Elang Bondol, Maskot Jakarta yang Nyaris Punah
Category: Jalan-jalan • Author: Terry Endropoetro • Published on: 2018-04-12
Dari balik jaring-jaring yang menyelimuti sangkar raksasa terlihat ada beberapa ekor burung elang. Mereka diam saja di lantai, beberapa bertengger di dahan rendah. Mereka tak lagi terbang, karena sayap mereka dipatahkan oleh pemilik terdahulu.
Sedih mendengar cerita bagaimana dulu elang-elang ini diberlakukan. Ditangkap, diperjualbelikan, dipelihara demi pamor semata. Dibiarkan merana, tak lagi kenal alam, bahkan lupa bahwa makanan mereka adalah ikan segar. Tapi lega juga melihat mereka tinggal di sangkar besar di Pulau Kotok, Kepulauan Seribu, di Utara Jakarta.
Pulau ini sejak 2005 dikhususkan sebagai pulau konservasi dan sanctuary Elang Bondol di Indonesia. Dikelola oleh JAAN (Jakarta Animal Aid Network) Indonesia, organisasi non profit yang bergerak di bidang pelestarian satwa liar dan habitatnya. Selain menyelamatkan, JAAN juga menyediakan pusat rehabilitasi dan nantinya melepasliarkan kembali. Kegiatan konservasi inilah salah satu yang didukung oleh Pertamina.
PULAU ELANG YANG MINIM ELANG
Sampai saat kunjungan ke Pulau Kotok saat Pertamina Eco Camp pada awal April 2018 lalu, saya belum paham siapa sebenarnya si Elang Bondol ini. Ternyata pada 1989, Elang Bondol dijadikan maskot Jakarta, karena elang jenis ini banyak ditemui di Kepulauan Seribu. Bahkan Pulau Pramuka pun dulu bernama Pulau Elang.
Tapi itu duluuu! Karena pada 2013 diketahui bahwa populasi Elang Bondol di Kepulauan Seribu hanya tersisa 25 ekor. Menyusutnya jumlah elang, selain disebabkan perburuan, juga karena rusaknya terumbu karang dan habitat mereka. Sehingga kemungkinan besar elang-elang ini bermigrasi ke pesisir Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi.
Elang Bondol juga masih bisa ditemui di Maluku dan Papua. Namun jangan harap bisa melihatnya terbang bebas di Jawa dan Bali.
Foto: dok. JAAN Indonesia
Elang Bondol memiliki beberapa ciri khas:
- Panjang dari kepala hingga saya mencapai 50 cm.
- Paruh berwarna kelabu.
- Kelopak mata berwarna kuning gelap.
- Bulunya berwarna cokelat. Bulu premier (ujung sayap) berwarna cokelat gelap, bulu sekunder berwarna coklat terang.
- Kepala sampai bulu dada berwarna putih dan di bagian dada ada corak garis hitam.
- Bentangan sayapnya selebar 110 cm.
- Kaki bersisik berwarna kuning, dengan cakar hitam.
Elang Bondol mampu terbang hingga ketinggian 40 meter. Mereka memilih bersarang di pepohonan setinggi 25 - 30 meter. Karena makanannya adalah ikan segar, Elang Bondol sering ditemui di pesisir pantai, hutan bakau, rawa, danau, dan muara sungai. Tapi hewan pemangsa ini juga melahap hewan lain yang berukuran lebih kecil dari ukuran tubuh mereka.
Dari bentuk fisik, elang jenis ini tak bisa dibedakan jenis kelaminnya. Yang jelas, Elang Bondol adalah jenis elang sensitif. Mereka jenis hewan yang setia pada pasangannya. Romantis! Melakukan ritual kawinnya saja di angkasa. Mereka berkembang biak pada Januari - Agustus dan mengerami telur selama 28 - 35 hari bergantian.
TAK SEMBARANG ORANG BOLEH DATANG
Pulau Kotok bukan pulau tujuan wisata. Harus ada izin untuk datang ke pulau konservasi ini. Karena bagi siapa pun yang menginjakkan kaki di pulau ini sudah ada peraturan tegas, antara lain:
- Pengunjung hanya boleh berada di area dermaga dan bagian depan pulau. Tidak diizinkan ke bagian belakang pulau, tempat kandang rehabilitasi elang.
- Tidak boleh gaduh.
