Sajian Serba Umbi di Banyumas
Category: Icip-icip Kuliner • Author: Terry Endropoetro • Published on: 2017-07-17
Diletakkan di atas piring berlapis daun pisang. Beberapa jenis umbi-umbian ini malah menarik saya mendekat. Tenyata sajian seperti ini biasa dihidangkan untuk menjamu tamu. Sederhana namun kaya warna, bentuk, dan cita rasa. 1
Masing-masing jenis umbi mempunyai sebutan. Karena asing di telinga, saya berkali-kali meminta seorang ibu mengulang sebutannya, bahkan mengeja agar saya tak salah menuliskannya. Nah, berikut nama-namanya berurutan (lihat gambar) dari kiri atas searah jarum jam, ya.
GEMBILI
Namanya mengingatkan tokoh Ni Dyah Woro Gembili, salah satu tokoh di komik Panji Koming yang berperawakan gemuk. Mungkin namanya dipilih terinspirasi juga dari jenis umbi-umbian ini.
Bernama latin Dioscorea esculenta, bentuknya mirip ubi jalar, sedikit berintik-bintik dan serabut akar. Ukurannya tak lebih dari sekepalan tangan orang dewasa. Memiliki kulit tipis berwarna cokelat muda, biasa dikonsumsi dengan cara direbus atau dikukus. Kulitnya yang tipis berwarna cokelat muda biasanya akan merekah ketika proses perebusan atau pengukusan, pertanda bagian dalam umbi sudah matang sepenuhnya. Bagian dalamnya berwarna putih dengan tekstur yang lembut saat digigit dan dikunyah. Tapi kalau boleh memilih, saya akan menyantapnya dengan cocolan gula pasir untuk menambah cita rasa di lidah.
CIMPLUNG
Sekilas bentuknya seperti peuyeum, makanan khas Jawa Barat. Cimplung juga berbahan dasar singkong. Dinamai seperti itu karena proses pembuatannya cukup unik, yaitu menyemplungkan potongan singkong ke dalam air nira (badek atau legen) yang sedang direbus dalam proses pembuatan gula jawa. Potongan singkong akan diangkat setelah lembut dan warnanya berubah kekuningan. Bila direbus lebih lama, warnanya akan menjadi kecokelatan mengikuti perubahan warna air nira. Cimplung yang sudah matang memiliki tekstur yang lembut, tapi sedikit lengket. Saat disantap manisnya langsung terasa dengan sedikit aroma fermentasi di dalamnya.
GETHUK GORENG
Panganan ringan berbentuk bulat ini terbuat dari singkong yang dihancurkan, dibumbui gula kelapa, dan digoreng. Warnanya cokelat tua kemarahan, bertekstur lembut dengan cita rasa yang sangat manis.
Konon, makanan ini ditemukan secara tidak sengaja oleh Sanpirngad pada 1918 saat getuk jualannya tak laku habis dalam sehari, ia berinisiatif menggorengnya untuk dijual keesokan hari. Siapa sangka bentuk dan cita rasanya malah menjadi unik.
Kini, gethuk goreng menjadi oleh-oleh khas Sokaraja, Banyumas. Yang dulu dibuat dari sisa gethuk yang tidak laku, kini adonan gethuk terbuat dari adonan baru yang digoreng untuk dijual. Tersedia dalam kemasan besek (anyaman bambu) hampir di setiap pusat oleh-oleh di kawasan Banyumas.
KENTANG ILER
Iler. Huruf E dibaca seperti pengucapan E dalam kata ‘boleh’.
Ukurannya sebesar jemari. Biasa dikonsumsi dengan cara direbus dengan kapur sirih. Kulitnya tipis dan berwarna hitam, tapi daging buahnya berwarna putih. Ketika dikunyah cita rasanya persis kentang, begitu juga aromanya.
Tapi karena ukurannya kecil, mengupas kulit tipis kentang ini diperlukan kesabaran. Saya mencoba mengunyah kentang sekelas kulitnya. Pahit rasanya! Ternyata, kentang iler ini sering dikonsumsi para penderita diabetes sebagai pengganti nasi.
Mencicipi sedikit-sedikit setiap jenisnya ternyata cukup mengenyangkan. Dari keempat sajian umbi-umbian tadi, cimplung menjadi pilihan saya. Rasanya unik dan cita rasa manisnya pas di lidah saya. Kalau saja tak terlalu lengket, pasti panganan ini sudah saya minta bungkus untuk saya bawa pulang ha… ha… ha… ha….. █
--------------------------------------------------
Perjalanan #JuguranBlogger 11-13 Juli 2017 bersama blogger, fotografer, dan youtuber ini merupakan kerjasama
Komunitas Blogger Banyumas dengan Bappedda Litbang Banyumas. Didukung oleh Bank Indonesia Indonesia Perwakilan Purwokerto. Disponsori oleh PANDI,
@fourteen_adv.
@lojadecafe, dan Hotel Santika Purwokerto.
Comments
No comments yet. Be the first to comment!
Leave a Comment