Ngopi & Menemukan Karma Baik di @Atkopi
Category: Icip-icip Kuliner • Author: Terry Endropoetro • Published on: 2017-09-07
Niatnya cuma sekedar mampir minum kopi sebentar ternyata malah jadi ngobrol berjam-jam dan tak berhenti mencicipi 5 makanan yang disajikan ala restoran berbintang. Mau bagaimana lagi? Enak, sih!
Langsung jatuh cinta pada dinding tadi. Saya pun memilih duduk di teras. Tapi sebenarnya sih, khawatir spot itu ditempati orang lain dan saya tak bisa bebas berfoto di situ ha... ha... ha... ha...
Tidak sopan kalau hanya numpang berfoto. Jadi selayaknya pengunjung kedai, mau tidak mau saya melihat daftar menu. Ada espresso, cappucino dengan banyak pilihan kopi dan beragam penyajian, Vietnam Drip, Cold Drip, French Press, JAP Style Ice, dan masih berderet lagi.
Melihat saya tak juga menetapkan pilihan, Benni Muliawan, yang sudah siap menyeduhkan kopi, tampaknya tahu bahwa saya bukan peminum kopi. "Kamu pernah minum kopi apa?" tanyanya, dan saya gelagapan menjawabnya.
Tak lama kemudian, dia mendatangi meja dan meletakkan hario server, teko kaca yang berisi kopi hitam Bajawa dan dua buah gelas. Kok dua? Kan saya datang sendiri. Ternyata oom Beni, begitu pelanggan menyebutnya, duduk, mengobrol, dan ikut minum kopi bersama saya.
Saya bukan tidak suka kopi, saya hanya tidak bisa mengikuti aliran yang menyatakan bahwa rasa kopi sesungguhnya baru bisa dinikmati bila diminum tanpa gula. Itulah pecinta kopi sejati.
"Memang ada yang fanatik seperti itu. Tapi terkadang, sedikit gula malah bisa menaikkan cita rasa kopi itu sendiri," kata oom Beni sambil menyodorkan piring kecil dengan tumpukan gula yang dikemas di plastik kecil sebesar ibu jari. Serasa mendapat 'angin surga', tidak disalahkan atas cara saya menikmati kopi.
Desainer interior yang tidak (belum) suka difoto ini, tak ingat kapan mulai jatuh cinta pada kopi. Saya jadi menebak-nebak sendiri, 8 tahun? 10 tahun? Atau jangan-jangan sejak lahir? Karena saat obrolan menyinggung soal kopi, ia langsung antusias (bahkan sulit dihentikan) bercerita, mulai sejarah kopi, jenis kopi, cara pengolahan, hingga tren minum kopi.
Semua kopi yang disajikan di kedai ini pun hasil roasting-annya sendiri, yang dijual dengan merek dagang Fine Karma Kopi. Selain single origin Bajawa, ada juga kopi Aceh Gayo, Mandailing, Lampung, Priangan, Dampit, Baliem, Toraja, Kintamani, dan Kalosi. Semua berasal dari daerah-daerah penghasil kopi terbaik di Indonesia.
Selama saya di sana, televisi di kedai ini menyala, tapi tak mengeluarkan suara. Persis seperti sedang menonton film bisu. "Supaya orang yang sedang minum kopi tidak terganggu suara televisi," jawab oom Benni nyantai ketika ditanya. Benar juga sih, suasana kedai memang tidak riuh.
Sedang kami bicara, Apri Sugiyanto, chef di @Atkopi, menyodorkan, kentang goreng yang ditaburi bubuk lada hitam. Oom Benni tak keberatan ketika saya minta izin mengganti posisi duduk. Menghirup kopi, mengunyah kentang, dan bisa duduk bersila di atas kursi. Luar biasaaa....
Siang berganti sore. Makin malam, kedai makin ramai didatangi pelanggan. Kebanyakan mahasiswa, tapi yang pekerja pun ada. Di antara sibuk melayani pesanan, oom Beni menyempatkan memperkenalkan saya pada dua temannya yang datang, Iip Januarsa dan Toyez, keduanya tinggal di Purwokerto. Datang pula teman lain membawa ayahnya yang berdarah Ambon. Kemudian datang seorang teman oom Beni dari Jakarta yang menyempatkan mampir dalam perjalanannya ke Yogyakarta.
