Mengintip Dapur <br>Chai Kue & Choi Pan
Category: Icip-icip Kuliner • Author: Terry Endropoetro • Published on: 2016-02-29
Makanan ini disebut dengan nama chai kue (dalam bahasa Kek), tapi juga dikenal dengan sebutan choi pan (bahasa Hokkian). Bentuknya seperti kue pastel berukuran kecil, lapisan kulitnya lembut, tipis, dan berwarna putih. Disajikan hangat dengan serpihan bawang putih goreng yang ditaburkan di bagian atasnya.
CHAI KUE DI PONTIANAK
Di ruangan dapur yang panjang berkesan sangat bersih, saya dan teman-teman langsung bisa melihat pembuatan kulit chai kue. Dari adonan tepung beras dan tepung maizena yang kenyal dan berbentuk bola besar, adonan diambil segenggam lalu digilas menjadi lapisan yang sangat tipis dan dicetak berbentuk lingkaran. Setiap lembar kulit diisi dengan beragam isian, sesuai pesanan —kucai, rebung, daging ayam, daging sapi, atau udang, kemudian dilipat dan ditekan rapat pada bagian pinggirnya.
Pembuatannya pun tak sekaligus banyak, melainkan hanya sekitar 30-40 buah saja untuk setiap isian. Tampaknya untuk menghindari kulit menjadi keras bila dibiarkan terlalu lama di udara terbuka. Dalam sehari chai kue yang dibuat sekitar 4.000 buah, sementara untuk Sabtu dan Minggu bisa mencapai 7.000 buah.
Setiap pesanan akan disusun memutar di atas loyang beralaskan daun pisang yang permukaannya mengilat karena olesan minyak kelapa untuk mencegah chai kue lengket pada daun saat dikukus. Melihat dandang kukusan yang sangat besar di atas kompor, saya pikir ada beberapa loyang ditumpuk di dalamnya. Tebakan saya salah, ternyata setiap kukusan hanya berisi satu loyang saja yang diletakkan di atas besi bulat, di dalam kuali besar yang berisi air mendidih.
Setelah dikeluarkan dari kukusan, permukaan chai kue diolesi dengan minyak bawang (minyak kelapa dengan tumisan bawang putih). Remahan bawang putih goreng pun menjadi hiasan di bagian atasnya. Disantap dengan sambal jeruk, yang pedas dengan sedikit cita rasa asam. Selain dikukus, chai pan juga bisa digoreng dan disantap dengan campuran saus tiram dan kecap ikan.
Gleam Cafe - Chai Kue Panas 18
Jl. Tamar no. 3, Pontianak, Kalimantan Barat
Harga: Rp1.000/buah, Rp8.000 ‐ Rp12.000/porsi
Jam buka: 09.00 ‐ 22.00 wib
CHOI PAN DI SINGKAWANG
Di sore terakhir keberadaan saya di Singkawang, seorang teman mengajak saya makan choi pan yang cukup terkenal di kota ini. Sebuah rumah sederhana yang di halaman sampingnya terdapat beberapa pondok tempat makan dengan meja dan kursi kayu.
Kami melongok ke dapur, tiga orang wanita Tionghoa sedang duduk menghadapi meja panjang, salah seorang menguleni adonan, dua orang lainnya mengisi dan melipat kulit choi pan. Walau dengan senyum dan keramahtamahan, saya kecewa dengan jawaban mereka.
" Choi pan sudah habis." Padahal saya lihat masih banyak loyang-loyang besar penuh berisi choi pan. Ternyata choi pan di loyang-loyang itu dibuat untuk pesanan orang, yang baru akan dikukus ketika pemesan sudah datang. Karena hanya dikerjakan oleh tiga orang, pengerjaannya pun tak bisa banyak, hanya 2.000 buah setiap hari. Haaah, itu tidak banyak? Gumam saya dalam hati.
Berbeda dengan tampilan chai kwe yang saya cicipi di Pontianak, kulit choi pan yang dibuat tampak sedikit lebih tebal, karena untuk sebuah kulit choi pan sejumput adonan dibulat-bulat dan digepengkan menggunakan tangan. Tak banyak pula variasi isian yang ditawarkan, pilihannya hanya bangkoang, kucai, dan rebung. Tapi saya yakin cita rasanya pasti lezat, karena dikukus di atas tungku berbahan bakar kayu.
Sayangnya, walau segala jurus bujuk rayu sudah dicoba tetap saja saya tak berhasil mendapat barang satu buah choi pan untuk dicicipi. Kecewa? Tidak! Karena berartinya, saya punya alasan untuk kembali lagi ke Singkawang. Dan saya akan menelepon dahulu sebelum datang, memastikan choi pan hangat masih tersedia.
Choi Pan Sakkok
Jl. Tanjung Batu no. 39, Sakkok (belakang Toko Ket Loi)
Telp: 0562-635662, 0812 5395 4079 (tidak menerima pesanan melalui SMS)
Harga: Rp1.500/buah
Jam buka: 12.00 ‐ 18.00 wib
──────────────────
Perjalanan bersama para blogger ini terlaksana atas undangan Kementerian Pariwisata Indonesia. Foto-foto juga diposting di twitter dan instagram dengan hastag #PesonaSingkawang #PesonaPontianak #PesonaIndonesia
Baca juga tulisan teman-teman blogger lain, tentang kuliner Pontianak dan Singkawang :
Satya Winnie: "Kuliner Khas Singkawang yang Bikin Lidah Bergoyang"
Rere Atemalem: "Cari Kenyang di Singkawang"
Simbok Venus: "Icip-Icip Kuliner Lokal Singkawang"
Nita Selliya: "Makan apa di Singkawang?"
Comments
No comments yet. Be the first to comment!
Leave a Comment