#DramaGundulmu:<br> Perempuan Bersasak Tinggi

Category: Segala Rupa • Author: Terry Endropoetro • Published on: 2018-08-03

Pernah ngerasa nggak, saat kalian lelaaaah sekali, perasaan kalian akan menjadi sensitif sensitif. Baper! Sumbu pendek! Sekali dicolek langsung meledak.



Nah, ini terjadi dalam perjalanan saya pulang dari Tanjung Priok ke rumah di kawasan Jakarta Selatan. Jangan tanya lelahnya setelah 4 hari perjalanan naik kapal Pelni kelas ekonomi dari Sorong, Papua.



Perjalanan saya sore hari itu masih panjang. Rencananya dari pelabuhan Tanjung Priok, saya akan naik ojek ke halte bus TransJakarta. Untuk sampai ke rumah, saya harus tiga kali ganti jalur bus. Tanjung Priok - Cililitan, berhenti di halte Pramuka. Pindah jalur bus Pulogadung - Dukuh Atas. Lalu Dukuh Atas - Ragunan. Nanti masih sekali lagi naik ojek sampai ke rumah. Saya harus tahan lapar sore itu, karena uang di saku pas-pasan buat ongkos pulang. Nggak lucu dong, bisa sampai Papua tapi pas balik malah terkatung-katung di jalanan ibukota.


 
Halte Tanjung Priok merupakan halte pertama. Bus dengan trayek Tanjung Priok - Cililitan masih kosong dan saya masih mendapat tempat duduk. Di Halte Pemuda Pramuka, saya harus turun dan berpindah bus jalur Pulogadung -  Dukuh Atas. Memanggul ransel besar di punggung dan ransel kecil di bagian depan, saya harus menyusuri jembatan penyeberangan yang panjang untuk berpindah halte.



Bus yang saya naiki cukup penuh. Walau tak berhimpitan, tapi semua bangku sudah terisi. Saya berdiri tak jauh dari pintu. Di halte berikutnya masuk serombongan ibu-ibu. Lima orang dengan baju rapi, tas besar disampirkan di lengan, beberapa di antaranya menenteng kantung plastuk belanjaan. Semua penumpang yang awalnya terkantuk-kantuk langsung terbangun, sakit ribut para ibu ini berbincang.



Tiba-tiba seorang di antaranya yang tampaknya superior berteriak, "Mas," serunya memanggil petugas, "ini kenapa ada lelaki di depan." Jarinya menunjuk muka saya. Petugas bus bingung, saya juga bingung. Penumpang yang sudah lebih dulu ada di dalam bus juga bingung.



"Kalau saya perempuan, bagaimana Bu?" Saya menjawab sesantai mungkin. Kalau tak memikirkan saya butuh tenaga untuk membawa ransel, pasti sudah saya jambak sasakan rambut ibu itu. Dia pasti kalah karena tak ada yang bisa ia jambak dari kepala saya.



Mendengar suara saya (yang untungnya masih seperti perempuan) Ibu tadi terbelalak. Jelas dia kaget, teman-temannya juga. Mukanya berubah 'warna-warni' lalu ia berbalik menghadap pintu, menghadap pintu. Tak menggerakkan kepalanya sedikit pun saat diajak temannya bicara. Dua halte berikutnya, dia turun secepat ia mampu. Saya yakin, sebenarnya bukan halte itu yang ia tuju.



Kalau dipikir-pikir ibu tadi tak salah juga mengira saya lelaki. Kulit saya cokelat terbakar matahari. Ransel saya di depan jelas menutupi bagian dada saya. Tampilan saya lusuh. Wong saya dua hari belum mandi. Turun dari kapal cuma bermodal cuci muka, sikat gigi, pakai deodoran, dan minyak wangi. Hahahaha.... █



#dramagundulmu merupakan cerita-cerita lucu tapi satire, tentang pengalaman yang saya alami karena tak berambut layaknya wanita cantik jelita.

Comments

No comments yet. Be the first to comment!

Leave a Comment