Nopia. Kue Bulat Khas Banyumas
Category: Icip-icip Kuliner • Author: Terry Endropoetro • Published on: 2017-07-24
Terus terang, awalnya saya tak cukup antusias ketika diajak berkunjung ke rumah produksi nopia. Tapi begitu melihat langsung proses pembuatannya, rasa takjub pun timbul bahkan menyesal sempat meremehkan kue khas Banyumas ini.
NDHOG GLUDUK
Mungkin karena ukurannya cukup besar, berbentuk oval, dan warnanya putih, nopia juga disebut Ndhog Gludug. Lalu muncullah nopia dengan ukuran yang lebih kecil, yang dikenal dengan sebutan mino (mini nopia).
Dibandingkan dengan nopia, tampilan mino akan lebih cantik saat dihidangkan di piring atau dimasukkan dalam stoples kaca, Saat menyantapnya pun lebih sopan, tak perlu dengan mulut terbuka lebar.
Nopia dipopulerkan oleh keluarga keturunan Tionghoa yang menetap di Banyumas sekitar 1880-an. Kue kering ini diisi dengan brambang (bawang merah) goreng yang dicampur dengan gula Jawa. Oleh masyarakat setempat kue ini diwariskan turun-temurun.
Keluarga Marwan, adalah salah satu yang mewarisi pembuatan nopia. Beliau mulai berproduksi sejak 1987. Di rumah produksi pembuatan nopia, nopia-nopia yang sudah matang diletakkan di atas tampah anyaman bambu. Masing-masing tampah diberi selembar kertas kecil bertuliskan isian nopia. Gula Jawa, brambang, coklat, dan durian. Nopia-nopia itu nantinya akan dimasukkan ke dalam kemasan plastik, ditimbang, ditutup rapat, dan siap untuk dijual.
TUNGKU
Ketika diajak ke ruang dapur. Yang saya bayangkan para wanita sedang mengerjakan adonan. Ternyata salah. Yang duduk di kursi dan 'menekuni' adonan di atas meja kayu semuanya lelaki.
Dengan telaten mereka mengisi adonan dan membentuk bulatan. Lalu mereka susun rapi di atas tampah. Dan saya melihat sendiri bagaimana cepatnya gerakan tangan mereka. Jadi jangan heran kalau dalam sehari (pagi sampai sore), setiap pekerja mampu membuat nopia sebanyak 2.500 bulatan.
Seorang pekerja mengambil tampah yang sudah penuh lalu membawanya ke ruang belakang. Ketika saya mencoba mengikutinya, langkah saya berhenti di ambang pintu. Udara panas langsung terasa menghantam muka.
Di dalam ruangan yang tak terlalu luas itu tak ada lampu penerangan. Cahaya berasal jendela-jendela kecil dan pintu yang terbuka, juga dari bara api di dalam tungku pembakaran.
Bentuk tungkunya sangat unik. Mirip sumur dengan lapisan dinding tanah liat yang tebal. Tingginya sekitar 1 meter. Sekeliling dinding tungku dilapisi anyaman bambu, yang berfungsi mengikat tungku sekaligus mencegah cidera pada tangan atau kaki pekerja bila tak sengaja menyentuh langsung tungku yang sedang menyala.
Dari 7 tungku hanya 3 tungku yang saat itu menyala. Itu pun sudah cukup membuat ruangan seperti sauna. Panas dan berasap.
"Permisi! Permisi! Bara panas!" seru seorang pekerja sambil membawa semacam serok berisi bara api. Ia masukkan ke dalam tungku melalui lubang di bagian atas.
Proses pemanggangan nopia sedang berlangsung. Setiap pemanggang berada di sisi tungku. Dengan cekatan membungkuk, menjulurkan tangan melalui mulut tungku. Melekatkan dengan cepat bulatan adonan satu per satu pada dinding bagian dalam tungku. Begitu terus berulang-ulang hingga dinding tungku penuh.
Tungku mampu memanggang 800 bulatan adonan nopia. Selama pemanggangan panas bara dalam tungku harus selalu dijaga agar semua nopia matang merata. Nopia akan matang dalam 30 -35 menit. Para pemanggang harus tangkas melepaskan nopia satu demi satu dari dinding tungku. Bara api masih menyala karena setelah semua nopia matang dilepaskan, akan dilanjutlan dengan memanggang adonan baru, begitu terus sepanjang hari.
Takjub rasanya membayangkan dalam sehari tangan mereka terjulur ratusan kali ke dalam lubang yang panas . Sekalipun bentuknya sederhana, tapi ternyata pembuatan kue kering khas daerah ini memiliki perjuangan tersendiri. █
Nopia & Mino Pak Marwan
Jl. Raya Serayu Banyumas, Jawa Tengah
Telepon: 08122933071 (Udi)
--------------------------------------------------
Perjalanan #JuguranBlogger 11-13 Juli 2017 bersama blogger, fotografer, dan youtuber ini merupakan kerjasama
Komunitas Blogger Banyumas dengan Bappedda Litbang Banyumas. Didukung oleh Bank Indonesia Indonesia Perwakilan Purwokerto. Disponsori oleh PANDI,
@fourteen_adv.
@lojadecafe, dan Hotel Santika Purwokerto.
Comments
No comments yet. Be the first to comment!
Leave a Comment