratai yang tumbuh di tengah kolam. Hanya ada tujuh helai daunnya. Salah satu cara menikmati karya yang satu ini adalah dengan menunggu saat-saat kelopaknya bergerak mengembang beberapa detik lalu kembali menguncup.



Bukan melulu menglat dengan warna loham, beberapa karya Septian malah memiliki warna merah yang kontras dengan warna batu. Warna ini melambangkan semangat, sesuatu yang menyala, bergairah, hidup, seperti Zepperin karya yang diletakkan menggantung ini selain mirip Zeppelin, juga mengingatkan saya pada kepompong, di mana kehidupan berawal.





Bunga di Atas Batu.





(kiri – kanan) Burangang, Zepperin, Engkang-Engkang.



Saya sempat bertanya-tanya, mengapa di lokasi yang alami, sarat dengan susunan batu, dan mengingatkan kita pada peradaban masa lalu, Septian malah membuat karya menggunakan motor penggerak yang mengandalkan teknologi? Ternyata pesan yang ingin ia sampaikan adalah sejatinya teknologi diciptakan untuk menjaga alam. Seperti Engkang-Engkang yang diletakkan di pinggir kolam berbentuk serangga yang berjalan di atas air menggambarkan bagaimana dengan Septian berusaha terus menciptakan karya yang selaras dengan alam.



Angka 7 bukan angka keramat. Kebetulan saja pameran ini dibuka pada tanggal 7. Tapi yang jelas, setelah melihat 7 karya Septian dan berlama-lama di tempat pameran ini digelar, saya seperti ‘dicubit’, diingatkan bahwa sebenarnya tujuan hidup kita hanya satu, yaitu sampai ke langit ketujuh. █




PAMERAN THE CIRCLE – SEPTIAN HARRYYOGA

7 September - 7 Oktober 2018

Selasa - Minggu | 10.00 - 18.00 WIB

Wot Batu

Jl. Bukit Pakar Timur No. 98 #1, Ciburial, Bandung



HTM:

Umum: Rp 50,000

Pelajar: Rp 50,000

Pekerja Seni dan Akademisi : Rp 30,000

Anak-Anak 70 Tahun: Rp 30,000

Comments

No comments yet. Be the first to comment!

Leave a Comment