Kaledo & Uve Mpoi
Category: Icip-icip Kuliner • Author: Terry Endropoetro • Published on: 2016-07-12
Dua hidangan sup sapi khas Sulawesi Tengah ini dimasak dengan bumbu-bumbu, yang satu dihidangkan dengan tulang yang satu lagi penuh jeroan. Sama-sama bercita rasa gurih dan 'berlemak'.
Populer dengan singkatan kaki lembu Donggala, tapi dalam bahasa Kaili yang kaledo berarti tidak keras. Sebongkah tulang kaki atau ruas tulang lutut sapi ini disajikan dalam mangkuk dengan kuah berwarna kecokelatan dan sangat berlemak, bercita rasa gurih, asam, dan agak pedas.
Tak banyak daging yang menempel pada tulang, karena sebenarnya yang diincar oleh para penggemar kaledo adalah sum-sum di dalamnya. Jadi, selain sendok dan garpu, sedotan pun disediakan, khusus untuk menghisap sum-sum yang ada di dalam rongga tulang. Selain tulang kaki, biasanya ada juga potongan tulang iga dan tulang leher.
Untuk membuat kaledo, sebelum dimasak, tulang-tulang harus dicuci berulang kali agar benar-benar bersih dari sisa darah, sehingga saat dimasak tidak mengeluarkan bau anyir. Tulang-tulang direbus bersama asam jawa muda. Bila menggunakan asam jawa yang sudah tua, warna kuah menjadi kuning dan rasanya menjadi agak manis. Diberi bumbu cabai rawit, garam, jeruk nipis, lengkuas, dan serai. Selama direbus, kuah kaledo harus dibersihkan dari buih-buih kaldu agar menghasilkan kuah yang bening, tidak keruh.
Kaledo selalu dihidangkan dalam keadaan panas dan ditaburi bawang goreng. Disantap dengan paru goreng, ketupat, singkong, pisang, atau jagung rebus, bahkan mangga muda yang disajikan terpisah. Saya sempat mencoba menyeruput sum-sum, tapi karena saya pemakan daging, jadi saya memilih kaledo talang (tanpa tulang), berupa potongan daging dan kikil. Tak perlu bersusah payah, dan langsung kenyang ha... ha... ha....
RM Kaledo Watusampu
Jl. Malonda Watusampu, Palu
Telepon: 0852 4132 6334
Jam buka: 10.00 ‐ 22.00 wita
RM Kaledo Stereo
Jl. Diponegoro No.40, Palu
Telepon: 0821 9451 1511
Jam buka: 10.00 ‐ 22.00 wita
UVE MPOI YANG SERBA JEROAN
Uve mpoi adalah makanan yang mirip dengan kaledo, bumbu yang dipakai pun sama, yaitu asam jawa, cabai rawit, garam, jeruk nipis, lengkuas, dan serai. Tapi kalau kaledo menggunakan tulang kaki sapi, uve mpoi menggunakan tulang rusuk dan jeroan sapi.
Beberapa warung yang menjual uve mpoi masih memasaknya dengan cara tradisional, menggunakan belanga di atas tungku api kayu bakar. Aroma rebusan dagingnya menusuk hidung, kuah kaldu yang dihasilkan lebih kental daripada kuah kaledo, warnanya pun lebih keruh. Makanan bercita rasa asam dan pedas menggigit lidah ini biasa disajikan dan disantap dengan buras, jagung, atau singkong rebus.
Warung Uve Mpoi Anoa
Jl. Anoa No. 85, Palu
Jam buka: 09.00 ‐ 12.00 wita
──────────────────
Tulisan ini merupakan pengalaman selama Ekspedisi Warisan Kuliner (wilayah Maluku Utara dan Sulawesi) bersama Rainer Octovianus dan Arie Parikesit (Kelana Rasa), disponsori oleh Kecap Bango.
Comments
No comments yet. Be the first to comment!
Leave a Comment