Sinergi untuk Indonesia

Category: Segala Rupa • Author: Terry Endropoetro • Published on: 2017-09-24

'Mobil balap' dengan layar simulator terpampang di hadapan memang disediakan untuk dicoba para pengunjung. Dalam beberapa menit, para pembalap dadakan itu bisa merasakan bagaimana kencangnya laju mobil. Persis seperti sedang berada di arena permainan di pusat-pusat perbelanjaan. Bedanya, di sini gratis!



Itu salah satu daya tarik di booth Pertamina di acara Indonesia Bussines & Development Expo 2017 pada 20 Agustus lalu di Jakarta Convention Center. Tapi kalau saya tidak ke situ... mata saya lebih melirik salah satu pojok yang diisi beberapa Mitra  Binaan Pertamina. Rak yang memajang tas-tas bordir dengan benang warna-warni serta perhiasan berupa bros dan bandul kalung. Tidak ketinggalan roduk kerajinan batik dari Cirebon juga memajang baju, rok, celana, serta kain dengan motif Cirebonan yang sudah dimodifikasi apik.



Tiba-tiba keriuhan terjadi ketika Maudy Ayunda datang dan berbincang dengan Adyatma Sardjito (Vice President Corporate Communication PT Pertamina Persero), dan Devy Suradji (Staf Khusus Kementerian BUMN). Suasananya malah sepertu jumpa fans. Tapi sebagai artis penggiat sosial, Maudy Ayunda memang mewakili generasi muda yang perlu tahu soal perminyakan dan peran BUMN di Indonesia.








LEBIH PAHAM DENGAN GAMBAR

Di dalam booth Pertamina dipajang banyak infografis yang menjelaskan tentang unit kilang, jumlah minyak dan gas bumi yang dihasilkan hingga penyaluran dan digunakan untuk siapa. Ada layar sentuh juga. Dengan hanya menggeser layar dan menekan informasi yang dibutuhkan tentang Pertamina.



Penggunaan infografis yang menyajikan data dan cerita tentang Pertamina sangat tepat. Karena orang awam belum tentu bisa menangkap sesuatu secara lisan. Apalagi proses rumit dalam dunia perminyakan. Pastilah tak semudah yang dibayangkan.





Dalam kehidupan sehari-hari biasanya konsumen hanya tahu soal bahan bakar sebatas harga. Mengisi bahan bakar di SPBU (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum), lalu melanjutkan perjalanan. Para ibu rumah tangga biasanya hanya perlu tahu di mana mereka bisa mendapatkan tabung gas untuk memasak. Lalu ribut kalau bahan bakar tak tersedia atau tabung gas hilang di pasaran.



Padahal seharusnya seluruh lapisan masyarakat perlu tahu dari mana bahan bakar minyak dan gas yang mereka butuhkan, juga upaya yang sudah dilakukan oleh Pertamina untuk mencukupi kebutuhan merata seluruh rakyat negeri ini.



MEMBAWA DARI HULU KE HILIR

Indonesia memiliki 6 kilang pengolahan besar, yaitu Dumai, Plaju, Balongan, Cilacap, Balikpapan, dan Sorong. Dari kilang-kilang itulah bahan bakar disalurkan ke penjuru negeri (baca: 6 Kilang untuk Seluruh Negeri). Didistribusikan melalui berbagai prasarana seperti SPBU, mobil tangki, kapal tanker, terminal BBM, depot DPPU (Depot Pengisian Pesawat Udara), dan unit kilang.







Tapi, jangan kira pendistribusian BBM selalu berjalan mulus dan teratur melalui pipa-pipa. Jangan hanya membayangkan infrasturktur di pulau Jawa, Madura, Bali, dan Sumatera saja. Indonesia ini negara maritim; dengan perairan yang menjadi pemisah pulau-pulau besar sementara pulau kecil bertebaran di mana-mana. Sementara daratannya dipenuhi pegunungan dan hutan belantara yang sulit ditembus.



Untuk disalurkan ke pelosok papua, BBM dibawa dengan kapal tanker dari Bontang menuju Wayane, Ambon. Lalu dengan kapal didistribusikan ke 12 depot akhir di kota pesisir. Yaitu Sorong, Fak Fak, Tual, Dobo, Kaimana, Nabire, Timika, Merauke, Manokwari, Biak, Serul, dan Jayapura.








Sementara untuk di pedalaman Papua, BBM dipindahkan ke dalam drum-drum lalu diangkut pesawat berbaling-baling ke daerah pegunungan. Dari Timika dibawa ke Puncak Wijaya, sedangkan dari Jayapura ke pegunungan Jaya Wijaya dan pegunungan Bintang. Dari bandar di sana, BBM didistribusikan menggunakan motor untuk menjangkau ke daerah yang lebih pelosok lagi.



Jangankan Papua. Kalimantan yang memiliki kilang pengolahan di Balikpapan dan depot minyak di Bontang pun tak pelak dari hambatan distribusi. Penyaluran ke pelosok-pelosok sering terhambat pada infrasturktur dan kondisi jalan raya. Jalanan tanah yang berubah menjadi genangan lumpur saat hujan tak jarang menyebabkan truk penuh BBM terguling.







Sama seperti di Papua, untuk beberapa daerah di pelosok Kalimantan BBM harus dipindah ke dalam drum-drum bila air sungai surut atau kondisi sungai yang sempit dan tak bisa dilewati kapal tanker. Drum-drum tersebut akan saling diikat kemudian dihanyutkam beriringan sampai ke tempat tujuan.



Jadi, berbicara tentang energi untuk negeri tidak bisa sendiri. Harus ada kerjasama erat, antara BUMN, pemerintah, dan seluruh lapisan masyarakat. Agar kebutuhan tersalurkan rata, membuat Indonesia menjadi negara yang makmur sentosa. █


Comments

No comments yet. Be the first to comment!

Leave a Comment