Kondektur Kereta (Sekarang) Ganteng-ganteng!

Category: Jalan-jalan • Author: Terry Endropoetro • Published on: 2018-02-28

Sekarang tampilan kondektur kereta api menjadi lebih kekinian. Berusia muda, berbadan tegap, berbalut seragam licin dan rapi. Kondektur tak lagi membawa 'bolonger', alat pembolong tiket penumpang. Cekrek... cekrek... cekrek.... begitu bunyinya



Dulu hubungan penumpang dan kereta api macam 'beli putus'. Setelah membeli tiket, silakan naik kereta. Terserah selama perjalanan mereka mau duduk di mana. Kondisi kereta yang buruk pun diterima dengan lapang dada. Tidak perlu komplain, yang penting diantar sampai stasiun tujuan. Lalu "Bye... bye..."



Beruntung akhirnya PT Kereta Api Indonesia (KAI) tergerak hati meningkatkan fasilitas dan pelayanannya, image pegawai pun diubah. Tidak hanya di stasiun tapi juga di dalam kereta. Penumpang kereta api tak lagi dianggap sebagai pelanggan yang hendak bepergian, tapi juga harus merasa nyaman selama perjalanan.



BUKAN HANYA PERIKSA TIKET

Berbeda sekali dengan 10 tahun ke belakang. Bukan bermaksud pukul rata, ya.... tapi dulu kebanyakan kondektur berpenampilan seperti bapak-bapak (memang pasti sudah bapak-bapak sih). Ekspresi mereka serius saat sedang memeriksa tiket penumpang dan kalau ditanya informasi hanya menjawab seadanya.



Kini Kondektur memeriksa penumpang cukup melalui aplikasi di ponsel. Aplikasi khusus ini hanya bisa diakses oleh kondektur dan petugas terkait. Memuat informasi penumpang, Siapa namanya dan duduk di mana. Tujuannya ke mana dan turun di stasiun apa. Kondektur juga bisa tahu mana tempat duduk yang kosong dan mana yang harusnya terisi. Mana kursi yang sudah dibeli tapi ternyata penumpangnya tidak boarding dan mana kursi yang diduduki penumpang reduksi (mendapat potongan harga). Nah, jadi jangan mentang-mentang kereta kosong, kalian lalu seenaknya pindah-pindah kursi. Dijamin, kondektur pasti akan datang menghampiri.



Sekarang sudah tahu kan mengapa Kondektur memegang ponsel ke mana-mana selama perjalanan kereta. Ternyata mereka benar kerja, bukan youtube-aaan!



PENUMPANG 'TURUN KASTA'

Tidak dulu tidak sekarang kalau lihat kondektur saya tetap deg-degan. Karena kebiasaan buruk saya kadang belum juga hilang. Kalau naik kereta ada saja salah gerbong atau salah nomor kursi. Bahkan pernah terjadi saya sudah duduk santai di kelas ekskutif, ternyata waktu pemeriksaan tiket saya seharusnya di kelas ekonomi. Duuuh, sudah malu angkut-angkut barang, turun kasta pula.



Siang itu, saat Kondektur KA Argo Parahyangan memasuki gerbong, saya langsung sibuk mencari tiket. Padahal seharusnya santai saja, toh tadi sudah berulang kali mencocokkan nomor kursi. Eh, apa saya salah gerbong? Du

Seperti tahu ada penumpang yang merasa tidak nyaman. Kondektur malah menghampiri dan menyapa ramah. "Selamat siang, ada yang bisa saya bantu?" Ditanya begitu saya malah terkesima! Ha... ha... ha.... ha...




SUSAHNYA JADI KONDEKTUR

Kondektur ini masih muda, Sabarian Nugraha namanya. Saat bertemu dengannya lagi di gerbong restorasi, saya lontarkan pertanyaan paling bodoh sedunia, "Kondektur ada sekolahannya nggak?"



Ternyata untuk menjadi kondektur memang harus sekolah dulu. Penerimaannya pun melalui penyeleksian ketat.  Berbagai macam tes harus dilewati.  Administrasi, wawancara, psikotest, dan berkali-kali tes kesehatan.



Setelah lulus, para calon kondektur belajar di Pusat Pendidikan Perhubungan dan ditempa secara militer, ala-ala tentara gitu supaya disiplin dab bertanggung-jawab.
Di Balai Pendidikan Operasional di kawasan Dago, mereka belajar tentang administrasi, hukum dan pasal-pasal yang berhubungan dengan syarat dan tarif angkutan penumpang, juga bagaimana membaca semboyan kereta.



Mereka juga langsung turun ke lapangan, kerja praktek di bagian yang berhubungan dengan per-kondektur-an. Namun erjalanan belum selesai, masih ada lagi Diklat Kondektur, di situlah nasib mereka ditentukan layak lulus atau tidak.



