Bakmi Jowo di Pecinan Semarang

Category: Icip-icip Kuliner • Author: Terry Endropoetro • Published on: 2017-12-25

Jangan bingung kalau lapar malam-malam di Semarang. Di warung ini, pengunjung yang baru duduk pasti langsung ditanya mau makan apa? Nasi goreng ada. Mi atau bihun juga ada, mau digoreng atau rebus?



Mas-mas pramusaji di warung Bakmi Jowo Pak Gareng semuanya cepat tanggap. Walaupun saat saya ke sana tak terlalu banyak pengunjung, mereka tetap bergerak ke sana ke mari. Tak ada yang diam. Membuatkan minuman, menyusun piring, menuang acar. Sregep! Begitu orang Jawa bilang.



'Dapur'-nya terbuka di bagian depan warung. Setiap pengunjung bisa melongok melihat semua pesanan yang sedang disiapkan. Semua pesanan dimasak di atas anglo tungku dari tanah liat berbahan bakar arang. Alat memasak yang dipertahankan seperti masa-masa awal Pak Gareng berjualan pada 1970, kala ia masih mendorong gerobak berkeliling kampung Pecinan Semarang.






Memasak dengan tungku tradisional semacam itu, memang memerlukan waktu agak lebih lama. Tapi, makanan yang dimasak menggunakan anglo akan menghasilkan 'aroma asap' yang sedap, yang tak didapat bila dimasak dengan kompor gas.



Tak hanya soal alat masak, hingga kini bahan-bahannya pun masih diolah dengan resep dan cara yang sama. Mi yang digunakan adalah buatan sendiri. Sesaat sebelum digoreng atau direbus, mi direndam terlebih dahulu dalam kuah kaldu ayam kampung. Suwiran ayamnya juga menggunakan daging ayam kampung. Sementara telur yang dicampur dalam hidangan adalah telur bebek.



Selain gigih, keberuntungan Pak Gareng adalah memiliki pelanggan tetap di Pecinan, yang terus mengabarkan kenikmatan masakannya dari mulut ke mulut. Percayalah, kalau orang Tionghoa sudah bilang enak, artinya 98,9% masakan itu benar-benar enak.







Setelah beberapa kali warungnya pindah tempat, baru pada 1990 menetap di tempat yang sekarang ini. Bakmi Jowo Pak Gareng pun jadi terkenal legendaris. Tanda tangan dan nama-nama orang terkenal tertoreh di kertas putih yang dibingkai dan dipajang di dinding. Sebagai bukti warung ini kerap dikunjungi para pejabat dan artis-artis.



Irwan Prasetia yang mengajak saya, Dewi Nilasari, dan Jay makan malam itu, masing-masing sudah memegang sendok ketika mi rebus dan mi goreng pesanan disajikan. Aroma sedapnya langsung tercium.









Mi rebus pesanan saya banjir kuah.
Cita rasa gurih dan manis dari kecap lekat di lidah. Selain sambal, ada acar mentimun yang bisa ditambahkan sebagai paduan. Boleh juga disesap dengan kerupuk uyel murah-meriah. Di suapan terakhir, kuah pun tandas sudah.



Jangan lupa ada sate daging, sate ati-ampela, dan sate usus, semuanya dari ayam kampung. Bisa buat tambahan lauk atau camilan. Nah, kalau masih kurang kenyang, tinggal bilang, "Pesan lagi, satu nasi goreeeng!" █



BAKMI JOWO PAK GARENG

Jl. Wot Gandul Dalam No. 171, Semarang

Telepon: (0274) 3560708

Jam buka: sore - malam, setiap hari

Harga:

Makanan: Rp2.000 - Rp15.000

Minuman: Rp1.000 - Rp5.000

Comments

No comments yet. Be the first to comment!

Leave a Comment