Suara Gemeretuk di Pantai Penggajawa, Flores
Category: Jalan-jalan • Author: Terry Endropoetro • Published on: 2014-04-02
Setiap menyebut pantai, yang terbayang adalah deburan ombak dan pasir membentang. Biasanya pasir pantai berwarna putih berbutir, putih sehalus tepung, sampai hitam lengket karena mengandung bijih besi yang pernah saya jejaki. Tapi pantai dengan tebaran bebatuan alam, baru kali ini saya temukan.
Pantai Penggajawa terletak 20-an kilometer di sebelah barat kota Ende, Flores, Nusatenggara Timur. Berada di jalur selatan Trans Flores, bersisian dengan lautan lepas. Memasuki wilayah ini mudah dikenali, karena banyak jajaran karung-karung dan tumpukan batu alam di sepanjang jalan. Pantai dan laut pun bisa terlihat dari sela-sela pepohonan yang tumbuh di sepanjang pantai.
Tak ada hamparan pasir di pantai ini, melainkan tebaran batu-batu alam sejauh mata memandang. Berwarna-warni, beragam bentuk, dan ukuran. Deburan ombak yang menghantam pantai menimbulkan bunyi bergemeretuk karena batu-batu yang saling berbenturan.
Batu-batuan ini menjadi sumber penghasilan bagi masyarakat sekitar. Hanya bermodal tenaga mereka mengumpulkan batu, dipisahkan berdasarkan warna, bentuk, dan ukuran, lalu dijual dengan harganya Rp20.000/karung. Pembelinya biasanya para pengusaha bangunan.
Saya sempat terpikir membeli sekarung lalu membawanya ke Jakarta dengan pesawat. Niat pun diurungkan, selain memikirkan ongkos bagasi yang harus dibayar, repot juga mengangkut-angkut di bandara nanti ha... ha... ha....
Jauh dalam hati ada sedikit kekhawatiran, apa akibatnya pada lingkungan bila batu-batu ini terus dieksploitasi besar-besaran? Walaupun setelah puluhan tahun, belum ada juga yang menghitung, apakah jumlah bebatuan di sana berkurang. Karena menurut penduduk sekitar, setiap hari batu-batu ini terbawa ombak dan arus dari dasar laut ke permukaan. Sebuah fenomena alam dan hanya Sang Pencipta yang bisa melakukannya. █
Comments
No comments yet. Be the first to comment!
Leave a Comment