- Tidak boleh merokok.
- Tidak boleh merusak apa pun.
- Harus menjaga kebersihan pulau.
Para pengunjung hanya boleh melihat elang di kandang sanctuary. Tempat elang yang sudah tak lagi bisa terbang, akibat sayap yang dipatahkan, kakinya luka bahkan ada yang sampai harus diamputasi, atau yang 'otaknya sudah error' karena dilatih paksa melakukan sesuatu.
Sudah jelas tertulis di pagar pembatas dari bambu dengan tanda bertulisan 'Dilarang Masuk Areal Kandang Elang'. Ini areal kandang sosialisasi dan rehabilitasi. Kandang-kandang dibangun di antara pepohonan. Diselimuti jaring pengaman agar elang tak bisa terbang jauh. Elang-elang dibuat seminim mungkin berinteraksi dengan manusia agar menjadi liar kembali.
Ketika saya dan beberapa teman masuk ke areal ini, walaupun ditemani oleh JAAN dan tidak membuat keributan, elang-elang yang berada di dalam kandang mendadak ribut berkoak-koak. Bukan tanda senang, tapi pertanda mereka tidak nyaman ada pendatang.
REHABILITASI & NAIK KELAS
Elang-elang yang ada di kandang ini memiliki fisik yang bagus, namun sebagian besar dalam kondisi sudah kehilangan 'jiwa hewani'-nya. Karena bertahun-tahun dipelihara di kandang, atau dengan kaki terikat, dan terbiasa diberi makan oleh pemiliknya, sehingga lupa cara mencari makan secara alami. Di konservasi, JAAN, memberi makan saat malam gelap, meletakkan ikan di kolam buatan dan setiap jam 03.00 dini hari memantau perkembangan mereka. Dilakukan setiap hari!
Tak mudah mengembalikan elang-elang ini pada kehidupan alaminya. Perkembangan setiap elang yang tak sama satu dengan lain. Ada yang cepat beradaptasi, ada pula yang hingga berbulan-bulan 'harus disuapi', bahkan bertahun-tahun. Tergantung seberapa besar jiwa hewani tumbuh kembali.
Kalau elang sudah mampu dan terbiasa menangkap ikan di kolam buatan, lalu menyantapnya di atas pohon artinya ia sudah naik kelas! Dan ia akan dipindahkan ke kandang di perairan dangkal yang letaknya tak jauh dari pantai. Dengan begitu, ia bisa berlatih menangkap ikan di permukaan laut.
Ada 120 ekor lebih Elang Bondol yang pernah ditampung di konservasi Pulau Kotok. Kini tinggal 40 ekor, selebihnya sudah dilepasliarkan. Seperti Meriam dan Lipi yang hari itu siap untuk dilepasliarkan. Ketika jaring dibuka, mereka pun terbang ke alam bebas.
Seperti Elang Bondol lainnya sebelum dilepasliarkan, Meriam dan Lipi sudah diberi tanda dengan gelang kaki yang bisa lepas dengan sendirinya setelah beberapa bulan, juga ada chip yang ditanam di bagian sayap mereka agar bisa terpantau di mana mereka berada. Terharu ketika melihat mereka terbang bebas keluar kandang. Lalu timbul pertanyaan, ke mana mereka pergi? Mampukah mereka mencari makan? Akan tertangkap lagikah mereka? Tapi semua saya tepiskan, alam yang menjaga mereka.
Seekor elang berkoak di langit, terbang berputar menandai teritorinya. JAAN menjelaskan, "Elang yang itu sudah lama dilepasliarkan, tapi ia tak juga pergi dari pulau. Mungkin sudah betah di sini."
Saya cuma diam, ternyata saya tak bisa membedaka mereka. Bagi saya semua Elang Bondol sama, berbulu cokelat dan berkepala putih. Sama-sama tak boleh ditangkap apalagi disakiti. Bukan hanya perlu #SaveMaskotJakarta, tapi agar ekosistem ini terjaga alami adanya. █
---------------------------------------------
Perjalanan bersama Pertamina (PertaminaMOR 3) pada April 2018 ini juga ditampilkan di twitter dan instagram dengan hashtag #PertaminaEcoCamp #KobarkanKebaikan #EcoCampDay1 #EcoCampDay2
Comments
No comments yet. Be the first to comment!
Leave a Comment