Salah Kaprah tentang Lahan Gambut

Category: Segala Rupa • Author: Terry Endropoetro • Published on: 2017-12-18

Banyak yang tidak peduli soal lahan gambut. Tahu apa lahan gambut pun tidak. Tapi ketika kebakaran hutan merajalela di Kalimantan dan Sumatera, lahan gambut pun disebut dan dituding sebagai penyebabnya.



Gambut adalah jenis tanah yang terbentuk dari sisa-sisa pohon, rerumputan, lumut dan hewan-hewan yang mati membusuk, tertimbun selama ribuan tahun hingga membentuk endapan tebal.



Di seluruh permukaan bumi, jumlah lahan gambut hanya 3% keberadaannya. Di Amerika Serikat, Amerika Utara, Amerika Selatan, Eropa, Afrika, dan Asia dengan sebutan beragam, yaitu peat, bog, moor, muskeg, pocosin, atau mire.



Sementara di Indonesia disebut gambut, berasal dari serapan bahasa daerah Melayu Banjar (Kalimantan Selatan) yag berarti tanah basah dan lunak. Di antara negara-negara tropis, Indonesia memiliki lahan gambut terluas, yaitu 14,9 juta hektar yang tersebar di Sumatera, Kalimantan, dan Papua.



BERLADANG DI LAHAN GAMBUT

Asmawi (46), adalah pelopor petani Desa Mantangai Hulu, Kapuas, Kalimantan Tengah, yang membuka ladang di lahan gambut dengan menggunakan traktor untuk membajak tanah.



Setiap lapisan lahan gambut memiliki kandungan organik. Dengan dibajak dan 'membalik tanah' membuat tanah bertambah subur, karena bekas tanaman yang mati menjadi pupuk alami.





Di Papua lahan gambut menjadi tempat subur tumbuhnya pohon sagu. Sumber makanan pokok masyarakat di sana. Sementara di Sumatera dan Kalimantan yang jumlah penduduknya lebih banyak, llahan gambut sudah banyak dibuka untuk dijadikan ladang, perkebunan kelapa sawit, dan tempat tinggal. Karena dianggap lahan kosong tak bertuan, banyak lahan gambut yang dimiliki dan digarap masyarakat tanpa izin pemerintah setempat.



Salah satunya terjadi di Rawa Tipa, Aceh. Daerah ini merupakan lahan gambut tropis terluas di Sumatera. Tapi sejak 1990-an lahan gambut yang sehat di daerah tersebut mengalami deforestasi pesat akibat pembukaan lahan secara ilegal. Pada 2016, dari 600.000 hektar lahan gambut, hanya 30% yang tersisa.



AGAR MIMPI BURUK TAK TERULANG

Dibanding dengan cara konvensional sesuai peraturan, kebanyakan masyarakat dan perusahaan membersihkan lahan dengan membakar. Cara ini dianggap lebih cepat dan menghemat biaya. Padahal setiap pembakaran lahan, lapisan gambut akan menipis yang malah membuat lahangambut menjadi tidak produktif untuk ditanami. Celakanya, gambut kering sangat mudah terbakar saat musim kering.



Inilah yang terjadi pada 2015. Indonesia mengalami kebakaran hebat di Kalimantan dan Sumatera. Dari 2,6 juta hektar lahan yang terbakar, setengahnya adalah lahan gambut. Kebakaran selama 4 bulan berurut-turut yang berdampak buruk pada sektor ekonomi, pendidikan, dan kesehatan ini juga dirasakan beberapa negara tetangga.



Kala itu tercatat ada 91.600 orang tewas akibat kebakaran hutan. Ada 15 kasus kematian akibat ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) dan 500.000 orang dari berbagai usia menderita akibat penyakit ini. Belum lagi hewan-hewan di hutan yang ikut mati terjebak kebakaran hutan.






Sejak itu, Presiden RI, Joko Widodo bermandat keras melarang  pemberian izin pembukaan lahan baru atau eksploitasi lahan gambut untuk usaha kehutanan dan perkebunan. Juga pencabutan izin terhadap perusahaan-perusahaan yang lalai melakukan penanganan kebakaran.



Pemerintah Indonesia pun berkomitmen merestorasi 2 juta hektar lahan gambut dalam waktu 5 tahun. "Dengan demikian kita meyakinkan dunia internasional bahwa Indonesia sangat serius mengatasi kerusakan hutan dan lahan gambut," kata Joko Widodo tegas.



AYO, PANTAU GAMBUT!

Lahan gambut mempunyai peran penting salam kehidupan. Lahan gambut yang merupakan tutupan hutan menjadi habitat penting bagi banyak spesies flora dan fauna. Lahan gambut juga mempunyai daya menahan dan penyangga air.



Lahan gambut menyerap dan menyimpan karbon dua kali lipat yang dimiliki hutan-hutan di dunia dan 4 kali lipat lebih besar karbon di atmosfer. Karena lahan gambut yang terbuka dan rusak akan berubah melepaskan emisi Gas Rumah Kaca ke atmosfer dan berkontribusi pada perubahan iklim.



Karena gambut rentan terbakar dalam kondisi kering. Badan Restorasi Gambut akan membangun kanal-kanal air di lahan gambut. Agar gambut kering bisa kembali dibasahkan. Itu salah satu upaya untuk mencegah terjadinya kebakaran di lahan gambut terulang lagi.





Tindakan apa lagi dan bagaimana restorasi ini berjalan sampai 5 tahun ke depan, bisa kita pantai di ayo.pantaugambut.id/
Di website ini kita bisa melihat peta restorasi dan langkah apa saja yang sedang berjalan yang dilakukan pemerintah.



Berbagi cerita terkait kebakaran hutan dan membagikannya di akun sosial media juga penting. Paling tidak tunjukkan kepedulian kalian pada masa depan negeri ini. Upaya berpartisipasi untuk mengembalikan dan melestarikan hutan dan lahan gambut di Indonesia. █



Sumber:

http://ayo.pantaugambut.id

http://id.m.wikipedia.org

http://cifor.org

Comments

No comments yet. Be the first to comment!

Leave a Comment