Langit Biru Bukan Hanya Impian

Category: Segala Rupa • Author: Terry Endropoetro • Published on: 2017-11-10

Salah satu pemandangan menarik yang banyak saya temui selama perjalanan ke luar kota Tambolaka, Sumba Barat Daya beberapa waktu lalu, adalah motor yang diikat erat di bagian belakang bus. Sementara bus melaju cepat di jalan lurus beraspal mulus.




Ternyata 'menaikkan' motor ke bus sudah biasa dilakukan masyarakat di sana. Daripada harus lelah berkendara 2-4 jam melintas hutan dan jalanan yang sepi. Ini jelas pemikiran cerdas, karena selain menghemat tenaga, juga menghemat bahan bakar yang mereka beli di kota. Jadi sesampai di kampung, bahan bakar masih penuh terisi di tangki motor mereka.



Bisa dimaklumi, karena tak seperti di Jawa, dengan banyaknya SPBU tersebar di mana-mana. Di Tambolaka hanya ada 3 SPBU, yang beroperasi 13 jam dalam sehari. Sudah jadi kebiasaan, antrean kendaraan bermotor dimulai sejak pagi. Jam 07.00, satu per satu tangki bahan bakar kendaraan mulai terisi. Tak perlu berebut karena makin siang SPBU semakin sepi hingga malam hari.



Jumlah kendaraan di sana memang tak banyak. Dalam 10 kilometer di luar kota, bisa dihitung dengan jari berapa mobil, truk, bus, dan motor yang berpapasan atau dilewati. Tak ada kepulan asap kendaraan. Langitnya bersih, bebas polusi.



TEKNOLOGI HARUS JADI SOLUSI

Ketika kembali ke Jakarta. Pemandangan pun beda adanya. Langit terkadang kelabu, seperti mendung tapi tak pula turun hujan. Seperti berkabut, tapi udara panas menyengat. Berasal dari asap knalpot kendaraan bermotor beragam rupa.



Kebutuhan akan kendaraan bermotor tak bisa dicegah dan jelas tak pula lepas dari kebutuhan bahan bakar, yang di negeri ini semua dipenuhi oleh Pertamina, perusahaan milik negara penyedia minyak, gas, serta energi baru dan terbarukan.



Kilang-kilang besarnya yang dulu memproduksi premium untuk bahan bakar kendaraan bermotor, kini juga memproduksi pertamax. Bahan bakar yang memiliki nilai oktan (Research Oktan Number (RON)) sebesar 93, tertinggi di antara bahan bakar lain yang diproduksi oleh Pertamina.



Pertamax yang memiliki oktan tinggi ini digunakan produk-produk kendaraan bermotor berspesifikasi tinggi. Bukan melulu soal kecepatan, namun lebih pada performa kendaraan itu sendiri. Logikanya, semakin tinggi oktan pada bahan bakar, semakin tinggi pula ketahanannya terhadap kompresi mesin kendaraan.



Bahan bakar jenis ini juga memiliki kandungan adiktif, yang dalam proses penggunaannya tak meninggalkan sisa bahan bakar. Sehingga tak menyumbat saluran pada mesin kendaraan. Masalah kepulan asap pun bisa teratasi. Ini salah satu upaya Pertamina untuk mengurangi pecemaran udara. Teknologi yang digunakan sejalan dan bijaksana agar senantiasa ramah lingkungan.



SEHAT & HEMAT BAHAN BAKAR

Ada hal lain yang menarik dari perjalanan di Sumba. Para wanita di sana memiliki pinggul yang ramping, kaki kuat, dan tubuh yang tegap. Hanya karena mereka terbiasa berjalan kaki, berkilo-kilo meter jauhnya, berjalan pulang dari sungai, menyunggi wadah penuh air di atas kepala. Begitu pula para lelaki, yang bertubuh gagah dan tegap karena terbiasa berjalan ke ladang atau membawa kuda-kuda mereka merumput di padang savana.





Jangan lihat kekurangannya, lihat kelebihan mereka yang sehat alami.  Tanpa harus membayar iuran tiap bulannya, seperti yang banyak dilakukan oleh orang di kota-kota besar yang selalu mengeluh karena lemak tubuh yang bertumpuk. Lalu rela berkendara jauh ke pusat kebugaran ternama. Tanpa sadar mereka berkontribusi pada kemacetan dan pemakaian bahan bakar berlebihan. 



Di Sumba, anak-anak berangkat dan pulang sekolah dengan berjalan kaki atau beramai-ramai naik kendaraan umum. Suka ria duduk di atap bus. Ini bukan masalah minimnya fasilitas. Lihat sisi baiknya. Anak-anak itu sudah berperan melakukan penghematan bahan bakar. Suatu hal yang berarti bagi bumi tempat kita tinggal.



MENJADI #GENLANGIT BIRU

Andai mau berfikiran terbuka, hanya dari satu tempat di Sumba, banyak hal baik yang bisa kita tiru. Cobalah dari hal yang paling sederhana. Mulailah berjalan kaki bila tempat yang dituju tak terlalu jauh. Mulailah menggunakan angkutan umum, ke kantor atau ke pusat perbelanjaan. Bertemu teman pun tak melulu harus menggunakan kendaraan pribadi.



Semuanya berawal dari diri sendiri. Kuncinya hanya satu: 'kemauan'. Mau melakukan hal yang lebih baik bagi diri sendiri dan orang lain, juga bagi alam lingkungan. Kalau sudah menyadari dan menerapkan pada kehidupan sehari-hari, bolehlah mengaku diri sebagai #GenLangitBiru.





Generasi milenial yang menumpuk banyak harapan di kepala. Optimis bahwa dengan ikut menjaga alam dan lingkungan, akan tercipta pula kehidupan yang lebih sehat dan berkualitas. Sehingga segala kekayaan yang dimiliki hari ini bisa  diwariskan pada generasi selanjutnya. Termasuk warna langit yang akan semakin biru di atas sana. █



──────────────────


Tuisan ini dikutsertakan dalam Pertamina Challange Blog & Vlog Competition Oktober-November 2017

Comments

No comments yet. Be the first to comment!

Leave a Comment