"Ini Kursi Saya..."

Category: Segala Rupa • Author: Terry Endropoetro • Published on: 2014-01-08

Paling kesal saat naik kereta atau pesawat, ternyata kursi yang dipesan sudah diduduki penumpang lain. Cermat membaca tanggal dan jam keberangkatan pada tiket, termasuk nomor kursi adalah salah satu yang harus diperhatikan.

Kereta api Senja Utama tujuan Yogyakarta yang saya naiki berhenti di stasiun Prupuk, sekitar satu jam setelah stasiun Cirebon. Stasiun ini jadi 'langganan' tempat pemberhentian kereta yang saling menunggu jalur, khususnya bagi kereta kelas ekonomi dan bisnis yang harus mengalah pada kereta-kereta kelas eksekutif dan argo.


Tiba-tiba terdengar kegaduhan di dalam gerbong kereta. Sama seperti sebagian penumpang lain, saya yang sedang terlelap tidur pun terbangun kaget. Ternyata, ada penumpang yang baru naik protes pada petugas kereta karena tempat duduknya sudah ditempati penumpang lain. Setelah diusut, ternyata tanggal yang tertera pada tiket penumpang yang baru naik ini salah. "Ini tiket dengan tanggal kemarin, Pak," jelas kondektur kereta. Kontan, hal tersebut jadi pembahasan penumpang segerbong kereta.



Walau agak kurang paham, kesimpulan yang saya dapat adalah jika saya membeli tiket online kereta bisnis dari Jakarta, stasiun Pasar Senen-Yogyakarta untuk pemberangkatan tanggal 8 jam 20.55, dengan tanggal dan kereta yang sama akan menjadi sangat beda bila saya membeli tiket online dengan pilihan stasiun Prupuk-Yogyakarta. Karena kereta yang dari Jakarta tanggal 8 akan lewat di Prupuk jam 00.15 pada tanggal 9 dini hari. Walau hanya hitungan menit, ternyata pengaruhnya besar sekali. Lalu mengapa penumpang diperbolehkan masuk ke stasiun Prupuk? Ya, masuk ke stasiunnya pas sebelum tengah malam.


Kesalahan seperti ini tampaknya masih ditolerir oleh pihak kereta api, buktinya penumpang tersebut tak diturunkan di stasiun berikutnya. Untuk kesalahan teknis saat pemesanan tiket, biasanya pihak kereta api akan membantu mencarikan tempat duduk yang kosong. Tapi masalahnya ini ada 11 orang, bung! Satu keluarga, mulai kakek, nenek, dewasa, remaja, hingga balita yang mau ke Yogyakarta menghadiri pernikahan. Kondektur kereta pun mungkin langsung berkunang-kunang pusing tujuh keliling.


Tak pernah terpikir oleh saya bahwa hal ini terjadi di kereta api. Selama ini saya kira hanya berlaku pada jadwal penerbangan yang jadwal keberangkatannya pada tengah malam buta dan dini hari. Seperti bila hendak 'terbang' ke Indonesia Timur, sebelum memesan tiket berkali-kali saya melihat kalender, memastikan agar jangan sampai salah tanggal. Sampai menjelang keberangkatan pun berulang kali memastikan kapan dan hari apa harus pergi ke bandara.


Seperti yang terjadi beberapa tahun yang lalu, saat saya sudah duduk santai di kapal yang sandar di pelabuhan Labuanbajo, Flores. Menunggu teman-teman lain dari beberapa kota yang akan bergabung hari itu menghabiskan long weekend di Taman Nasional Komodo. Tiba-tiba salah seorang teman yang berasal dari Medan, dengan nada kecewa menyatakan batal ikut bergabung. Karena ternyata sesampai di bandara Ngurah Rai, petugas counter maskapai penerbangan memberitahu bahwa tanggal tiket yang dibeli adalah tanggal kemarin. Kesalahan jelas ada pada teman saya saat memesan tiket. Yang lebih membuatnya menyesal adalah karena sebenarnya dia sudah berada di Denpasar sejak dua hari yang lalu. Tahu gitu, kaaan....

Sebenarnya pihak maskapai penerbangan masih bisa membantu memberikan satu kursi cadangan pada pemberangkatan hari itu. Tapi karena harus membayar dengan harga normal, teman saya memilih menghabiskan liburnya di Bali. Yang menurut saya nggak pas juga, sih karena keesokan harinya adalah libur hari raya Nyepi.


Satu hal lagi yang perlu dicermati adalah nomor bangku. Saya termasuk orang yang tidak suka menukar tempat duduk dengan penumpang lain, kecuali dengan alasan yang jelas. Apalagi kalau saya sudah melakukan early check-in demi kursi di sisi jendela pesawat, tahu-tahu pas naik sudah ada penumpang lain yang sudah duduk manis di kursi yang seharusnya 'milik' saya. Hihhh!


Suatu kali saat naik pesawat, saya sudah duduk duluan di kursi nomor 6. Sementara penumpang lain masih berderet di lorong mengantre memasukkan barang di bagasi kabin, saya sudah asik mengamati para petugas bandara melalui jendela kecil pesawat.
Tahu-tahu ada seorang bapak yang mengatakan saya salah nomor kursi. Lho, kok bisa? Ternyata memang sama-sama di nomor 6 sih, sama-sama di dekat jendela, tapi saya seharusnya di 6F bukan di 6A. Ha... ha... ha... ha...ha....

Comments

No comments yet. Be the first to comment!

Leave a Comment