10 Inspirasi dari Cilengkrang

Category: Segala Rupa • Author: Terry Endropoetro • Published on: 2018-04-27

Ketika warga tak bisa tinggal diam melihat kampungnya 'begitu-begitu saja'. Tampak jelas mereka ingin berbuat sesuatu untuk kesejahteraan bersama. Tapi keberadaan penggerak tak bisa dipungkiri, karena 'tokoh masyarakat adalah koentji'.




Ini yang terjadi di Cilengkrang. RW17 Kampung Jati Baru, Desa Jati Endah, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung. Kampung yang memiliki dua local heroes. H. Wawan Gusnawan yang sejak 2010 yang melakukan program pengelolaan sampah dan istrinya, Nining Nurhayati, yang menggerakkan urban farming. Kegiatan pertanian dari dari hulu ke hilir, yaitu pembibitan, penanaman, perawatan, hingga pengolahan hasil panen. 



Kampung inspiratif ini terpilih sebagai salah satu kemitraan dalam program Kampung Ramah Lingkungan oleh PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk. (Indocement). Walaupun tak ada tambang, pabrik, maupun gudang semen di sekitar kampung ini, karena berada di Bandung Timur yang lokasinya berjarak 30 kilometer dari pusat operasional Indocement di daerah Padalarang. 






Pada 2014, kampung ini pernah dikunjungi oleh delegasi peserta Training Course on Innovative Holticulture and Agro-business – ASEAN yang diadakan oleh Kementerian Luar Negeri yang bekerja sama dengan Kementerian Pertanian Republik Indonesia, dalam rangka AFTA (Asean Free Trade Area). Pada 2015, giliran delegasi ASEAN yang datang ke sini. 



Pasti saat berkunjung, delegasi itu terkagum-kagum, sama seperti saya. RW17 menjadi kampung percontohan, bagaimana dengan fasilitas terbatas, lahan sempit apa adanya, dan orang-orang yang sederhana, mampu meningkatkan kesejahteraan warganya. Banyak sekali hal inspiratif dan ini 10 di antaranya.





1. SEKOLAH PENGELOLAAN SAMPAH

Dibangun persis di lokasi yang dulunya dijadikan warga tempat membuang sampah. Sekolah yang pendirian infrastrukturnya dibantu oleh Indocement dan diresmikan pada Maret 2016 ini terbuka bagi siapa saja yang berminat belajar tentang pengelolaan sampah. Semua informasi tentang sampah diberikan. Mulai pengolahan sampah organik dan non-organik, daur ulang, sistem kompos, sampai kerajinan dari limbah. Pokoknya, terjun langsung ke tempat sampah!





2. MENDAPAT IMBALAN PAHALA

Pada 2012, RW 17 sempat menerapkan Program Bank Sampah sebagai salah satu solusi untuk mengurangi masalah sampah rumah tangga. Namun, setelah berjalan beberapa lama, disadari bahwa program ini tidak efektif. Karena banyak orang yang kemudian beranggapan, bahwa makin banyak sampah yang mereka setorkan, makin banyak pula uang yang akan mereka terima. 



Akhirnya, program ini diubah nama menjadi Sodaqoh Sampah. Siapa pun yang membawa sampah ke tempat pengolahan sampah dan segala perbuatan baik untuk tetap menjaga kebersihan lingkungannya, niscaya akan dibalas pahala. 





3. SAMPAH ITU BERHARGA

Asep Sofyan sudah 3 tahun dipercaya memilah sampah di RW17. Dipilih berdasarkan jenisnya. Sampah-sampah itu masih bisa dimanfaatkan. Seperti botol-botol kecil dijual ke penjual ikan cupang. Wadah telur dijual ke peternak jangkrik. Kain bekas selalu bisa digunakan oleh pengrajin wayang golek. Pampers bekas pun bisa diubah menjadi kompos cair. Stayrofoam yang merupakan sampah yang paking menjengkelkan pun bisa dimanfaatkan. Dengan meleburnya menjadi bubur, bisa digunakan untuk membuat hiasan atau karya seni. Hasil penjualan sampah yang dijual digunakan untuk kesejahteraan desa.


 
Saya baru tahu, ternyata sampah kemasan minuman sachet dan kemasan obat merupakan sampah yang paling 'tidak berharga'. Tak laku dijual ke pengepul sampah. Namun, jenis sampah ini masih tetap bermanfaat. Karena kandungan alumunium saat dicampur dengan air dan soda api di dalam tabung tertutup, bisa menghasilkan gas nitrogen. Cara ini menjadi solusi bagi para pedagang balon gas.



Khusus sampah organik dimasukkan ke dalam sebuah tangki, Diolah menjadi biogester, yang menghasilkan gas metan. Dari tangki, melalu pipa dialirkan ke dapur umum untuk menghidupkan kompor. Wah, kalau dibuat tangki yang lebih besar dan gas metan yang dihasilkan lebih banyak, bisa jadi kelak pipa-pipa akan dipasang menuju ke semua dapur di kampung ini. 





