Wushu Sanda di Asian Games 2018

Category: Segala Rupa • Author: Terry Endropoetro • Published on: 2018-08-27

Kalau tiba-tiba ada seorang teman nawarin tiket nonton salah satu pertandingan di #AsianGames 2018 kira-kira kamu bakal terima nggak? Kalau saya sih iya. Masalah cabang olahraganya apa ya difikirkan nanti ha... ha... ha... ha....



Waktu e-mail tiket dikirim, baru saya tahu cabang olahraga yang dipertandingkan adalah Wushu. Lokasi pertandingannya di JIEXPO Kemayoran. Lumayan jauh dari rumah saya di kawasan Cipete, Jakarta Selatan.



Saya dan Kande Dayinta pagi-pagi berangkat dari rumah. Kami sudah berbekal tiket ber-barcode. Sayangnya kami tidak membawa bekal makanan apa pun, sementara pagi itu di area JIEXPO masih sepi, stand makanan belum ada yang buka. Tahu begini kan kami bawa nasi uduk atau bubur ayam ya.



Beruntung kami masing-masing membawa 1 botol Pocari Sweat. Lumayanlah diminum sambil menunggu pintu Hall B dibuka untuk pertandingan jam 10.00, paling tidak kami tidak akan 'kunang-kunang' karena dehidrasi.






Ketika akhirnya pintu Hall B dibuka, semua penonton langsung diarahkan ke bangku penonton yang bertingkat. Karena datang cukup pagi, jadi kami bisa memilih tempat duduk di deretan bangku paling tinggi.



Serombongan supporter yang terdiri dari belasan anak muda datang. Membawa bendera dan mengenakan kaos merah dengan tulisan 'China' di dada. Mereka menempati deretan kursi di ujung.



Sementara bangku di depan kami langsung dipenuhi supporter Iran, yang didominasi oleh ibu-ibu  berhijab. Mengikatkan kain berwarna bendera di kepala, membentangkan bendera negara mereka lebar-lebar, membawa beragam bunyi-bunyian, saling foto, dan yang tak ketinggalan mereka membawa bekal sebungkus permen dan manisan. Sayang, bungkusan itu tak ditawarkan pada kami. Padahal kami pasti mau! Ha... ha... ha... ha....



Di dalam hall hanya tegantung 29 bendera (kalau saya tak salah hitung), artinya tak semua negara peserta Asian Games 2018, mengirim atletnya. Arena pertandingan berupa panggung berwarna biru. Sebuah meja panjang dan beberapa kursi berada di dua sisi. Satu meja untuk komite Wushu Internasional, meja lainnya untuk para juri pertandingan.






Tepat jam 10.00 acara dimulai dengan parade para anggota komite, juri dari beberapa negara, dan para wasit pertandingan. Mereka langsung menempati posisi masing-masing. Saat diperkenalkan satu persatu, dalam posisi berdiri mereka memberi hormat dengan cara mengepalkan kedua tangan di dada.



Semua orang mulai bersorak-sorai. Heboh! Ramai! Bersamaan dengan datangnya petugas pemandu yang membawa tiang papan bertuliskan 'China', diikuti seorang atlet berpakaian biru lengkap dengan rompi dan pelindung kepala, diiringi dua orang pelatih.



Petugas pemandu berikutnya membawa tiang papan bertuliskan 'Iran'. Diikuti seorang berpakaian merah berlengan dan celana panjang, juga mengenakan rompi dan pelindung kepala, serta diiringi dua orang pelatih.



Sebenarnya saya masih penasaran, mencari-cari mana atlet Wushu yang berpakaian ala-ala pendekar kung fu. Seperti Lindswell Kwok, atlet wushu Indonesia, yang bersenjatakan tongkat panjang atau pedang.



Tiba-tiba penonton sudah bersorak-sorak. Sudah ada wasit di tengah-tengah. Dan kedua atlet berkostum merah dan biru tadi sudah saling tendang dan banting. Lho, pertandingannya sudah mulai? Sempat bingung, lalu terpaksa browsing sebenarnya pertandingan apa yang kami tonton ini. Takutnya kami salah area pertandingan.



Ternyata benar kami yang kami tonton adalah Wushu, tapi nomor Wushu Sanda (Sanshou). Seni bela diri yang juga dikenal dengan nama Chinese Kickboxing. Seni bela diri ini berasal dari pasukan militer Cina. Yang memadukan kung fu tradisional dengan seni bela diri modern yang menyerang dengan cara menendang, memukul, menangkis, dan saling membanting menjatuhkan. 






Pertandingan pertama adalah Wushu Sanda Putri kelas 56 kilogram dan dilanjutkan kelas  60 kilogram antara Cina melawan Iran. Atlet Wushu Cina yang berbaju biru, memakai semacam rok mini sepinggul yang memudahkan mereka bergerak. Sementara atlet Iran yang mengenakan busana berwarna merah tertutup lengan dan kakinya. Postur tubuh atlet Cina lebih pendek dan gempal, tapi lincah sekali menendang kaki, pinggul, lengan atlet Iran dan mendesaknya hingga keluar garis pertandingan. Kedua pertandingan dimenangkan Cina.



Berikutnya adalah pertandingan Wushu Sanda Putra 56, 60, 65, dan 70 kilogram. Pertandingan final Wushu Sanda ini didominasi Cina dan Iran. Hanya ada Vietnam di kelas 56 kilogram. Itu pun dimenangkan oleh Cina. Sementara Iran yang menang kelas 60 dan 70 kilogram, sudah membuat supporter Iran heboh membentang-bentangkan bendera negaranya hingga menutupi pemandangan penonton lain.



Pertandingan Wushu Sanda Putra lebih seru. Selain tendangan yang bertubi-tubi, lebih banyak juga teknik menjegal dan saling banting. Tak hanya keluar garis pertandingan tapi bahkan terguling jatuh dari arena pertandingan.



Setiap kelas hanya berlangsung 2 menit yang dibagi menjadi 2 babak. Saya tak paham cara penilaiannya, tapi yang jelas di akhir babak pertama, ketua wasit akan mengangkat papan bulat berwarna merah atau biru. Tampaknya nilai terbesar adalah bila mampu menjatuhkan lawan.



Kita boleh berbangga hati. Dalam cabang olahraga Wushu, Indonesia berhasil meraih beberapa medali.
Medali emas diraih Lindswell Kwok di nomor Wushu Taijiquan dan Taijijian putri. Medali perak diraih oleh Edgar Xavier Marvelo di nomor Wushu Changquan Putra.







Nah, khusus untuk Wushu Sanda Putra, walaupun tak ditargetkan menang, ternyata medali perunggu berhasil di raih Yusuf Widiyanto di kelas 56 Kg dan Puja Riyaya di kelas 70 Kg. Hiyeeeeeey!



Pastinya bangga sekali saat leher mereka dikalungkan medali. Terharu rasanya, mengingat dalam waktu 2 menit mereka berjuang mempertaruhkan nama Indonesia. Demi kebanggaan bangsa dan negara. Salut! █

Comments

No comments yet. Be the first to comment!

Leave a Comment