Kelenteng Thien Ie Kong, Samarinda
Category: Jalan-jalan • Author: Terry Endropoetro • Published on: 2014-06-18
Kelenteng Thien Ie Khong sudah berumur lebih dari seabad masih berfungi dengan baik sebagai tempat ibadah warga Tionghoa di Samarinda. Bahkan kini dijadikan cagar budaya Kalimantan Timur.
Kelenteng Thien Ie Kong dibangun pada 1905, di dekat pertemuan muara sungai Mumus dengan sungai Mahakam, kota Samarinda. Menurut catatan sejarah, pada zaman pendudukan Jepang, kelenteng ini pernah nyaris hancur terkena ledakan bom, saat Jepang ingin menghancurkan pabrik pengolahan minyak goreng yang berada tepat di belakang kelenteng.
Ada dua ekor naga yang menjaga bola api di atas atap bangunan yang didominasi warna merah ini. Delapan tiang menyangga bagian teras, dua di antaranya berhias ukiran awan dan naga. Uniknya, tak hanya melingkari tiang namun naga ini seperti merentangkan kedua tangan dengan satu kaki menendang ke depan. Seakan-akan sedang melakukan jurus naga sakti menendang awan.
Pada meja di teras kelenteng, diletakkan sebuah tandu kayu berukir yang dicat warna-warni. Sebuah ornamen bunga lotus yang masih kuncup menghias di puncak atapnya. Pada waktu-waktu tertentu, patung Dewi Kwan Im akan diarak keliling menggunakan tandu ini.
Semua tiang penyangga di bagian dalam kelenteng dicat hitam dengan tulisan Cina berwarna emas. Ada lukisan dan relief ukiran hampir di setiap dinding dan pintu. Bila Anda mendongakkan kepala, akan tampak ukiran, ornamen, dan lukisan yang sangat detil. Bila hendak memerhatikan satu per satu haruslah menggunakan tangga.
Dinding, tiang-tiang, dan bumbungan atap bangunan kelenteng ini masih menggunakan kayu, teknik penyambungannya adalah dengan menggunakan pasak kayu. Konon semua kayu dibawa dari Tiongkok, begitu pula semua ukiran pada kayu dan meja altar.
Seperti bangunan khas Tionghoa, ada bagian yang terbuka di bagian tengah rumah. Ruangan ini berfungsi sebagai ventilasi, apalagi di saat upacara-upacara ibadah. Dimana asap dari hio yang dinyalakan akan mengepul tanpa henti.
Di sisi kanan dan kiri ada tempat-tempat untuk berdoa. Sedangkan meja altar besar, tempat meletakkan sesaji di depan patung Dewi Kwan Im berada di bagian utama yang luas dengan langit-langit tinggi.
Di luar kelenteng, ada taman yang dipenuhi patung-patung yang tampaknya dibuat dengan 'gaya masa kini'. Taman patung ini berisi tokoh 'Perjalanan ke Barat', yaitu Xuanzang (Pendeta Tong) ‐guru pendeta yang menaiki kuda putih, Sun Wokong (Sun Go Kong) ‐raja kera yang sakti, Zhi Bajie (Tie Pat Kay) ‐manusia berwajah babi, dan Sha Wujing (Sam Cheng) ‐rahib pengembara. Dalam kisahnya mereka harus pergi ke ke barat dalam perjalanan penebusan dosa dan membawa kembali kitab suci. Melewati 14 musim panas, 14 musim dingin, dan puluhan kali menghadapi bahaya gangguan dari siluman dan setan-setan. Selain keempat tokoh tersebut, ada juga dua buah patung naga, dan Dewi Kwan Im.
Kelenteng Thien Ie Khong yang sudah berumur lebih dari seabad ini masih berfungi dengan baik sebagai tempat ibadah warga Tionghoa di Samarinda. Bahkan kini dijadikan cagar budaya Kalimantan Timur. Para petugas kelenteng pun maklum bila ada wisatawan yang datang untuk mengambil gambar. Tapi yang perlu diingat, jangan mengganggu orang yang sedang beribadah, jangan mengotori, dan patuhi semua peraturan yang ada.
Lokasi:
Jl. Yos Sudarso no.21 (seberang pelabuhan peti kemas)
Samarinda, Kalimantan Timur
Comments
No comments yet. Be the first to comment!
Leave a Comment