Inspirasi Maju dari Jamu
Category: Segala Rupa • Author: Terry Endropoetro • Published on: 2017-08-24
Pancasila sudah puluhan tahun menjadi dasar negara dan kita sudah hafal semua silanya. "Kini yang diperlukan adalah bagaimana mengamalkan Pancasila dalam bentuk nyata, berkontribusi memberi sumbangan pada negeri."
Dalam acara tersebut dipilih 72 orang Ikon Berpestasi dari seluruh Nusantara. Mereka adalah anak bangsa dari berbagai macam bidang. Mulai dari sastrawan, seniman, olahragawan, ilmuwan, penulis, aktivis wanita, aktivis lingkungan, pendaki gunung, tokoh agama, polisi, juga tentara.
MENYENANGKAN HATI ORANG LAIN
Ke-72 orang tersebut dipilih berdasarkan banyak faktor. Salah satunya karena sejumlah prestasi yang dimiliki. Sebenarnya mereka mewakili setiap warga negara. Karena sebenarnya tidak sedikit warga negara yang melakukan hal-hal berguna bagi orang banyak, bagi lingkungan sekitarnya, dan bagi Indonesia. Hanya mungkin dilakukan dengan cara berbeda.
"Yang penting bermanfaat untuk orang banyak" - Irwan Hidayat, Direktur PT Sido Muncul Tbk
Contohnya saja Sidomuncul. Saya kira pabrik jamu yang mulai beroperasi sejak 1951 ini hanya memproduksi jamu kemasan. Tapi saat datang ke booth-nya dan melihat foto-foto dan tulisan di panel saya jadi tahu, bahwa banyak hal yang sudah dilakukan.
Pada 1991, Sidomuncul memberi hadiah Mudik Lebaran Gratis bagi para penjual jamu gendong di Jakarta, Bandung, Cikampek, Bogor; Cilegon, Tangerang, dan Serang. Belasan bus mengantar mereka ke Cirebon, Kuningan, Tegal, Banjarnegara, Solo, Wonogiri, dan Yogyakarta. Tidak hanya sekali, tapi rutin dilakukan setiap tahun menjelang hari raya.
Lain lagi soal kesehatan, Sidomuncul juga mengadakan Operasi Katarak di 27 provinsi, 209 kota; 235 rumah sakit, dan pada akhir Agustus 2017 jumlah total yang sudah bisa kembali melihat dengan sempurna sebanyak 50.000 mata. Duh, bersyukur yaaa...
SEMUA BISA SEJAHTERA
Sadar bahwa kemasan produknya akan menghasilkan limbah, Sidomuncul tak tinggal diam. Pelatihan membuat kerajinan dari limbah kemasan pun diberikan kepada para wanita dan Karang Taruna. Menghasilkan barang bernilai ekonomi, seperti tas, dompet, juga ransel. Seperti yang saya pakai ini...
Pada Oktober 2014 Sidomuncul membuat program Desa Rempah di beberapa desa dan Kelurahan Kabupaten Semarang, yaitu Desa Bergas Kidul, Diwak, Gondoriyo, Kelurahan Karangjati, Ngempon, dan Klepu, semuanya di Kabupaten Semarang. Juga Desa Gladagsari dan Kaligentong, di Ampel Boyolali.
Bibit tanaman yang diberikan adalah jahe, kencur, kunyit, kayu manis, kayu ules, daun sirih, daun katuk, daun kemangi, daun pandan, daun serai, dan daun ungu.
Ditetapkannya Desa Bergas Kidul dan Diwak, adalah sebagai uji coba kegiatan dari beberapa desa sekitar kawasan pabrik, dimana kedua desa ini merupakan desa yang melekat langsung dengan kawasan pabrik Sido Muncul. Selain itu kondisi tanah, air dan agroklimat menunjang untuk kegiatan budidaya tanaman buah.
Pada Januari 2016, dibuat pula program Desa Wisata Buah di Desa Diwak dan Desa Bergas Kidul, Semarang, jadi pilihan tempat penanaman bibit durian dan alpukat dari jenis unggulan. Ditanam di lahan warga. Didata oleh pemerintah desa, dan tentunya Sidomuncul.
Kedua desa ini berada di jalur wisata. Desa Bergas Kidul selalu dilewati dalam perjalanan menuju Bandungan dan Candi Gedong Songo. Sementara salah satu dusun di Desa Diwak, memiliki wisata pemandian air hangat. Jadi, wisatawan bisa mampir dan berwisata di kebun buah, sambil memetik, mencicicipi, juga membawa pulang hasil panen.
