Nasi Pecel 'Plus-Plus' di Jember

Category: Icip-icip Kuliner • Author: Terry Endropoetro • Published on: 2017-05-09

Saya langsung mengangguk setuju ketika diajak sarapan makan nasi pecel paling kondang di Jember. Tapi begitu piring hidangannya datang saya langsung geleng-geleng kepala.



Dari luar, warung di pojokan jalan itu layaknya warung makan biasa. Sederhana, dengan bentangan spanduk bertulisan Lumintu tergantung di atas pintu masuk. Di depan warung berderet motor dan mobil-mobil yang diparkir di jalan sempit.



Suasana di dalam warung cukup ramai, hampir semua yang duduk sedang menikmati hidangan. Saya sempat mengintip ke ruang dalam, bukan dapur melainkan ruangan tempat menyiapkan hidangan. Di atas sebuah meja panjang diletakkan panci-panci besar. Di depannya berderet piring-piring yang sudah terisi siap dihidangkan. Para pramusaji sigap membawa baki berisi makanan dan minuman untuk disajikan kepada para pengunjung. Bila berpapasa, sesekali berucap, "Permisi! Permisi! Permisi!" sebagai tanda mereka akan lewat.





PORSINYA ADUHAI

Tak perlu lama menunggu, pesanan kami pun disajikan di meja. Nasi pecel (plus gudeg). Melihat porsinya yang menggunung saya langsung geleng-geleng kepala. "Ini porsi nasinya setengah?" tanya saya, dibalas anggukan pramusaji.



Isian dalam piring berupa nasi, sayuran (kacang panjang, tauge) dan bumbu pecel, gudeg nangka muda, setengah potong telur, sepotong ayam kampung, sambal goreng krecek, serta peyek, dan sambal sebagai pelengkap. Awalnya agak bingung juga bagaimana cara makannya? Diaduk agar tercampur atau bagaimana? Mana dulu yang harus dimakan? Gudegnya atau pecelnya? Tapi karena bumbu sudah menutupi bagian atas, yaaaaa disendok sajalah. Terserah apa yang nanti didapat.



Walaupun isinya 'keroyokan' begitu, ternyata rasanya nggenah dan bisa dinikmati. Sesuap demi sesuap manis gurihnya bumbu gudeg terasa. Pekatnya bumbu kacang juga nikmat. Lama-lama habis juga, piring saya bersih tandas ha... ha... ha... ha....





TAK PERNAH SEPI PEMBELI

Pada 1980, Rukiyem Laksonodipoero memulai usaha membuka warung makan. Yang beliau sediakan adalah nasi pecel dan nasi gudeg. Tapi dengan berjalannya waktu, yang laris dan diburu pelanggan malah nasi campur, yaitu nasi pecel campur gudeg. Lumintu, yang artinya terus-menerus ternyata pilihan yang tepat sebagai nama warungnya. Buktinya pembeli datang terus-menerus. Rezeki pun tak pernah putus.



KIni di usia 70-an, Rukiyem masih tampak sibuk kular-kilir di warung. Walau sudah mulai membungkuk tapi beliau tak bisa duduk berdiam diri. Padahal andai beliau mau ongkang-ongkang kaki pun bisa, karena warung ini toh sudah 'berjalan sendiri'. Tapi beliau memilih ikut sibuk dan selalu bangun pagi.







Tak hanya pengunjung yang makan di warung. Banyak pula yang mengantre di depan etalase kaca, menunggu giliran pesanan makanan kelar dibungkus untuk dibawa pulang. Kalau saya ditanya mau makan di warung atau dibawa pulang? Saya akan lebih senang makan di warung. Karena, kalau di bungkus peyek kacangnya yang gurih dan renyah hanya dapat 2 lembar. Kalau makan di warung, bisa minta tambahan peyek kacang lagi, lagi, lagi, dan lagi ha... ha... ha....



NASI PECEL GUDEG LUMINTU

Jl. Kertanegara No.33, Jember, Jawa Timur

Telepon: 0331 488569

Jam buka: 06.00 ‐ 11.00 wib

Harga:

Makanan: Rp20.000/porsi

Minuman: Rp5.000 █



--------------------------------------------------


Perjalanan bersama para blogger, instagramer, dan fotografer ini terlaksana atas undangan Kementerian Pariwisata Republik Indonesia. Foto-foto juga diposting di twitter dan instagram dengan hashtag #PesonaJember #PesonaIndonesia

Comments

No comments yet. Be the first to comment!

Leave a Comment