Mengelilingi Pulau Koon
Category: Jalan-jalan • Author: Terry Endropoetro • Published on: 2016-05-07
"Mengapa namanya Koon?" tanya saya yang merasa asing dengan nama pulau kecil tak berpenghuni dan dikelilingi air laut yang biru jernih. Begitu pula penamaan pulau Grogos, Nukus, dan Neiden yang berderet berdekatan.
Ternyata pulau-pulau yang masuk dalam Kawasan Konservasi Perairan Koon, Seram Bagian Timur, Maluku ini adalah bagian dari distrik Banda Neira, pada zaman VOC mulai menguasai Nusantara. Tak heran nama pulaunya 'berbau-bau' Belanda. Jangan-jangan nama Koon diambil dari nama Jan Pieterzoen Coon? Apakah pulau Nukus dinamai seperti itu karena kekuasaan Sultan Nuku dari Kesultanan Tidore sampai ke sana? Sayang kepastiannya belum saya dapatkan.
Saat Daniel Dirga dan Juwita Pusposari dari WWF-Indonesia memutuskan turun ke darat untuk mencari dan menandai koordinat tumbuhnya lamun ‐‐semacam tumbuhan yang tumbuh di perairan dangkal, yang mengelilingi pulau Koon. Saya, Trinity Traveler, Mayor Laut (P) Budi Titiono, dan Serka Samsul Bahri dari TNI AL Ambon menjadi 'penggembira', ikut naik perahu karet meninggalkan kapal Menami menuju pulau Koon.
Pertama yang kami lakukan adalah berjalan dan menyusuri pasir-pasir timbul di dekat pantai. Air yang semula hanya sebetis perlahan naik sampai sebatas pinggang, pertanda air pasang sudah datang. Saya mengikuti Dirga dan Juwita berkeliling pulau, Dirga ber-snorkeling menyusuri batas ladang lamun, melihat lamun jenis apa yang tumbuh di sana. Sesekali dia berdiri melihat koordinat, melakukan pengecekan hasil analisis citra satelit, untuk mengetahui berapa luas kawasan lamun di perairan pulau itu.
Dalam perjalanan mengelilingi pulau, saya jadi tahu bahwa lamun (seagrass) yang berbentuk seperti rerumputan memiliki beberapa jenis dan bentuk. Ada yang daunnya pipih memanjang, bulat lonjong, sampai yang berbentuk silindris seperti pipa. Kawasan lamun menjadi tempat ikan-ikan mencari makan, bertelur, dan menjadi tempat yang aman bagi anak-anak ikan dari predator.
Saya tak membawa jam untuk melihat berapa lama kami sudah berjalan mengitari pulau. Mungkin hanya membutuhkan waktu 30 menit, namun bagi saya rasanya sudah lebih setengah hari. Apalagi matahari yang bersinar terik siang itu, membuat saya berkali-kali berlari ke dalam air untuk sekadar membasuh badan dan membasahi handuk, kemudian saya lilitkan di kepala yang serasa 'mulai berasap' ha... ha... ha....
Seperempat dari keseluruhan pulau Koon adalah pantai dan bebatuan karang. Ciri pulau yang terjadi karena retakan bawah laut yang mendorong karang ke permukaan laut. Terbukti dari sebuah cangkang kima raksasa yang saya temukan sudah menyatu dengan karang.
Siput dan keong banyak menempel di karang. Kepiting berlarian lalu sembunyi di dalam lubang. Kulit-kulit kepiting bertebaran, sisa binatang ini mengganti kulit atau dimakan burung.
Melihat serakan tulang-belulang dan sisa sirip penyu dan tumpukan sisa kulit ketam kenari yang ditinggalkan setelah disantap para nelayan yang mungkin mampir beristirahat saat lelah melaut, kami pun teringat pada pengalaman seorang teman ekspedisi. Saat ia berkunjung ke sebuah desa nelayan dan disuguhi satu baskom penuh telur penyu rebus. Helaan nafas panjang jadi ekspresi kekecewaan kami. Bukan masalah menuding siapa yang bertanggung jawab menjaga kawasan konservasi. Tapi lebih kepada bagaimana kita menyadarkan banyak orang untuk bertanggung jawab menjaga kekayaan alam ini. █
Baca juga:
»
http://blog.negerisendiri.com/blogpage.php?judul=142/>Ekspedisi Koon, Penantian Tak Sia-Sia
»
http://blog.negerisendiri.com/blogpage.php?judul=141/>Batnata, Penjaga Kekayaan Laut Pulau Gorom
»
http://blog.negerisendiri.com/blogpage.php?judul=143/>Monumen Gorom
»
http://blog.negerisendiri.com/blogpage.php?judul=143/>Jungkir Balik di Perahu Karet
»
http://blog.negerisendiri.com/blogpage.php?judul=146/>Menjaga 'Surga' di Kawasan Konservasi Perairan Koon
»
http://blog.negerisendiri.com/blogpage.php?judul=147/>Ekspedisi 'Mabuk Data'
»
http://blog.negerisendiri.com/blogpage.php?judul=144/>Dari 'Toko Cina' sampai ke Keter
──────────────────
Perjalanan ini terlaksana atas undangan WWF-Indonesia dalam Ekspedisi Koon, sebuah ekspedisi yang mengumpulkan data ekologi, kehidupan sosial, dan pariwisata Kawasan Konservasi Perairan Koon di Seram Bagian Timur, Maluku. Menjangkau pulau Koon, Grogos, Nukus, Neiden, dan sekitarnya. Diikuti perwakilan dari WWF-Indonesia, Yayasan TERANGI, TN Wakatobi, Dinas Kelautan dan Perikanan Seram Bagian Timur, TNI AL Ambon, dan blogger. Foto-foto juga diposting di twitter dan instagram dengan hastag #XPDCKOON
Comments
No comments yet. Be the first to comment!
Leave a Comment