Pada Maret 2016, program Desa Wisata Rempah dan Buah diwujudkan di Desa Gudangharjo, Paranggupito, Wonogiri Jawa Tengah.
Desa ini dipilih sebagai tempat pembudidayaan cabe jawa. Selain itu ditanam pula 1.000 batang pohon sukun dan 2.000 batang jeruk siam yang ditanam di sana.
Program ini bertujuan untuk memberikan kontribusi kepada masyarakat dan lingkungan. Perpaduan antara budaya, kearifan lokal dan buatan. Tidak hanya pemberian bibit, tapi juga pendampingan budidaya mulai penanaman hingga pemasaran.
Jadi tujuan jangka panjangnya adalah meningkatkan perekonomian masyarakat, memperkuat destinasi kawasan wisata di sekitarnya. Menggerakkan seluruh potensi desa untuk kesejahteraan masyarakat. Sebuah simbiosis mutualisme yang harmonis.
Saya jadi tertarik melihat produk-produk Sidomuncul yang dijajarkan di meja. Sekaligus mencicipi minuman kesehatan yang terbuat dari Alang-alang yang dipadu dengan jeruk. Diminum dingin, segar sekali rasanya.
SERBUAN ENCENG GONDOK
Kalau yang tadi dari sisi sosial, dari sisi komersil pun Sidomuncul tetap mempunyai misi. Iklan produknya di televisi menampilkan indahnya alam Indonesia. Mulai dari Danau Toba sampai Papua. Kepulauan Nias di Sumatera Utara, Labuanbajo di Nusa Tenggara Timur, juga Maluku.
Obyek wisata di pulau Jawa pun tak ketinggalan. Kota Semarang, candi Borobudur dan Prambanan. Bahkan sempat pula menampilkan (almarhum) Mbah Marijan, juru kunci Gunung Merapi, sebagai salah satu model iklan minuman kesehatan.
Idenya nyleneh, tapi oke!
Nah, ternyata sekarang Sidomuncul sedang fokus membersihkan Rawa Pening agar bisa dijadikan (kembali) menjadi tempat wisata.
Danau di Salatiga yang terletak di lembah antara lereng Gunung Merbabu, Gunung Telomoyo, dan Gunung Ungaran ini sebenarnya sumber mata air dan hulu Sungai Tuntang, tempat masyarakat mencari ikan.
Namun, penggundulan hutan di lereng gunung menyebabkam pendangkalan dan serbuan enceng gondok yang tumbuh cepat menutupi permukaan danau membuat luas danau menyempit dan populasi ikan tinggal sedikit.
Daun dan batang enceng gondok biasanya dijadikan bahan pembuatan tas. Namun, ternyata akar yang ditinggalkan di danau malah berkembang dua kali lebih cepat.
Tapi, sudah setahun ini Sidomuncul menemukan cara memberantas enceng gondok. Tanaman ini diambil (sampai akarnya) kemudian dicacah-cacah, diproduksi menjadi pelet, begiitu sebutannya. Bentuknya seperti batangan kapur. Warna hitam seperti arang. Kegunaannya pun sebagai bahan bakar.
Sidomuncul juga meminimalisir limbah dari proses produksi jamu. Limbah cairnya menjadi pupuk organik, sementara limbah padat diproses menjadi pelet dan dipakai sebagai bahan bakar pabrik jamu.
Selama.ini bahan bakar untuk.produksi pabrik jamu adalah 50% bahan bakar gas dan 50% pelet jamu. Tapi ke depannya, penggunaan gas akan digantikan dengan pelet enceng gondok, yang setelah dihitung-hitung biaya produksinya 40% dari harga gas. Keren, kaaan.
Permasalahan enceng gondok di Rawa Pening berhasil ditemukan solusinya. Kalau danau ini nantinya sudah benar-benar bersih dari tanaman gulma ini, Rawa Pening bisa kembali menjadi tempat wisata.
Berarti, jalan keluar masalah enceng gondok bisa diterapkan di danau-danau lain di Indonesia yang mengalami nasib serupa. Dan.makin bertambah banyaklah tempat wisata di Indonesia. Yang otomatis akan membuka peluang kerja dan menggerakkan roda perekonomian.
Jadi, prestasi tidak harus berupa medali, tapi bisa dilihat dari apa yang dilakukan dan hasilnya bisa bermanfaat bagi banyak orang. Yuk, tanyakan pada diri sendri, kita sudah melakukan prestasi apa untuk negeri ini? █
Comments
No comments yet. Be the first to comment!
Leave a Comment