Ekspedisi 'Mabuk Data'

Category: Jalan-jalan • Author: Terry Endropoetro • Published on: 2016-05-05

Selama Ekspedisi Koon berlangsung, kapal Menami milik WWF-Indonesia menjadi rumah kami. Tempat untuk mandi, makan, dan tidur. Namun bila hari mulai gelap, deretan laptop yang dibuka menjadi tanda 'kantor' dibuka hingga menjelang tengah malam



Perairan dan pulau Gorom, Panjang, Koon, Grogos, Geser, Neiden, dan Nukus di Seram Bagian Timur, Maluku ini menjadi tujuan tim Ekspedisi Koon. Ekspedisi yang melakukan pengumpulkan data ikan, karang, dan biota laut. Dilakukan oleh 13 penyelam yang merupakan perwakilan WWF-Indonesia, Yayasan Terangi (Terumbu Karang Indonesia), Dinas Kelautan & Perikanan Seram Timur, TNI AL Ambon, dan blogger.

Dibagi menjadi 2 tim penyelam yang masing-masing menggunakan perahu karet dan speed boat dari kapal Menami untuk menuju titik penyelaman. Ada 20 titik penyelaman yang tersebar di dalam Kawasan Konservasi Perairan Koon dan diluar kawasan tersebut.



Khusus di Kawasan Konservasi Perairan Koon (pulau Koon, Grogos, Nukus, dan sebelah timur Neiden), ada 4 lokasi di mana koordinat titik penyelamannya harus tepat mengikuti lokasi pemantauan tahun lalu. Jadi data-data yang diambil akan dibandingkan dengan data-data tahun lalu. Agar bisa diketahui, perkembangannya atau kerusakan yang dialami di kawasan tersebut.



Sementara 16 lainnya merupakan lokasi penyelaman baru. Walau titik koordinat sudah ditentukan sebelumnya, namun ada kalanya berubah saat tim
penyelam sudah sampai di tempat yang sudah ditentukan. Karena ternyata hanya menemukan dasar berpasir tanpa karang atau masih berada di perairan laut dalam. Titik koordinat penyelaman pun langsung diubah, bergeser sedikit dari koordinat semula hingga menemukan terumbu karang.








Selama 5 hari ekspedisi, setiap tim melakukan 2-4 kali penyelaman setiap hari. Berangkat pagi-pagi sekali, bolak-balik dari titik penyelaman ke kapal Menami milik WWF-Indonesia untuk beristirahat dan pengisian tabung kembali sudah termasuk jadwal ketat di ekspedisi ini. Beruntung cuaca mendukung, hanya beberapa kali saja hujan deras turun, namun setelah hujan reda penyelaman pun tetap berlangsung.



Setiap penyelam bertanggung jawab mencatat apa yang mereka lihat. Di selembar kertas anti air akan terisi data-data tentang kecerahan perairan, bentuk pertumbuhan karang di benthic (zona perairan dangkal yang masih terpapar sinar matahari), jenis ikan karang, kecepatan arus, juga kedalaman terumbu karang. Dicatat pula tipe terumbu, tipe dan derajat kemiringan tempat terumbu karang tumbuh. Posisi karang dan daya jangkauan pandangan dari penyelam ke arah karang. Tak hanya karang, tim penyelam juga harus mengingat jenis-jenis ikan yang mereka lihat sekaligus ukurannya.



Setiap selesai penyelaman, lembaran berisi data pun harus secepatnya dikumpulkan agar tak hilang terbawa angin. Dan saat hendak melakukan penyelaman kedua, selembar kertas yang baru sudah siap untuk dibawa. Seorang penyelam sempat kehilangan lembar data saat penyelaman berlangsung, terlepas dari ikatan dan hanyut terbawa arus.







Soal pengumpulan data, sebenarnya sudah bisa dilakukan dengan cara yang lebih modern. Sudah ada sebuah aplikasi android yang menggunakan sistem GPS. Jadi pengisian data bisa dilakukan di tempat-tempat yang tak terjangkau sinyal telepon, aplikasi ini jelas menghemat kertas, mengurangi kesalahan pengisian, dan juga mencegah terjadinya kehilangan data. Sayangnya, aplikasi ini belum bisa dipakai dalam penyelaman karena sinyal GPS tidak bisa menembus kedalaman air.



Selesai makan malam semua anggota tim penyelaman biasanya naik ke lantai atas kapal Menami. Mulai menjejerkan laptop, meng-input data dan menyeleksi ratusan foto yang mereka ambil selama penyelaman pagi hingga sore hari. Sambil menahan kantuk dan menahan badan yang sudah lelah. Biasanya menjelang tengah malam mereka baru tidur, lalu bangun pagi-pagi sekali untuk kembali mempersiapkan peralatan selam. Melihat keseriusan mereka, saya tak habis berdecak kagum, bangga rasanya melihat betapa mereka mengabdikan diri untuk kekayaan bawah laut Indonesia. █



Baca juga:

» http://blog.negerisendiri.com/blogpage.php?judul=142/>Ekspedisi Koon, Penantian Tak Sia-Sia

» http://blog.negerisendiri.com/blogpage.php?judul=141/>Batnata, Penjaga Kekayaan Laut Pulau Gorom

» http://blog.negerisendiri.com/blogpage.php?judul=143/>Monumen Gorom

» http://blog.negerisendiri.com/blogpage.php?judul=143/>Jungkir Balik di Perahu Karet

» http://blog.negerisendiri.com/blogpage.php?judul=146/>Menjaga 'Surga' di Kawasan Konservasi Perairan Koon

» http://blog.negerisendiri.com/blogpage.php?judul=148/>Mengelilingi Pulau Koon

» http://blog.negerisendiri.com/blogpage.php?judul=144/>Dari 'Toko Cina' sampai ke Keter



──────────────────


Perjalanan ini terlaksana atas undangan WWF-Indonesia dalam Ekspedisi Koon, sebuah ekspedisi yang mengumpulkan data ekologi, kehidupan sosial, dan pariwisata Kawasan Konservasi Perairan Koon di Seram Bagian Timur, Maluku. Menjangkau pulau Koon, Grogos, Nukus, Neiden dan sekitarnya. Diikuti perwakilan dari WWF-Indonesia, Yayasan TERANGI, TN Wakatobi, Dinas Kelautan dan Perikanan Seram Bagian Timur, TNI AL Ambon, dan blogger. Foto-foto juga diposting di twitter dan instagram dengan hastag #XPDCKOON

Comments

No comments yet. Be the first to comment!

Leave a Comment