Kreativitas & Cinta Lingkungan di Vida Festival 2016
Category: Segala Rupa • Author: Terry Endropoetro • Published on: 2016-10-27
Baru kelar menatap tiang-tiang kincir angin, tiba-tiba seorang anak muda menjulurkan kepala dari lubang loket. "Mau bikin paspor?" tanyanya sumringah sambil menjulurkan buku kecil berwarna hijau dengan gambar golok dan lingkaran padi, bertuliskan Kedutaan Besar Bekasi.
"Memang tujuan Vida Festival diadakan untuk mengkolaborasikan berbagai kegiatan kreatif dan inspiratif masyarakat sekitar," Edward Kusma, Direktur Vida Bekasi menjelaskan.
KREATIF YANG ASIK
Sebuah bidang panjang yang menyerupai dinding dibuat khusus untuk digambari. Berbekal puluhan cat semprot, hanya dalam waktu 4 jam anggota Artherapy Movement selesai membuat grafiti.
Tak hanya gemar mencoreti dinding, beberapa komunitas pun menerbitkan majalah komik, seperti Bekazine dan Mustahil Magazine, yang menurut pembuatnya, semua hal mustahil bisa ada di dalam majalah ini ha... ha... ha.... Kalau tak melihat sendiri, saya pikir juga mustahil kota yang sering di-bully habis-habisan di media sosial ini punya banyak penggiat kreatif yang menginspirasi.
Di Little Talk, kafe mungil yang menghadap danau ini dipenuhi pengunjung yang ingin melihat coffee testing dan coffee cupping. Dengan cekatan Samuel, melakukan penggilingan biji kopi menjadi bubuk, menakar, kemudian menyeduhnya dengan air panas. Harum aroma kopi langsung menyebar memenuhi ruangan. Hmmm....
NGEMIL BUNGA WARNA-WARNI
diputar video tentang Farm4Life. Perkebunan yang menanam beragam sayuran dan buah dari bibit unggulan. Pemupukannya pun dilakukan secara organik, tanpa menggunakan pestisida.
"Ini hasilnya," kata Herman Joseph sambil menyodorkan beberapa kotak berisi bunga berwarna-warni, "bisa langsung dimakan." Yang awalnya ragu mencoba, akhirnya satu persatu saya cicipi. Pacar cina, marygold, sampai bunga yang dikenal dengan istilah 'telek ayam' karena aromanya sedikit langu. Sembari Herman Joseph menjelaskan, saya bolak-balik mengambil dan mengunyah bunga telang yang berwarna biru keunguan. Selain dimakan mentah bunga ini biasanya disedu menjadi minuman.
Dari 130 hektar yang dikembangkan oleh Gunas Land, di kawasan Bumi Pala, Vida Bekasi menyediakan 2 hektar lahannya untuk Farm4Life. Kebun yang dibuat berjalur-jalur, beragam sayuran ditanam berkelompok berbaris memanjang. Beberapa papan tertancap di tanah bertuliskan nama sayuran yang ditanam. Kedelai, tomat, pakcoy hijau, marygold, jagung manis, dan mata saya tertarik pada papan bertuliskan 'sorgum'
Tanaman mirip tanaman jagung yang pucuknya ada bunga dengan butiran-butiran kecil ini sebenarnya merupakan makanan pokok sebagian masyarakat Indonesia, sebelum 'dipaksa' makan nasi. Sebagai bahan pangan sorgum menempati urutan ke-5 setelah gandum, jagung, padi, dan jelai. Sayangnya, sorgum lebih dikenal sebagai makanan ternak, padahal manfaatnya bagi kesehatan sangat banyak termasuk mencegah beberapa jenis kanker, membantu mengendalikan diabetes.
Tempat pembibitan berada di tengah Bentuknya sederhana berupa bangunan beratap melengkung terbuat dari bambu yang dilapisi plastik. Di dalamnya ratusan tanaman dibibitkan sebelum kemudian ditanam di lahan. Kalau ingin belajar berkebun organik bisa belajar di Farm4Life, beragam macam bibit sayuran pun mereka jual.
MARI MEMILAH SAMPAH
Selama berada di Vida Festival 2016, untuk membuang sampah saya selalu berdiri lama di depan kantung berwarna biru dan oranye. Jangan sampai salah membuang, kantung oranye untuk sampah kaca, logam, dan plastik, sedangkan kantung biru untuk sampah kertas. Bila ada kantung berwarna hijau, itu berarti semua sampah sisa makanan bisa dibuang di situ. Hal ini memang perlu selalu dilakukan, untuk membiasakan masyarakat membuang sampah pada tempatnya, sekaligus memilah sampah dari awal.
Vida Bekasi bekerja sama dengan Waste4Change untuk proses pemilahan sampah yang berasal dari perumahan dan masyarakat sekitar. Karung-karung sampah yang sudah dipilah disusun menggunung. Dari kantung biru dan oranye sampah-sampah dipilah, dikelompokkan dan dimasukkan ke dalam karung dengan warna berbeda. Karung putih berisi botol-botol plastik bekas minuman, karung kuning untuk kertas dan kemasan karton. Sayangnya karung berwarna merah jambu tertutup rapat tak bisa saya intip. Kira-kira apa ya isinya?
Kembali ke tiang-tiang kincir angin. Angin memang menjadi tema Vida Festival kali ini, tapi setelah berkeliling ternyata elemen tanah, air, dan api juga saya temui. Empat elemen alam yang mendukung kehidupan yang tak bisa dilepas satu dengan lainnya, dan manusia sebagai unsur kelima yang harus bijak mengelolanya. █
Comments
No comments yet. Be the first to comment!
Leave a Comment