Saya jadi tahu mengapa
Abdul Aziz Rasjid, penulis asal Banyumas yang diundang ke Ubud Writers Festival 2017, juga memilih @Atkopi sebagai tempat menulis favoritnya. Mereka-mereka inilah para pecinta dan penikmat kopi yang menemukan suasana kedai kopi sebenarnya. Bisa bicara dengan siapa saja, tentang apa saja.
Bedanya teman-teman oom Beni dengan saya adalah mereka ngobrol sambil minum kopi, sementara saya lebih banyak mendengarkan sambil terus mengunyah. Selain kentang goreng, ada 5 makanan lain yang bergantian muncul di hadapan saya:
CHICKEN WING WITH EXOTIC SAUCE
Dalam piring tersaji 4 potong sayap ayam goreng yang dibalut tepung panir. Cita rasanya gurih, ternyata sayap ayam ini terlebih dahulu dibumbui dengan mustard. Cocolannya berupa saus yang diramuan, bercita rasa manis asam.
JUJEPUKHTE TURKISH COFFEE SAUCE
Namanya agak sulit saya ucapkan, saya kira semacam hidangan India, Juju Pukht. Potongan dada ayam yang di-marinade, direndam dalam cairan berbumbu, kemudian dipanggang. Disajikan dengan baby beans dan tomat ceri. Tampilan dada ayam berwarna cokelat mengilat dengan pernukaan kehitaman yang ternyata adalah olesan kopi. Sausnya berwarna cokelat dengan aroma kopi. Khas houseblend Fine Karma Kopi yang diproses ala kopi Turki Sebelum mengental, saus ini harus segera dituangkan di atas daging. Aroma kopinya hmmm....! Ini menu andalan yang harus dicoba.
SABZI/SABZU
Sabzi sendiri merupakan masakan sari daerah India berupa tumisan sayur. Disajikan dengan potongan paha ayam yang di-marinade dengan herb, mustard, olive oil. Dipanggang dengan toping keju mozarella yang lelehannya menimbulkan aroma tersendiri dan menambah cita rasa. Disajikan dengan mix vegetable dan saus barbeque ciptaan chef Apri sendiri.
CHICKEN SOUP
Disajikan dalam mangkuk dengan 2 potong garlic bread. Kaldu sup dikentalkan dengan campuran tepung dan margarin dengan tambahan susu. Jadilah sup hangat ini terasa gurih dari ujung lidah sampai ke dalam perut.
FETTUCINI CARBONARA ARABIATA
Kalau dua hidangan sebelumnya berasal dari India dan Pakistan. Kali ini pasta yang menggoda disajikan dengan garlic breadada di hadapan. Berlumuran saus carbonara yang dibuat dari kuning telur dan krim. Irisan daging asap, jamur dan serutan kejunya juga berlimpah. Sedikit rasa pedas terasa si lidah, tapi semuanya lumer di mulut, sampai licin tandas tak bersisa.
SAMOSA
Senang melihat saya makan lahap, chef Apri datang membawa sepiring Samosa sebagai compliments. Mantan chef di hotel bintang lima ini menyajikannya dengan garnish serutan wortel dan kol di atasnya.
Pastry goreng dengan isian ayam, jamur, dan carrot brunoise (potongan kecil wortel bebentuk dadu). Aroma dan cita rasa bumbu rempahnya tidak terlalu tajam. Menggunakan rempah Nusantara dan disesuaikan dengan selera lidah orang Indonesia.
Menjelang tengah malam, dengan perut kekenyangan, saya pamit pulang. Tahu kalau saya pendatang dan tak punya kendaraan menuju penginapan, oom Beni pun langsung mengeluarkan kunci mobil dan meminta salah satu temannya mengantar saya.
Entah apakah ini hasil perbuatan baik yang pernah saya lakukan di masa lalu atau apa? Yang jelas kali ini saya merasa mendapat karma baik, beruntung bisa menemukan suasana hangat kedai kopi seperti ini. Kebaikan yang belum tentu saya rasakan di tempat lainnya. █
@ATKOPI
Jl. Kampus Ruko no.1, Grendeng,
Purwokerto
Jam Buka: 14.00 - 24.00 WIB (bisa lebih) setiap hari.
Harga:
(Minuman) Rp15.000 - Rp30.000
(Makanan) Rp10.000 - Rp60.000
Comments
No comments yet. Be the first to comment!
Leave a Comment