Warna-Warni Kampung Mranggen

Category: Jalan-jalan • Author: Terry Endropoetro • Published on: 2018-05-15

Beberapa tahun belakangan ini mendadak bermunculan kampung warna-warni. Ini bukan sekadar ikut-ikutan, tapi ada alasan di balik sebuah kampung sebagai tempat tujuan wisata kekinian.



Kampung Mranggen salah satunya.  Kampung yang kini dikenal dengan sebutan Kampung Ragam Warna ini berada di Desa Kuthoharjo, Kaliwungu, Kendal, Jawa Tengah. Kampung ini mulai merubah rupa pada akhir 2017 lalu. Takjub! Itu yang saya rasakan ketika melihat suasana warna-warni kampung ini. Tak hanya dinding rumah, tapi pintu, jendela, pagar, hingga atap rumah.



Satu hal yang perlu dicatat bila mengunjungi Kampung Ragam Warna Mranggen adalah datanglah dengan membawa teman! Sehingga kalian bisa saling memotret. Foto-foto yang ditampilkan di akun sosial media pun bisa menarik.



HASIL KARYA BERSAMA

Dari 2 RT di Kampung Mranggen, ada 98 rumah yang sudah berwarna. Awalnya para pemuda tak percaya diri menggoreskan cat pada dinding rumah. Bagaimana bentuknya? Bagaimana komposisi warna yang baik? Bagaimana kalau salah?


 
Beruntung Wiwik Wijaya, konseptor Kampung Ragam Warna mengajak Anja Geem, seniman asal Kendal turun tangan mengordinir pewarnaan kampung ini. Mulai melatih cara mencampur warna hingga mendorong para pemuda berekpresi sesuka hati, karena sebenarnya tak ada yang salah dalam berkarya. Ala bisa karena biasa, warga yang awalnya hanya berani membuat blok-blok warna pada dinding rumah, kini sudah menampilkan beragam bentuk dan ornamen di sana.



Semua boleh berpartisipasi, yang antusias boleh memegang kuas. Anak-anak muda Karang Taruna, bapak-bapak pemilik rumah, bahkan para ibu rumah tangga. Semuanya bergotong-royong, saling membantu, mewarnai dan menghias rumah satu persatu.



Semangat warga untuk mewarnai kampung seperti tak terbendung. Setelah dinding bagian luar rumah, pagar, dan genteng habis diwarnai. Giliran dinding dan genteng toilet umum jadi sasaran. Rencananya, setiap jengkal jalanan di kampung pun akan diwarnai. Ahaaaaay! Pasti meriah jadinya.









ATRAKSI WARGA MULTI TALENTA

Saat saya dan teman-teman berkunjung ke Mranggen, kami
juga ditantang melukis payung kertas. Cat warna-warni sudah disediakan, kami bebas menggambar apa saja. Tapi sumpah! Ternyata tak semudah yang dibayangkan. Imajinasi di kepala, ketika diterapkan di bidang berdiameter 30 cm malah jadi sangat berbeda ha... ha... ha...






Kami juga sempat menyaksikan atraksi DrumBleck. Atraksi musik yang dimainkan oleh beberapa anak muda menggunakan alat-alat perkusi, drum yang terbuat dari tong plastik, kaleng, juga panci. Unik, kompak, dan menarik. Mereka mampu memainkan irama dan ketukan lagu-lagu kekinian. Keren, deh!



Kalau personil DrumBleck adalah anak-anak muda. Para bapak yang gemar bermusik mendapat porsi sendiri di Orkes Malaya. Grup musik  yang memain irama lagu-lagu Melayu tahun 1960 - 1970an. Walau lagu-lagunya asing di telinga tapi iramanya menenangkan. Jauuuuh berbeda dari dangdut koplo yang sering saya dengar. Ha... ha... ha... ha.... (Duh, ketahuan!)






MENIKMATI SUASANA KAMPUNG

Kampung Mranggen berada sekitar 27 kilometer dari Semarang. Bisa dicapai dalam waktu tempuh sekitar satu jam berkendara. Kampung ini menyediakan homestay, bagi siapa pun yang ingin menginap dan menikmati suasana tinggal di kampung.



Warga kampung Mranggen sangat ramah. Anak-anak mudanya malu-malu menyapa dengan senyuman. Sementara para orang tua tanpa memulai basa-basi bertanya daerah asal. Duduklah dua-tiga menit bersama mereka, obrolan ringan pun berkembang ngalor-ngidul membawa suasana jadi riang.