Saba sendiri bergabung dengan PT KAI sejak 2014. Berawal sebagai karyawan tidak tetap di bagian customer service on train. Pada 2015, bersama beberapa karyawan lain, ia mewakili PT KAI di ajang Indonesia Contact Center Award dan berhasil meraih penghargaan medali perak. Weeeew! Karena prestasinya, ia diberi kesempatan untuk ikut internal recruitmen test menjadi kondektur. Dan berhasil lulus!





JANGAN JADI PENUMPANG NAKAL

Kalian tahu kan di setiap gerbong penumpang ada papan bertuliskan nama, nomor ponsel, berikut foto Kondektur. Nah, saya termasuk penumpang kereta yang beberapa kali SMS-an dengan Kondektur. Mulai mengeluhkan AC tidak dingin, AC terlalu dingin, sandaran kursi macet, meja lipat yang setelah dipakai tidak bisa dipilat kembali, sampai bertanya bagaimana menggunakan pemecah kaca kalau tak tahu bagaimana membuka kotak kacanya.



Kuncinya, sampaikan keluhan dengan kalimat sopan, sebutkan nama, gerbong, dan nomor kursi. Sebagai barisan terdepan yang berhadapan dengan pelanggan, Kondektur akan datang dalam hitungan menit dan memberi solusi. Memindahkan saya ke gerbong yang lebih dingin atau yang lebih hangat, memanggil teknisi untuk membenahi kursi, sampai menunjukkan cara membuka kotak kaca yang ternyata hanya dengan cara ditekan. Klik! Dan kotak kecil itu pun terbuka.



Kondektur diharuskan ramah, tapi kalau penumpang berlaku tidak sopan, mengganggu ketenangan penumpang lain, mengganggu pekerjaan kru, atau segala tindakan yang berbahaya, kondektur akan bersikap tegas bahkan berhak menurunkan penumpang 'menyebalkan' di stasiun terdekat.



"Apa benar, penumpang yang ketahuan merokok di dalam kereta akan diturunkan di stasiun terdekat?"
tanya saya.



Benar! Naaah, jadi jangan main-main dengan peraturan ini. Kan saat di kereta sudah cukup jelas, ada stiker, ada tayangan video, bahkan ada announcement perihal larangan merokok di dalam rangkaian kereta, toilet, maupun bordes.



Tapi bila ada rangkaian kereta api yang belum memasang peringatan, tayangan video, atau 'halo-halo' dan ada penumpang yang merokok. Kondektur akan memberi peringatan kedua (kan peringatan pertama ada di kawasan stasiun).



Di sini Kondektur punya kejelian. Mereka bisa membedakan mana penumpang yang memang pertama kali naik kereta, mana yang doyan ngeyel kalau diperingatkan, atau penumpang yang punya modus tertentu. Hebat, ya.



Kalau penumpang bandel, ngeyel saat diberi peringatan dan bersikap kurang ajar. Kelar sudah! Penumpang langsung diturunkan di stasiun terdekat, bisa jadi di stasiun kecil yang berada jauh dari mana-mana dan tiket langsung dianggap hangus. Masih boleh naik kereta sih, tapi harus membeli tiket baru.




KONDEKTUR TIDAK BOLEH TIDUR

Selain urusan penumpang, selama perjalanan Kondektur harus terus memeriksa sarana kereta apakah dalam kondisi aman. Juga kelayakan fasilitas, dan pelayanan di atas kereta.
Jangan heran selama perjalanan, melihat Kondektur bolak-balik menyusuri gerbong kereta. Itu karen Kondektur wajib memeriksa pintu bordes, kebersihan toilet, ketersediaan air, sampai memeriksa sambungan kereta.






Sama seperti Masinis dan Polisi Khusus Kereta (Polsuska) yang bertugas, Kondektur juga tidak boleh mengantuk atau tertidur selama perjalanan. Itulah mengapa dalam perjalanan kereta jarak jauh, di stasiun-stasiun tertentu terjadi pergantian Kondektur. Jadi dalam satu hari mereka bisa bertugas di kereta yang berbeda. Pokoknya jadi kondektur harus tahan banting!



Dalam perjalanan, Kondektur adalah koordinator seluruh awak kereta (teknisi, Polsuska, reska, sampai cleaning service). Kondektur adalah orang kedua setelah Masinis. Kekuasaan tertinggi ada di tangan Masinis. Ya, pastilaaaah! Pertama, Masinis selalu duduk paling depan di rangkaian kereta. Kedua, Masinis yang menjalankan kereta. Kalau Masinisnya ngambek ya kereta nggak jalan ha... ha... ha... ha.... █

Comments

No comments yet. Be the first to comment!

Leave a Comment