Menghabiskan Senja di Papuma

Category: Jalan-jalan • Author: Terry Endropoetro • Published on: 2017-05-11

Setelah merubah jadwal dari melihat matahari terbit, menjadi mengejar matahari terbenam. Hati malah jadi was-was, masih sempatkah mendapat sinar matahari sore di pesisir selatan Jawa ini?



Deretan kapal-kapal nelayan yang 'diparkir' berderet diombang-ambing ombak langsung menarik perhatian saya. Talinya panjang ditambatkan di pantai landai berpasir putih. Pemandangan cantik ini merupakan kekhasan pantai Papuma. Salah satu pantai yang menjadi salah satu obyek wisata kebanggaan masyarakat Jember.



Papuma sendiri merupakan akronim dari Pasir Putih Malikan. Pantai yang terletak di desa Lojejer, Wuluhan ini berjarak 40 kilometer dari Jember yang bisa ditempuh dengan kendaraan pribadi dalam waktu 1,5 jam perjalanan.



Pantai ini menghadap ke arah Timur, garis pantainya membentuk teluk dan di bagian selatan berujung menjadi sebuah tanjung. Tanjung Papuma sendiri merupakan pantai dengan batu-batu karang besar dan dikenal juga dengan nama tanjung Watuulo. Karena konon di salah satu batu karang di ujung tanjung banyak ditemukan ular laut dengan bisa yang mematikan.





Keunikan dari Pantai Papuma adalah di sisi timur tanjung merupakan pantai landai berpasir putih. Setelah melewati ujung tanjung yang berbukit, di pantai sebelah barat lebih banyak karang dan tebaran batu di atas pasir putihnya. Ombak di sisi timur pun tidak sebesar ombak di sisi barat tanjung.



Seperti pantai-pantai di pesisir selatan Jawa pada umumnya, Papuma memiliki gulungan ombak yang ganas. Walau pada waktu-waktu tertentu lautnya tak terlalu bergelombang. Pada saat kondisi gelombang laut sedang tenang itulah banyak wisatawan yang berenang dan bermain ombak. Tapi bagi saya, setenang-tenangnya gelombang laut pantai selatan, kadang ada saja arus kuat yang menyeret ke tengah. Terbukti di beberapa tempat sudah terpancang larangan berenang.



Keunikan lainnya, tanjung Papuma merupakan sunsite. Tempat yang pas untuk menikmati pemandangan matahari terbit dan menantikan saat-saat matahari terbenam. Itulah tujuan saya dan beberapa teman ke pantai ini. Setelah merubah jadwal dari melihat matahari terbit, menjadi mengejar matahari terbenam. Itu pun was-was karena hujan turun sepanjang perjalanan dari Jember. Walaupin ketika kami sampai hujan sudah berhenti, tapi selapis tipis awan kelabu masih menggantung di atas Papuma.



Tujuan kami cuma satu, mengabadikan suasana sore di Pantai Papuma. Agak was-was juga karena dalam perjalanan dari Jember hujan turun. Sesampai di Papuma hari sudah sore. Menunggu lapisan awan kelabu menyingkir dari langit, kami sempat duduk-duduk di salah satu deretan warung sambil makan ikan bakar dan minum kelapa muda.



Begitu tampak sedikit pantulan cahaya di langit, kami bergegas menaiki bukit. Berlari dan merosot meluncur menuruni tebing pasir, berharap matahari belum tenggelam. Walaupun suasana yang didapat tak sesuai harapan, tapi paling tidak kami masih sempat mengabadikan beberapa moment saat masih ada sisa cahaya kemerahan di balik karang sebelum sebentar kemudian hilang berubah menjadi malam gelap menyisakan suara deburan ombak yang tak lagi tampak.






--------------------------------------------------


Perjalanan bersama para blogger, instagramer, dan fotografer ini terlaksana atas undangan Kementerian Pariwisata Republik Indonesia. Foto-foto juga diposting di twitter dan instagram dengan hashtag #PesonaJember #PesonaIndonesia

Comments

No comments yet. Be the first to comment!

Leave a Comment