Tranggulasih. Bukit Wisata Para Milenials

Category: Jalan-jalan • Author: Terry Endropoetro • Published on: 2017-07-27

Ketika semua harus turun dari bus besar yang seharian membawa rombongan berkeliling kota, terdengar ada yang berseru, "Kita ganti mobil kecil!" Saya lihat ada sebuah angkot dan sebuah mobil bak terbuka yang biasa mengangkut sapi. Tak berapa lama angkot itu pergi. Jadi....?




Sore itu rombongan #JuguranBlogger akan menuju Tranggulasih. Sebuah bukit wisata di kaki Gunung Slamet yang berjarak 15 kilometer dari Purwokerto. Karena kondisi jalanan desa yang sempit, tak memungkinkan bus untuk meneruskan perjalanan. Di Desa Kutaliman, Kecamatan Kedung Banteng, kami singgah sebentar untuk bertukar kendaraan. Ya, si mobil bak terbuka itu...



Tak seburuk yang dibayangkan. Tak ada bau prengus kambing atau kotoran sapi. Bak di belakang mobil tampaknya sudah dicuci dengan sangat bersih. Saya naik dan berdiri sambil berpegang erat pada pagar besi, padahal mesin mobil pun belum dinyalakan ha... ha... ha... ha....





ANTARA WARUNG & TENDA

Pantas saja bus tak bisa meneruskan perjalanan. Karena jalur yang dilalui walau beraspal tapi lebar jalan cukup sempit. Berkelok tajam dan terus menanjak.



Sore sudah berganti gelap.  Sesekali kami melewati rumah-rumah dusun dengan lampu-lampu temaram. Pastilah penduduk di sana penasaran oleh suara ribut yang kami timbulkan. Saling berseru dan tertawa-tawa sepanjang perjalanan.
Bahkan setiap kali ada yang wajahnya terkena sabetan dahan dan dedaunan pohon yang tumbuh menjuntai di pinggir jalan, tawa pun kembali berderai.



Mendekati bukit yang dituju.  Jalan makin menyempit, hanya cukup dilewati satu mobil saja. Bahkan dalam kondisi menanjak, mobil harus berjalan pelan bila berpapasan dengan sepeda motor.



Di ujung jalan tampak benderang cahaya. Di sanalah gerbang bukit wisata Tranggulasih berada. Sebuah loket dengan penjaga yang mengharuskan pengunjung membayar Rp5.000 per kepala. Bukit wisata ini buka 24 jam. Menyediakan tempat berkemah di dataran yang bertingkat dan dengan Rp50.000 Anda bisa menyewa tenda untuk bermalam.



Dalam gelap sambil memanggul ransel saya menapaki undakan-undakan dari tanah padat yang dibentuk menyerupai tangga. Berjalan pelan sambil mengatur nafas agar tak putus di tengah jalan. Padahal jarak yang ditempuh hanya 200 meter. Dan jajaran tenda-tenda yang disiapkan @fourteen_adv sudah menunggu di atas sana.



Berada di ketinggian 750 mdpl, niatan untuk duduk dekat api unggun sambil menikmati lampu-lampu kota Purwokerto semalaman akhirnya saya batalkan. Suhu udara mulai turun dan dinginnya angin menusuk tulang.







Dasar bukan anak gunung yang tahan dingin, saya memilih berpindah ke warung yang jauh lebih hangat. Mengobrol dengan beberapa teman blogger, tak terasa segelas teh manis kemudian berganti dengan secangkir kopi panas. Sambil makan mi instan dan tempe mendoan, saya bisa numpang men-charge ponsel. Seorang teman malah mengeluarkan extention cable dan mulailah ponsel-ponsel di deretkan. Walaupun sinyal telepon sepoi-sepoi, yang penting baterai 100% full untuk foto-foto esok pagi.



EPISODE FOTO PAGI

Jam 04.00 saya sudah bangun. Terus terang tidur saya tak nyenyak. Karena ternyata banyak pengunjung yang datang menjelang tengah malam. Mereka berjalan dan berlarian di sekitar tenda. Jadi, sepanjang malam berkali-kali terbangun karena khawatir mereka terpeleset dan menimpa tenda saya ha... ha... ha... ha....



Udara sudah tak sedingin semalam, jadi saya masih bisa menikmati indahnya tebaran lampu-lampu kota di bawah sana sebelum padam satu persatu karena terang mulai membayang. Walaupun ternyata mendung menutup datangnya sang surya.



Cuaca mendung tak mengurangi semangat kami berfoto-foto. Para pengunjung lain yang juga berkemah mulai berkeliarab di mana-mana. Mulai swafoto, beramai-ramai, berfoto dengan idola; atau malah mengganggu yang sedang berfoto.










Bukit wisata ini memang sudah dikenal anak-anak milenial seputaran Purwokerto. Di lokasi yang sama, selain Bukit Tranggulasih, ada Bukit Cinta, Bukit Tingi, dan Bukit Datar.
Berbagai tempat sengaja dibuat ornamen untuk berfoto. Bambu-bambu sengaja disusun menjadi jembatan agar pengunjung bisa aman berfoto di ujung jurang. Tapi yang jelas jangan abaikan apa yang tertulis di papan peringatan. Mulai dari imbauan antre untuk berfoto, peringatan jumlah maksimal orang yang boleh berdiri di atas jembatan bambu, hingga imbauan agar tidak bertingah berlebihan.



Papan-papan kayu dengan kalimat jahil 'menggoda' dipajang di banyak tempat. Ini juga harus dipatuhi! Mulai larangan membuang sampah sembarangan, sampai anjuran meninggalkan mantan ha... ha... ha... ha....







TIP: Bagaimana ke sana?

- Motor. Kendaraan ini paling banyak digunaan para pengunjung. Temat parkir yang luas deganharga tiket yang cukup murah.

- Mobil pribadi. Yakinkan mobil Anda kuat menanjak. Sayangnya, tempat parkir yang terletak sekitar 500 meter dari gerbang masuk hanya mampu menampung 10-15 mobil. 

- Transportasi umum. Tidak tersedia angkutan pedesaan. Bila Anda dari Purwokerto bisa naik angkot jurusan Pasar Wage-Melung. Mintalah sopir mengantar sampai Tranggulasih. Ongkos Rp15.000 tapi sebaiknya pastikan harga terlebih dahulu. █



--------------------------------------------------



Perjalanan #JuguranBlogger 11-13 Juli 2017 bersama blogger, fotografer, dan youtuber ini merupakan kerjasama
Komunitas Blogger Banyumas dengan Bappedda Litbang Banyumas. Didukung oleh Bank Indonesia Indonesia Perwakilan Purwokerto. Disponsori oleh PANDI, Fourteen Adventure.
@lojadecafe, dan Hotel Santika Purwokerto.


 

Comments

No comments yet. Be the first to comment!

Leave a Comment