Pengalaman Pertama ke Sumur Minyak

Category: Jalan-jalan • Author: Terry Endropoetro • Published on: 2017-08-02

Bergegas berlari di Stasiun Gambir, mengejar kereta yang sebentar lagi berangkat. Tak ingin terlambat. Karena ikut dalam #JelajahEnergiCirebon mungkin akan menjadi pelepas rasa penasaran saya tentang produksi minyak. Antusias? Tentu saja.



Ketika kereta api akhirnya mulai bergerak, saya tersadar bahwa kita tak bisa lepas dari ketergantungan pada minyak sebagai bahan bakar. Coba saja, tadi pagi saya sudah menyalakan kompor memasak air untuk membuat secangkir kopi. Lalu berangkat ke Stasiun Gambir menggunakan motor. Dalam perjalanan pun sudah melihat deretan kendaraan yang memenuhi 3 tempat pengisian bahan bakar. Masih mungkir, kita bisa hidup tanpa minyak?



Walau hashtag-nya #JelajahEnergiCirebon, sebenarnya tak ada kilang minyak di kota udang ini. Kilang minyak terletak di Indramayu. Sekitar 53 kilometer jauhnya. Tak hanya kilang minyak, proses pemboran minyak pun ada di sana.



PRODUKSI MINYAK BAGIAN HULU

Ternyata Indonesia memiliki ribuan 'titik' sumber minyak di seluruh negeri. Salah satunya ada di Jatibarang, Indramayu, Jawa Barat. 'Dibawahi' oleh PT Pertamina EP Asset 3 yang mengeksplor dan memproduksi minyak dan gas dari 3 ladang minyak yaitu kawasan Subang, Tambun, dan Jatibarang.



Di Jatibarang saja ada 456 sumur pengeboran minyak. Salah satunya berada tak jauh dari kantor PT Pertamina EP Asset 3. Tak sembarang orang boleh masuk ke kawasan pengeboran itu. Ada prosedur yang harus dipatuhi. Salah satunya adalah penggunaan alat pengaman diri, berupa baju wearpack, sepatu, dan helm.



Begitu juga ketika kami, para blogger diajak ke sana. Semua perlengkapan sudah disiapkan. Keselamatan memang nomor satu. Sesuai semboyan PT Pertamina  'Zero Accindet.' Dan terbukti, kecelakaan bisa ditekan bahkan tidak terjadi.









Beriringan kami berjalan ke tempat pengeboran minyak yang berada di tengah persawahan. Container-container disusun sedemikian rupa dijadikan ruangan kantor dan tempat istirahat para pekerja. Alat pengebor minyak sendiri berupa besi-besi yang dibangun tegak sedemikian rupa. Beda dengan pertambangan yang mengeruk tanah dan dipenuhi suara deru mesin. Tak ada suara gaduh atau berdentuman karena pipa pengeboran minyak hanya masuk dalam satu lubang tanpa merusak kondisi tanah di sekitarnya.



Di dekat lokasi pengeboran ada beberapa kolam penampungan air. Ternyata dalam proses pengeboran juga memerlukan air untuk menambah tekanan di dalam tanah, sekaligus 'mencuci pipa' selama pengeboran. Ketika minyak dari dalam bisa terangkat, minyak akan dialirkan melalui pipa menuju tabung di mana minyak dan air akan terpisah menjadi air limbah yang akan diolah terlebih dahulu dan bisa digunakan untuk mengairi sawah.



Minyak yang dihasilkan sebanyak 6.296 barrel per hari. Dialirkan melalui pipa-pipa bawah tanah ke kilang Balikpapan, Cilacap, dan Balongan. Selain minyak, Pertamina Asset 3 juga menghasilkan gas yang mengaliri 25 industri besar.



Kepala sudah mulai berdenyut karena serangan udara panas. Teriknya cuaca menyengat kulit. Sementara di balik wearpack, kaos yang saya kenakan sudah basah dengan keringat. Kurang kagum apalah saya melihat para pekerja pengeboran yang harus bekerja dalam kondisi seperti itu. Yang dituntut bekerja teliti tidak boleh hilang konsentrasi.



 GEMERLAP LAMPU KILANG

PT Pertamina (Persero) memiliki 4 kilang produksi besar yang sudah ada. Yaitu Balikpapan (Kalimantan Timur), Dumai (Riau), Cilacap (Jawa Tengah),
dan Balongan (Jawa Barat). (Baca: 6 Kilang Minyak untuk Negeri).



Nah, dalam perjalanan kembali ke Cirebon, menjelang gelap kami sempat mampir ke kilang Balongan. Tidak masuk ke dalam kawasan kilang, tapi melihat dari kejauhan. Karena sekali lagi, tak sembarang orang bisa masuk ke kawasan produksi minyak.





Lampu-lampu kilang sudah menyala. Api berkobar dari ujung-ujung cerobong, menandakan pabrik sedang bekerja mengolah minyak mentah menjadi produk-produk BBM (Bahan Bakar Minyak), Non BBM, dan petrokimia.



Dibangun pada 1994, boleh dibilang kilang Balongan 'paling muda' dibanding kilang-kilang lainnya. Tapi dibangun dengan teknologi paling canggih. Kapasitas produkainya sebabyak 1,6 jt barrel per hari. Di Indonesia, kilang ini pun memiliki pencapaian Energy Intensity Index terbaik dan merupakan kilang pertama yang menghasilkan bahan bakar ramah lingkungan. Produk unggulan yang dihasilkan antara lain, Pertamax, Pertamax DEX, dan Pertamax Turbo.



Melihat api yang terus berkobar, saya jadi teringat betapa kerasnya usaha negara memenuhi kebutuhan rakyat Indonesia akan bahan bakar minyak. Bukan berarti kita boleh menghambur-hamburkan seenaknya apa yang sudah disediakan. Jangan pula lupa, persediaan minyak di bawah lapisan bumi belum tentu selamanya ada. Jadi, apa salahnya menghemat energi? Lakukan! Mulai hari ini. █



------------------------------------------------



Perjalanan bersama blogger dan fotografer ini merupakan kerjasama
PT Pertamina (Persero). Foto-foto juga ditampilkan di twitter dan instagram dengan hashtag #JelajahEnergiCirebon.

Comments

No comments yet. Be the first to comment!

Leave a Comment