4. TETAP GAYA DENGAN SAMPAH

Seorang ibu menyodorkan sebuah bros berbentuk bunga. Awalnya saya kira berupa rajutan biasa. Tapi setelah dipegang dan diperhatikan, ternyata bahan yang digunakan adalah plastik kresek bekas, yang dipotong tipis dan memanjang, lalu dirajut. Luar biasaaaa! Bros warna-warni ini dijual seharga Rp5.000 per buah, biasanya dijadikan cindera mata untuk acara resepsi pernikahan. Sementara, sebuah clucth berwarna perak cukup menarik perhatian. Terbuat dari bekas kemasan camilan dan dijual seharga Rp10.000.





5. KAMPUNG 'BERHEMAT'

Di pinggir jalan ada beberapa lampion dengan tulisan BERHEMAT. Ternyata itulah jargon Kampung Inspirasi. BERHEMAT (Bersih, Hejo (Hijau), dan Bermanfaat). Jargon ini untuk menggiring masyarakat agar peduli lingkungan. Bersih diri, bersih lingkungan, dan hijaukan lingkungan. Hidup yang bermanfaat selaras dengan alam.





6. LUBANG BIOPORI

Berjalan menyusuri RW 17 yang bersih dan asri, saya melihat banyak sekali lubang biopori. Ada 508 lubang seluruhnya. Menjamin kuantitas dan kualitas air tanah tetap terjaga bahkan menjadi lebih baik. Ternyata ada ganjaran tersendiri bagi warga yang enggan membuat lubang biopori, tidak memilah sampah dengan benar, dan tidak peduli lingkungan. Yaitu tidak akan mendapat tanda-tangan dari Ketua RW saat mengurus Kartu Tanda Penduduk, Kartu Keluarga, atau surat-surat lain. Hayooo, pilih mana? 





7. ARISAN TANAMAN

Arisan Lingkungan ini hanya dengan membayar Rp10.000 per minggu, selama 15 minggu. Tapi ketika 'menang arisan' bukan uang yang didapat melainkan tanaman.  Salah satu cara jitu menghijaukan lingkungan dengan cara memanfaatkan pekarangan di sekitar rumah. Sekarang RW 17 sudah berhias hijau di mana-mana. Tak hanya di tanam di dalam pot, tapi juga di dalam botol-botol plastik bekas lalu digantung di dinding. Keren, deh.


 



8. KERIPIK KERUPUK KRIUK

Para ibu RW 17 terbukti 'tak bisa diam'. Sekitar 60-an orang bergabung dengan kelompok Usaha Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS) yang dinamai Sajati 17, mereka produktif membuat kue, kerupuk, keripik, abon, bahkan jus buah segar yang dibuat tanpa pengawet. Melalui Koperasi Wanita Tani (KWT) dan semua hasil olahan pertanian, perkebunan, dan peternakan itu dijual. Salah satunya di Pasar Dadakan RW 17 yang digelar setiap Rabu. Siapa pun bisa berjualan, baik warga RW 17 maupun RW lain, bahkan dari desa-desa lain.



Sementara, di salah satu lahan yang dulu ditumbuhi ilalang dan tumbuhan liar, kini sudah dijadikan lapangan dan dijadikan lokasi untuk Kontes Burung. Acara yang digelar tiap Kamis dan Minggu ini ternyata mendapat sambutan bagus dari masyarakat sekitar.




9. SEJAHTERA SEKELUARGA

Di kampung ini pun tersedia Posyandu, Kelompok Bermain, dan Taman Bacaan. Anak-anak RW17 diajarkan tentang kebersihan lingkungan. Membuang sampah pada tempatnya. Drum-drum air yang dipasangi keran menjadi sarana pembelajaran, bahwa kebersihan dimulai dari diri sendiri.




10. KEMAUAN KERAS & BERKELANJUTAN

Sebagai Kampung Inspirasi, RW 17 sudah kedatangan 5.600 kampung dari seluruh Indonesia, bahkan 18 negara setiap tahun. Berarti apa yang sudah diterapkan di Kampung Insprirasi bisa diadopsi, menjadi percontohan, dan diterapkan di kampung-kampung lain. 



Menurut Nining, tidak mudah mengubah kebiasaan dan cara berfikir masyarakat. Apalagi harus berhadapan dengan sumber daya manusia yang kurang peduli dengan lingkungan, karena tingginya pendidikan tidak menjamin seseorang peduli lingkungan. 



Nining tidak pernah lelah melakukan penyuluhan dan pelatihan tentang sampah dan kebersihan kepada warga. Usaha yang dilakukannya sejak 2011 ini perlahan mendapat titik terang. Kini warga kampung sudah sangat peduli lingkungan. Selain BERHEMAT, ada lagi jargon lain. "Sampah urang bereskeun ka urang!" (Sampah saya, dibereskan sendiri). █

Comments

No comments yet. Be the first to comment!

Leave a Comment