7 Piring + 2 Gelas untuk Sarapan Pagi
Category: Icip-icip Kuliner • Author: Terry Endropoetro • Published on: 2016-06-01
Kalau ikut trip kuliner, siapkan lidah. Karena semua hidangan harus dicicipi agar tahu apa cita rasa sebenarnya. Untuk menjaga agar tak kekenyangan, setiap hidangan dicicipi beramai-ramai. Pagi itu, hidangan demi hidangan terus berdatangan silih berganti di atas meja. Aroma dan tampilannya menggiurkan dan membuat 'lapar mata'. Yang rencananya mencicipi seujung sendok akhirnya malah jadi sepiring.
Di Bopet Sianok, Jl. A.Yani, Payakumbuh, Sumatera Barat hidangan yang tersedia memang berbagai rupa. Istilah bopet sendiri adalah sebuah tempat makan yang menjual hidangan per pinggan, bukan dalam piring-piring kecil berisi lauk seperti yang biasa disajikan di rumah makan-rumah makan Padang. Di bopet, kita bisa memesan satu jenis hidngan, nanti akan diracik terlebih dahulu sebelum disajikan. Nah, mau tahu apa saja yang saya cicipi?
KETAN KACANG PADI
Sempat bingung dengan namanya, ternyata yang dimaksud adalah kacang hijau. Kalau di Jawa, kacang hijau biasanya disajikan dengan ketan hitam. Di sana disajikan dengan beras ketan kukus, diguyur santan, dan diberi taburan kelapa parut. Rasanya gurih. Sempat terpikir, mungkin kalau diberi serutan es akan terasa lebih segar. Tapi belum sempat terucap, sepiring ketan kacang padi sudah keburu habis ludes disantap.
KETAN PISANG
Ketika ada yang memesan, saya sempat penasaran akan bagaimana penampilannya. Ternyata hanya ketan kukus yang ditaburi kelapa parut, dan dimakan dengan pisang goreng. Tampaknya biasa saja, tapi rasa pisangnya yang sangat manis berpadu dengan gurihnya ketan dan parutan kelapa membuat sendok yang saya pegang tak berhenti menyuap masuk ke mulut.
KETAN SRIKAYO
Walau namanya begitu, bukan berarti terbuat dari buah srikaya. Srikayo terbuat dari santan, gula merah, gula pasir, dan telur. Di Bopet Sianok, srikayo yang sudah jadi ditempatkan di dalam baskom, bentuknya mirip agar-agar berwarna cokelat, rasanya manis legit. Setiap ada yang memesan, srikayo diambil sedikit demi sedikit, diletakkan di atas ketan kukus yang sudah diwadahi di piring, lalu ditaburi kelapa.
SOTO MINANG
Si Uda sibuk di belakang etalase menyusun mangkok-mangkok untuk wadah soto. Setiap mangkok diisi bihun, potongan tahu goreng, irisan dendeng sapi, dan perkedel. Lalu menggunakan panci bergagang kuah panas dituang hingga nyaris ke bibir mangkuk membuat irisan daun bawang dan seledri mengambang di atasnya. Bila sudah ditaburi bawang goreng dan satu sendok makan (munjung) sambal diletakkan di pinggir mangkuk berarti soto sudah siap dihidangkan. Kuah soto Minang terasa asin di lidah saya, ditambah segala macam bumbu rempah juga cukup menyengat. Soto ini bisa dimakan tanpa nasi, namun bila disantap dengan nasi, dijamin lebih mantap!
GADO-GADO MINANG
Sausnya sedikit encer, tapi cita rasa campuran kacangnya sangat kuat. Ini yang saya suka! Langsung disantap lahap. Tapi terus lupa apa saja yang ada dalam gado-gado tadi. Kubis, tauge, tahu? wah, saya lupa. Yang jelas, selain potongan ketupat, ada mi kuning juga. Disajikan dengan telur rebus, bawang goreng, dan kerupuk. Duh! Luar biasa sedapnya!
NASI GORENG MINANG
Nasi gorengnya seperti nasi goreng biasa. Tanpa dipesan pun akan dibuatkan dengan rasa sedikit pedas. Yang membuat nasi goreng ini istimewa karena dihidangkan dengan telur mata sapi, potongan dendeng daging sapi dan rendang runtia (mirip abon tapi masih berbbentuk suwiran daging tipis-tipis). Bila disuap bersama cita rasanya sedap berpadu. Di foto ini ada dua telur mata sapi 'menutupi' nasi goreng. Ini pesanan khusus, karena biasanya telurnya hanya satu. Dendeng runtia-nya pun tak ada. Entah lupa ditaburkan atau jangan-jangan sudah keburu habis dicicipi.
MI REBUS MINANG
Setelah melihat fotonya, baru saya sadar bahwa mi-nya sendiri tak nampak ha... ha... ha... Tertutup telur mata sapi, taburan irisan seledri, bawang goreng, rendang runtia, dan kerupuk. Kuah kaldunya membanjiri piring. Hangat dan gurih. Pokoknya selain gado-gado, bagi saya mi rebus juaranya!
TEH & KOPI TALUA
Kedua minuman yang dicampur talua (telur dalam bahasa Minang) ini menjadi penutup sarapan pagi itu. Setelah meminum setengah kopi talua baru saya sadar belum memotretnya. Dari pada kopinya, saya lebih memilih teh talua. Rasanya teh dan kandungan kuning telur lebih 'sejalan' di lidah saya. Setelah meneguk habis segelas teh talua, saya baru tahu bahwa seharusnya potongan jeruk nipis di samping gelas seharusnya diperas sebagai tambahan rasa sekaligus penghilang amis telur. Aaah, mana sudah keburu habis pula. "Udaaa, teh talua tambuah ciek!" █
Baca & tonton juga:
» Terry Endropoetro: Menyeruput Kopi Kawa Daun
» Terry Endropoetro: Jalan-jalan sambil Jajan di Lembah Harau & Kelok 9
» Shasya Pashatama:
» Swastika Nohara: Adakah Rumah Makan Padang di Padang?
» Swastika Nohara: Kenapa Dinamai Ayam Pop?
» Swastika Nohara: Nasi Kapau Uni Cah Juara Nasional
» Simbok Venus: Jalan-jalan ke Padang Makan di Mana?
» Dwika Putra: "#SunCoTripMinang"
──────────────────
Perjalanan ini terlaksana atas undangan Minyak Goreng SunCo dalam Trip Kuliner Minang Mei 2016. Diikuti perwakilan dari blogger, videografer, dan media. Foto-foto juga diposting di twitter dan instagram dengan hastag #SunCoTripMinang
Comments
No comments yet. Be the first to comment!
Leave a Comment