Yang Antik di Kawasan Kota Lama Semarang.

Category: Jalan-jalan • Author: Terry Endropoetro • Published on: 2017-12-06

Kota Lama Semarang sering dianggap kawasan tujuan wisata yang sudah terlalu mainstream. Tak masalah bagi saya, karena kalau mau jeli, di kawasan ini bukan hanya ada gedung kuno peninggalan zaman kolonial, tapi juga perintilan barang antik beraneka rupa.



Pasar Padang Rani namanya. Diambil dari singkatan Paguyuban Pedagang Barang Seni. Pasar yang lebih dikebal dengan sebutan Pasar Klithikan, karena menjual barang-barang kuno ini letaknya persis bersisian dengan Taman Srigunting, dekat bangunan Gereja Blenduk yang terkenal itu.



Sejak 4-5 tahun lalu, para pedagang menempati belasan kios tenda semi permanen di lokasi ini. Berjajar dari Utara ke Selatan. Setiap kios penuh dengan barang-barang bekas. Bukan sembarang bekas, melainkan kuno, antik, dan berseni.



BARANG SERBA KEKUNOAN

Masing-masing kios memiliki daya tarik. Karena mereka menjual jenis barang yang berbeda. Para pedagang pun harus pandai menyusun barang dagangan mereka di kios yang hanya berukuran 3X3 meter. Ada yang tersusun rapi, ditempel di dinding atau digantung. Tapi saking banyaknya, mau tak mau sebagian barang ditumpuk. Bahkan pada siang hari beberapa barang  juga dipajang di luar, sekaligus menjadi penarik perhatian.



Setiap barang bikin saya terperangah. Mulai dari jajaran buku-buku, lukisan, peralatan makan seperti piring saji, gelas, juga sendok garpu dan pisau yang terbuat dari kuningan. Piring-piring kuno dari keramik dengan motif dan warna yang khas.



Kaset, tape recorder, piringan hitam, gramophon, kipas angin, mesin jahit, lampu gantung, meja kursi lengkap dengan lemari pun ada. Buat yang suka traveling, ada kopor-kopor berwarna-warni. Topi, kacamata, juga beragam aksesori.



Di antara tumpukan barang, saya menemukan onderdil-onderdil sepeda onthel yang sudah mulai susah dicari. Sebuah kios lain menggantung bermacam jenis kamera. Duh, para fotografer yang doyan mengoleksi kamera antik pasti riang gembira datang ke sini.



Soal mahal tidaknya harga barang-barang antik sangat relatif. Beberapa barang memang ada yang mencapai harga hingga 7 digit, tapi rata-rata harga berkisar antara puluhan hingga ratusan ribu. Yang jelas transaksi dengan tawar-menawar masih berlaku. Obrolan antara penjual dan pembeli bisa jadi kunci untuk harga yang disepakati.



Dari mana para pedagang mendapatkan barang-barang sebanyak ini? Ternyata selain berburu ke daerah-daerah, banyak juga orang yang datang menjual barang-barang lama mereka yang sudah tak bisa lagi dipakai. Uniknya di pasar ini, terjadi juga transaksi tukar-tambah. Seru, kaaan!












SELALU ADA YANG BUKA

Diantar Dewi Nilasari, teman yang tinggal di Semarang, saya ke Pasar Klithikan tidak pada akhir minggu atau hari libur. Kami nekat berkunjung pada jam10.30, saat matahari sedang terik-teriknya.



Para pedagang tersenyum dan menyapa ramah. Tampaknya sudah terbiasa dengan wisatawan yang datang hanya untuk melihat-lihat, berfoto-foto, atau mencoba ini-itu. Seperti saya yang lama bolak-balik mencoba kacamata, sampai ditinggal menyapu dan beres-beres oleh pedagangnya. Ha... ha... ha....



Saat itu beberapa kios sudah buka, sebagian lagi baru buka, sisanya masih tutup dan baru akan buka setelah tengah hari. Pastinya para pedagang sudah tahu kapan waktu-waktu ramai dan kapan waktu sepi pengunjung.



Tak seramai hari Minggu, di hari kerja tak banyak wisatawan 'berkeliaran' di Kawasan Kota Lama. Kalau pun ada biasanya menjelang sore saat matahari condong ke Barat. Karena area parkir berada tak jauh dari Pasar Klithikan, ada saja wisatawan yang mampir melirik.



Katanya... di tahun-tahun awal Pasar Klithikan ini diresmikan, semua kios buka 24 jam pada akhir minggu. Entah masih berlaku sampai sekarang atau tidak. Karena salah seorang pedagang yang saya tanya, menjawab, "Kalau kios saya ya nggak sampai 24 jam, mbak. Tergantung ramai tidaknya orang yang datang. Seramai-ramainya wisatawan, jarang yang mampir sini setelah jam 22.00. Kalau sepi, ya tengah malam saya tutup. Mending pulang, istirahat." █

Comments

No comments yet. Be the first to comment!

Leave a Comment