Megamendung. 'Perkawinan' Tao & Suffi

Category: Seni Budaya • Author: Terry Endropoetro • Published on: 2016-10-15

Motif batik megamendung khas Cirebon ternyata lahir dari perkawinan 2 kerajaan, 2 budaya, dan 2 kepercayaan.


Sunan Gunung Jatiyang memperistri Ratu Ong Tien dari negeri Cina pada abad ke-16, memperlancar perdagangan antar kedua kerajaan ini. Kain sutra, keramik, piring, menjadi barang-barang yang dibawa para pedagang dari Cina untuk ditukar dengan rempah-rempah. Pelabuhan Muara Jati menjadi tempat bersandar kapal-kapal dagang dan di sekitar pelabuhan banyak didirikan tempat persinggahan dan klenteng.



Hubungan baik dua kerajaan itu pun menjadi pintu gerbang masuknya budaya dan tradisi Cina ke keraton Cirebon. Salah satunya adalah motif-motif awan yang banyak terdapat di keramik dan hiasan klenteng. Oleh Pangeran Losari, (cicit Sunan Gunung Jati) dituangkan dalam bentuk motif batik kerajaan dalam bentuk tradisional yang khas.



Konon Pangeran Losari terispirasi saat melihat bentuk awan pada genangan air setelah hujan dan cuaca saat itu sedang mendung. Dinamailah motif batik ini dengan sebutan megamendung. Batik berbentuk awan ini dibuat dengan unsur warna biru dan merah sebagai latar belakang. Warna-warna maskulin yang juga menggambarkan sifat khas masyarakat pesisir yang lugas dan terbuka. Ditampilkan dalam bentukan awan-awan yang bertumpuk berwarna biru berlapis dengan batasan tegas. Biru tua melambangkan awan gelap yang membawa hujan untuk kehidupan di bumi. Biru muda melambangkan makin cerahnya kehidupan. Tak hanya dibatik, motif megamendung juga diukir sebagai penghias kereta Jempana, kereta kerajaan Keraton Kanoman.



Dalam ajaran Tao, awan (dan langit) melambangkan dunia atas yang luas dan dunia para dewa. Ternyata dalam agama Islam pun kaum Suffi memiliki konsep serupa, yaitu alam bebas dan dunia yang luas. Sejarah batik di Cirebon pun tak lepas dari persaudaraan kaum Suffi yang banyak mengabdi pada keraton. Mereka tinggal di sebuah daerah yang kini dikenal dengan nama Trusmi.



Berjalannya tahun dan pergantian masa, motif megamendung pun kemudian mengalami pengembangan. Tak hanya berbentuk awan-awan, namun juga diselingi dengan motif ragam hias lainnya disesuaikan dengan keinginan pasar. Selain motif, warna megamendung pun tak melulu biru. Merah, kuning, hijau, sampai ungu pun bisa didapat. Kita boleh bangga juga, karena motif megamendung ini digunakan Pepin van Roojen (Belanda) dan ditampilkan di sampul bukunya Batik Design.



Uniknya dari motif batik Cirebon ini. Bila dilihat dalam posisi horizontal, megamendung akan berbentuk awan yang berarak-arak. Tapi bila dilihat dalam posisi vertikal, bentuknya menyerupai bebatuan karang. Bebatuan karang juga mempunyai filosofi tersendiri, yaitu pelambang pijakan dan pendirian yang kokoh yang harus dimiliki setiap kerajaan. █

Comments

No comments yet. Be the first to comment!

Leave a Comment