Walaupun dengan fasilitas sederhana, namun homestay yang disediakan cukup nyaman. Satu rumah bisa diisi 15 - 20 orang. Seru kan kalau datang beramai-ramai. Jangan lupa membawa peralatan mandi dan karena berada di wilayah pesisir Jawa, mengenakan pakaian yang mudah menyerap keringat sangat disarankan.





Listrik menyala 24 jam, tapi aliran air akan dimatikan pada pagi hari. Jadi bila kalian menginap di homestay, jangan lupa mengisi penuh bak mandi pada malam hari. Supaya tak perlu menggedor pintu rumah tetangga saat ingin mandi pagi.



Rencananya, jumlah homestay akan ditambah. Tapi sebelum terlaksana, alau sekarang jumlahnya masih bisa dihitung dengan jari, jangan khawatir tak bisa menginap. Karena semua warga membuka pintu rumah mereka, terbuka bagi siapa saja yang datang berkunjung dan menginap.



Jangan khawatir, kampung ini bukan berada di puncak gunung antah berantah atau di tengah hutan belantara. Ada warung menyediakan berbagai keperluan yang dibutuhkan, kok. Sayangnya, mereka tak menjual sinyal ha.... ha... ha....  Jadi jangan kaget kalau sinyal ponsel kadang sepoi-sepoi lalu menghilang. Tunggu saja beberapa saat, nanti ia akan kembali.





Yang jelas, para ibu di kampung ini pandai sekali memasak. Pagi-pagi saja sudah ada sajian makanan dan teh manis. Belum lagi wadah-wadah plastik yang berisi kerupuk, keripik singkong, dan kacang goreng. Semuanya merupakan produksi rumahan. Dari hasil penjualan camilan itulah para ibu bisa membuat dapur terus ngebul.



Lelah rasanya mulut ini, tak juga berhenti mengunyah. Tapi itu semua ternyata cuma makanan pembuka. Karena kemudian datang setampah besar makanan datang berisi lontong, lengkap dengan lauk-pauk dan sayur yang diletakkan pada wadah-wadah daun.
Woooow! Ini sarapan berat!
Pulang dari kampung Mranggen, berat badan saya bertambah. Bagaimana tidak, jam delapan disodori makan pagi, jam sebelas sudah diajak makan lagi. 






BERGERAKNYA RODA EKONOMI

Sebagian besar warga kampung Mranggen dulu bekerja sebagai butuh pabrik Kayu Lapis Indonesia dan Texmaco. Ketika dua pabrik besar di Kendal tersebut tutup, angka pengangguran di Mranggen pun membengkak. Tingkat kesejahteraan menurun drastis. Beruntung mereka tetap memiliki semangat, tak menyerah pada kemiskinan. Tetap semangat dan berharap dengan kreativitas, kehidupan mereka bisa kembali sejahtera.



Sebagai perusahaan cat pertama di Indonesia yang memproduksi cat dekoratif sejak 1943, Pacific Paint pun mendukung semangat warga Kampung Mranggen. Menurut Ricky Soesanto, Corporate Head Marketing Pacific Paint, sudah 3.000 liter cat warna-warni sudah 'digelontorkan' untuk mewujudkan Kampung Ragam Warna ini.



Sebelum Mranggen, Pacific Paint sudah 'melahirkan' Kampung Bekelir di Tangerang dan Kampung Merah Putih, di Tual, Kepulauan Kei, Maluku.
Sasaran berikutnya adalah salah satu kampung di Bau Bau, Pulau Buton, Sulawesi Tenggara.





"Penampilan Kampung Ragam Warna ini benar-benar melebih ekspektasi," kata Suryanto Tjokrosantoso, Direktur Pacific Paint, "dengan menjadi tujuan wisata, diharapkan bisa meningkatkan pendapatan, dan warga kampung kembali sejahtera."



Bukan saja menampilkan keindahan, ragam warna juga merepresentasikan  keragaman suku dan budaya, perpaduan warna ibarat persatuan di negeri ini. Anggaplah Kampung Ragam Warna Mranggen ini seperti miniatur Indonesia. Suasana yang aman, nyaman, yang pasti akan meninggalkan kenangan. █



---------------------------------------------



Perjalanan ke Kampung Ragam Warna Mranggen, Kaliwungu, Kendal, Jawa Tengah bersama blogger, vlogger, dan youtuberpada Mei 2018 ini, atas undangan dari PT Pacific Paint. Foto-foto juga ditampilkan di twitter dan instagram dengan hashtag #ragamwarnapacificpaint

Comments

No comments yet. Be the first to comment!

Leave a Comment